1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membuat kriteria kesesuaian lahan untuk ubikayu di Provinsi Lampung. Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut : 1. Mengevaluasi keterkaitan antara karakteristik bio-fisik lingkungan dan
produktivitas komoditas ubikayu. 2. Memperoleh pola hubungan antara beberapa parameter kualitas lahan dan
produksi biomassa pati pada ubikayu sebagai bahan baku bioetanol. 3. Menetapkan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman ubikayu di Provinsi
Lampung. 4. Membandingkan Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Ubikayu di
Provinsi Lampung dengan kriteria di daerah lain, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat sebagai contoh kasus.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asal dan Botani Tanaman Ubikayu
Ubikayu berasal dari Brasilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada
tahun 1827 Allem, 2002. Menurut Allem 2002, asal tanaman ubikayu menyangkut tiga hal, yaitu asal botani botanical origin, asal geografis
geographical origin dan asal budidaya agricultural origin. Asal botani misalnya menyangkut jenis liar tumbuhan ubikayu yang
menurunkan tanaman ubikayu yang sekarang dikenal. Asal geografis menyangkut tempat dimana nenek moyang ubikayu berkembang di masa lalu, sedangkan asal
budidaya berhubungan dengan tempat dimana budidaya awal tanaman ini dilakukan oleh orang-orang Indian Amerika Amerindian. Dari hasil
penelitiannya yang juga didukung hasil penelitian banyak peneliti lain, Allem 2002 menyimpulkan bahwa ubikayu berasal dari jenis liar tumbuhan Manihot
flabelifolia .
Nenek moyang ubikayu ini selanjutnya diduga berkembang di daerah padang rumput sabana Cerrado. Setelah itu domestikasi terjadi di sebagian
daerah Amazon, yaitu di hutan-hutan. Lathrap 1970 dalam Allem 2002 memperkirakan bahwa domestikasi dimulai sekitar 5000 – 7000 tahun sebelum
Masehi. Perkiraan ini diperkuat dengan temuan-temuan arkeologis di Amazon Gibbons, 1990 dalam Allem, 2002. Ketika orang-orang Eropa pertama kali tiba
di Dunia Baru, tanaman ini telah dibudidayakan di semua daerah tropis Amerika Pattino, 1964 dalam Allem, 2002.
Tanaman ini selanjutnya menyebar ke berbagai penjuru dunia, terutama negara-negara di Asia dan Afrika. Tanaman ubikayu mencapai Afrika sekitar
akhir pertengahan abad ke 16 Ekanayake et al., 1997, sedangkan masuk ke Indonesia kurang jelas tepatnya tahun berapa. Menurut Rumphius, pada abad ke
17 di Maluku telah terdapat tanaman ubikayu, sedangkan Junghuhn berpendapat bahwa sampai tahun 1838 penduduk Indonesia belum mengenal ubikayu sebagai
bahan makanan walaupun tumbuhan itu sudah ada di Indonesia.
Upaya penanaman ubikayu di Jawa mulai berhasil setelah didatangkan stek dari Paramaribo pada tahun 1858 Darjanto dan Murjati 1980. Dalam
sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar 7.200 spesies,
beberapa diantaranya adalah tanaman yang mempunyai nilai komersial, seperti karet Hevea brasiliensis, jarak Ricinus comunis dan Jatropha curcas, umbi-
umbian Manihot spp, dan tanaman hias Euphorbia spp. Manihot esculenta Crantz
mempunyai nama lain Manihot utilissima dan Manihot alpi. Semua Genus Manihot berasal dari Amerika Selatan. Brasilia merupakan pusat asal dan
sekaligus sebagai pusat keragaman ubikayu. Manihot mempunyai 100 spesies yang telah diklasifikasikan dan mayoritas ditemukan di daerah yang relatif kering.
Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut : Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub kelas : Arhichlamydeae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Spesies : Manihot utilissima Pohl; Manihot esculenta Crantz sin
;Manihot alpi.
Sejak tahun 1978 Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan telah melepas 10 varietas unggul ubikayu, namun hanya ada 4 varietas yang
disarankan untuk digunakan sebagai bahan baku bioetanol, yaitu Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5. Keempat varietas tersebut merupakan varietas ubikayu
pahit. Produksi varietas unggul ubikayu tersebut dapat mencapai 25 – 40 tonha dengan umur panen 8 sampai 10 bulan. Disamping itu, di Jawa Barat juga ada
yang mengembangkan budidaya ubikayu raksasa yang dikenal dengan nama Darul Hidayah dengan tingkat produktivitas 100 – 150 tonha.
2.2. Varietas Unggul Ubikayu