Tabel 26. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Ubikayu Berbasis Produksi Pati Provinsi Lampung
Kualitas Lahan Karakter Lahan
Kelas Kesesuaian Lahan Sangat Sesuai
S1 Cukup Sesuai
S2 Agak Sesuai
S3 Tidak Sesuai
N Media perakaran r
- Tekstur
C, SC, SiC, SiCL, Si, L,
CL SCL
SL LS, S
Retensi hara f
- pH 4,77 - 5,55
4,54 - 4,77 atau 5,55 -
5,84 4,54 atau
5,84 -
- KTK 9,52
7,32 - 9,52 7,32
- - C-organik
1,08 0,53 - 1,08
0,53 -
Toksisitas x
- Al-dd me100g 1,74
1,74 - 3,39 3,39
-
Hara tersedia h
- N total 0,11
0,06 - 0,11 0,06
- - P tersedia ppm
5,93 4,44 - 5,93
4,44 -
- K-dd me100 g 0,17
0,07 - 0,17 0,07
-
Kondisi medan terrain m
- Lereng 3,20
3,20 - 6,99 6,99 - 15,86
15,86
Keterangan : C = Clay; L = Loam; S = pasir Sand; Si = debu Silt, SL = lempung berpasir Sandy loam; pasir
berlempung Loamy Sand; SC = liat berpasir Sandy Clay; SCL = Lempung Liat Berpasir; SiCL = Lempung Liat Berdebu; CL = Lempung Berliat; SiC = Liat Berdebu; SiL = Lempung berdebu.
Berdasarkan dua kriteria kesesuaian lahan yang telah dibuat Tabel 25 dan Tabel 26
, dapat diketahui bahwa antara kriteria kesesuaian lahan berbasis produksi umbi dan berbasis produksi pati ubikayu menunjukkan batas-batas kelas
kesesuaian yang tidak jauh berbeda dan relatif sama. Hal ini berarti antara produksi umbi dan produksi pati ubikayu memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
4.6. Analisis
Kesesuaian Lahan
Penelitian Berdasarkan
Kriteria Kesesuaian Lampung dan Jawa Barat Untuk Produksi Ubikayu
Setelah mendapatkan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman ubikayu berdasarkan data beberapa sentra penghasil ubikayu di Provinsi Lampung maka
dicoba untuk diperbandingkan dengan sampel ubikayu pada beberapa lokasi di Provinsi Lampung. Proses penilaian kesesuaian lahan yakni membandingkan
antara sifat dan karakteistik tanah dengan persyaratan tumbuh tanaman, dimana persyaratan yang digunakan berdasarkan kriteria yang telah dibuat dari penelitian
di Provinsi Lampung dan penelitian di daerah lainnya dalam hal ini daerah Bogor dan sekitarnya berdasarkan Hidayah, 2011. Proses penilaian kesesuaian lahan
yang dilakukan berfungsi untuk melihat kelas kesesuaian lahan dari beberapa titik
lokasi penelitian. Hal ini disajikan pada Tabel 27 dan Tabel 28.
Tabel 27. Kelas Kesesuaian Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan Penelitian Lampung
No Kode
Lereng pH H
2
O C-org
KTK Al
Kelas Kesesuaian
1
L1 0,01
5,60 1,35
13,25 0,00
S1 2
L2 0,01
6,20 1,67
11,69 0,00
S3 f 3
L3 0,02
4,60 1,83
9,47 0,82
S2 f 4
L4 0,01
5,60 4,00
13,68 0,00
S1 5
L5 0,01
5,40 2,07
11,24 0,38
S1 6
L6 0,07
4,70 4,80
9,90 0,89
S2 m 7
L7 0,08
5,90 1,20
9,75 0,00
S3 f 8
L8 0,02
4,50 1,11
5,66 1,62
S3 f 9
L9 0,02
5,50 1,75
13,91 0,00
S1 10
L10 0,01
6,00 2,07
15,36 0,00
S3 f 11
L11 0,02
5,80 1,11
12,74 0,00
S2 f 12
L12 0,02
5,50 0,55
10,26 0,00
S2 f 13
L13 0,01
5,50 1,83
9,14 0,00
S2 f 14
L14 0,01
5,10 1,19
7,96 1,16
S2 f 15
L15 0,02
5,40 0,71
11,43 0,78
S2 f 16
L16 0,03
5,50 3,83
14,53 0,00
S1 17
L17 0,03
4,80 1,03
9,90 2,04
S1 18
L18 0,06
4,50 2,63
12,48 2,51
S2 f,x,m 19
L19 0,01
5,10 2,31
14,04 1,46
S1 20
L20 0,02
6,00 2,23
14,75 0,00
S3 f 21
L21 0,08
5,30 2,40
15,58 0,24
S2 m 22
L22 0,01
4,30 1,75
8,39 2,42
S3 f
Berdasarkan Tabel 27, dapat dilihat tanaman ubikayu mayoritas memiliki
kelas kesesuaian S2 dengan faktor pembatas retensi hara, kondisi terrain dan toksisitas. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelas kesesuaian
lahan dan produktivitas tanaman adalah dengan melakukan pengapuran dan penambahan bahan organik. Sedangkan untuk lahan dengan kelas kesesuaian S3
dengan faktor pembatas retensi hara usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pengapuran dan penambahan bahan organik dengan dosis yang lebih tinggi.
Tabel 28. Kelas Kesesuaian Berdasarkan Kriteria Kesesuaian Lahan Penelitian Jawa Barat
No KODE
Lereng pH H
2
O C-org
KTK Al
Kelas Kesesuaian
1 L1
0,01 5,60
1,35 13,25
0,00 N f
2 L2
0,01 6,20
1,67 11,69
0,00 N f
3 L3
0,02 4,60
1,83 9,47
0,82 S3 f
4 L4
0,01 5,60
4,00 13,68
0,00 N f
5 L5
0,01 5,40
2,07 11,24
0,38 S3 f
6 L6
0,07 4,70
4,80 9,90
0,89 S3 f
7 L7
0,08 5,90
1,20 9,75
0,00 N f
8 L8
0,02 4,50
1,11 5,66
1,62 N f
9 L9
0,02 5,50
1,75 13,91
0,00 N f
10 L10
0,01 6,00
2,07 15,36
0,00 N f
11 L11
0,02 5,80
1,11 12,74
0,00 N f
12 L12
0,02 5,50
0,55 10,26
0,00 N f
13 L13
0,01 5,50
1,83 9,14
0,00 N f
14 L14
0,01 5,10
1,19 7,96
1,16 S3 f
15 L15
0,02 5,40
0,71 11,43
0,78 S3 f
16 L16
0,03 5,50
3,83 14,53
0,00 N f
17 L17
0,03 4,80
1,03 9,90
2,04 S3 f
18 L18
0,06 4,50
2,63 12,48
2,51 N f
19 L19
0,01 5,10
2,31 14,04
1,46 S1
20 L20
0,02 6,00
2,23 14,75
0,00 N f
21 L21
0,08 5,30
2,40 15,58
0,24 S1
22 L22
0,01 4,30
1,75 8,39
2,42 N f
Pada Tabel 28, dapat dilihat kelas kesesuaian lahan N yang didapatkan
dari kriteria penelitian lain mendominasi pada beberapa titik. Faktor pembatas retensi hara menjadi faktor utama yang mempengaruhi kelas kesesuaian lahan dan
produktivitas tanaman. Agar didapatkan produktivitas tanaman dan kelas kesesuaian lahan yang lebih baik dapat dilakukan usaha pengapuran dan
penambahan bahan organik dengan dosis yang cukup tinggi. Sedangkan untuk lahan dengan kelas kesesuaian S3 dengan faktor pembatas retensi hara usaha yang
dapat dilakukan adalah dengan pengapuran dan penambahan bahan organik dengan dosis yang lebih rendah dari titik-titik dengan kelas N.
4.7. Peta Kelas Kesesuaian Lahan