III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian terdahulu yang dilakukan di Jawa Barat. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari survei lapangan dan
analisis laboratorium. Survei lapangan dan pengamatan produksi tanaman ubikayu dilakukan di sentra perkebunan budidaya ubikayu masyarakat provinsi Lampung.
Pengamatan dilakukan pada beberapa titik yang mewakili daerah, antara lain : Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Lampung Utara.
Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor dan Laboratorium Pengujian Balai Besar Pascapanen Pertanian BBPP, Cimanggu, Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai
Oktober 2010.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : contoh tanah komposit, data primer, data sekunder, bahan-bahan kimia untuk analisis tanah,
bahan-bahan kimia untuk analisis pati, dan bahan-bahan kimia untuk analisis amilosa. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah
dan pengamatan sifat fisik lapang diantaranya adalah peta-peta Provinsi Lampung,
kuisioner Lampiran 1, bor belgi, meteran, pisau lapang, sekop, garpu, munsell
soil color chart , kompas, abney level, altimeter, Global Positioning System GPS,
plastik, spidol, Software Microsoft Excel, Arcview 3.3, Arcgis 9, serangkaian peralatan laboratorium untuk analisis tanah dan ubikayu.
3.3. Metodologi Penelitian
Kegiatan dimulai dengan mengumpulkan informasi awal berupa data-data yang sudah ada dan tersedia, baik yang tersimpan oleh IPB, BPPT, BMKG,
BALITAN, dan instansi terkait lainnya. Pengamatan morfologi tanah dilakukan melalui pengambilan sampel tanah dengan melakukan pengamatan di lima titik
secara acak pada setiap kebun. Kelas kesesuaian lahan ditentukan berdasarkan
derajat dan jumlah pembatas yang dimiliki lahan untuk tanaman yang tumbuh normal. Dalam hal ini sifat-sifat tanah dibandingkan dengan faktor kelas
kesesuaian lahan bagi tanaman ubikayu. Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pendahuluan, survei dan pengamatan lapangan, analisis tanah dan
tanaman di laboratorium, analisis data penetapan kriteria kesesuaian lahan, peneraan umur untuk produksi umbi dan biomas pati, model penarikan batas
kriteria kesesuaian lahan, dan analisis usahatani.
3.3.1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan yang dilakukan meliputi pencarian pustaka, pengumpulan data- data agrobiofisik daerah penelitian, perijinan penelitian, dan mempersiapkan
bahan dan alat yang akan dibawa ke lapang.
3.3.2. Survei dan Pengamatan Lapangan
Kegiatan yang dilakukan pada survei dan pengamatan lapangan meliputi : 1. Pemetaan dimulai dari pengamatan morfologi tanah melalui pemboran,
penentuan titik kordinat pengamatan menggunakan GPS Lampiran 2, dan
pengambilan sampel. 2. Melakukan pengambilan contoh tanah secara komposit.
3. Melakukan analisis parameter meliputi mengukur kemiringan lereng dengan menggunakan abney level, mengukur kedalaman efektif yaitu sampai
kedalaman akar menembus tanah, mengukur ketersediaan udara dengan melihat kondisi drainase tanah di lapangan.
4. Melakukan pengambilan sampel umbi, batang, daun, pucuk, dan buah dari ubikayu.
5. Melakukan pengamatan morfologi ubikayu. 6. Melakukan dokumentasi sampel pada titik pengamatan.
7. Mewawancarai petani dan pemilik kebun.
8. Mengisi form data dan wawancara yang telah disediakan Lampiran 1.
3.3.3. Analisis Tanah dan Tanaman di Laboratorium
Analis tanah dilakukan untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah. Sifat- sifat yang diamati, adalah : pH Metode pH meter 1 :1, C-Organik Metode
Walkley and Black, KTK Tanah Metode NH4OAC pH 7.0, N-Total Metode Kjeldhal, P tersedia Metode Bray 1 K-dd Metode NH4OAC pH 7.0, Al-dd
Metode Titrasi, Tekstur pasir, debu, liat. Bahan aktif yang ditetapkan adalah pati dan amilosa Metdode Spektrofotometer.
3.3.4. Pembuatan Kriteria Kesesuaian Lahan
Data-data yang sudah diperoleh selanjutnya akan dianalisis untuk membuat kriteria kesesuaian lahan. Kelas kesesuaian lahan akan disusun dari
berbagai kriteria yang diamati dilapang dan juga dari konsep kriteria kesesuaian lahan yang sudah dikembangkan. Pengelompokan data ini dikaitkan dengan
produksi dan kandungan pati yang sudah diketahui. Pembuatan model kesesuaian lahan meliputi studi kondisi ekologi dan pengembangan konsepmodel. Sifat
biofisik didapat dari lapang dan hasil laboratorium. Tahapan dalam Pembuatan kriteria, antara lain : Peneraan umur untuk produksi dan biomas pati, model
penarikan batas kriteria kesesuaian lahan, dan analisis usahatani.
3.3.4.1. Peneraan Umur untuk Produksi Umbi dan Biomas Pati
Umur tanaman tidak sama sedangkan produksi sebagai fungsi dengan umur, dimana produksi yang satu dengan yang lainnya akan diperbandingkan
yaitu sebagai dependent variable. Oleh karena itu produksi perlu ditera dengan umur tanaman.
Metode peneraan dipakai sebagai berikut : Y = f t
Keterangan : Y = Produksi dugaan berdasarkan umur
t = Umur tahun atau bulan Yteraan = Ÿ + Yi –
Ý
i Keterangan :
Yteraan = Produksi teraan
Yi = Produksi aktual pada umur ke- i Ÿ = Rataan umum
Ý
i = Produksi dugaan pada umur ke- i.
3.3.4.2. Model Penarikan Batas Kriteria Kesesuaian Lahan
Data yang sudah diperoleh dari peneraan selanjutnya dianalisis untuk menentukan batas kriteria kelas kesesuaian lahan. Kelas Kesesuaian lahan akan
disusun dari berbagai karakteristik lahan yang diamati di lapang. Sebaran data ini dikaitkan dengan produksi biomassa dan produksi bioaktif yang sudah dianalisis.
Pembuatan model kesesuaian lahan diterapkan terhadap kedua produksi tersebut. Dengan demikian, hasil yang diperoleh terdiri dari dua kriteria, pertama
berdasarkan produksi biomassa dan kedua berdasarkan produksi bahan aktif. Namun, kriteria dengan kualitas lahan terbaik yang akan dipilih agar dapat
memenuhi keduanya, baik produksi maupun kualitas tanaman. Metode penarikan batas berdasarkan titik hadang garis sekat produksi dengan garis batas boundary
line :
1. Diagram sebar hubungan antara produksi teraan dan karakteristik lahan dibungkus oleh garis batas dimana garis tersebut membatasi data aktual di
lapang, sehingga sangat kecil peluangnya akan ditemukan data di luar garis tersebut.
2. Garis tersebut ada kaitannya dengan peningkatan atau penurunan produksi sesuai kualitas atau karakteristik lahan yang sedang dinilai.
3. Batas penurunan produksi dari produksi maksimum untuk Kelas S1 adalah 80, Kelas S2 sampai 60, dan S3 adalah 28, dimana 28 merupakan
batas BEP produksi, sehingga produksi dibawah 28 dari maksimum data sudah tidak menguntungkan.
4. Perpotongan garis antara garis batas dan tingkat produksi yang diharapkan merupakan batas kriteria penilaian kualitas lahan.
3.3.4.3. Analisis Usahatani
Analisis usahatani dihitung berdasarkan perkiraan analisis budidaya tanaman ubikayu seluas 1 Ha sampai tanaman menghasilkan. Perkiraan ini
digunakan untuk menentukan BEP Break Event Point atau titik balik modal produksi tanaman ubikayu. Kondisi ini merupakan batas bawah produksi dari
kelas kesesuian lahan Sesuai Marjinal S3.
3.3.5. Perbandingan Kriteria Kesesuaian Lahan
Kriteria kesesuaian lahan untuk ubikayu dievaluasi dengan
membandingkan karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman yang telah dibuat pada penelitian sebelumnya di wiliyah Bogor dan sekitarnya oleh Hidayah
2011.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung yang beribukota di Bandar Lampung. Penelitian meliputi areal dataran seluas 35.288,35 Km
2
. Secara geografis, Provinsi Lampung terletak pada : 103
40’ – 105 50’ Bujur Timur dan
6 45’ – 3
45’ Lintang Selatan. Topografi Lampung dapat dibagi dalam 5 lima unit topografi, yakni : 1
daerah berbukit sampai bergunung dengan kemiringan berkisar 25, dan ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut; 2 daerah berombak sampai
bergelombang dengan kemiringannya antara 8 sampai 15 dan ketinggian antara 300 m sampai 500 m dari permukaan laut; 3 daerah dataran alluvial
dengan kemiringan 0 sampai 3; 4 daerah dataran rawa pasang surut dengan ketinggian ½ m sampai 1 m; serta 5 serta daerah river basin.
Vegetasi daerah dengan topografi berbukit umumnya didominasi oleh hutan primer dan sekunder yang menghijau sepanjang tahun. Kelompok lainnya
adalah daerah perbukitan rendah dan dataran sempit dengan ketinggian 300-500 meter dari permukaan laut, terbentang di bagian barat Kabupaten Lampung
Selatan. Daerah ini merupakan penghasil kopi dan cengkeh serta palawija. Kelompok dataran dengan elevasi 25-75 meter dari permukaan laut di bagian
timur Lampung membatasi kelompok lain di Pantai Timur yang meliputi daratan rawa-rawa flat marshes pasang surut dengan elevasi 0,5-1 meter dari permukaan
laut. Sebagian besar lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yaitu mencapai 833.847 Ha atau 25,26. Selain itu merupakan daerah perkebunan
20,92; tegalan atau ladang 20,50; daerah pertanian, dan pemukiman. Provinsi Lampung beriklim tropis humid. Kelembaban udara rata-rata
daerah ini berkisar 80-88 . Pada bulan Nopember sampai Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut. Sedangkan pada bulan Juli sampai Agustus angin
bertiup dari arah Timur dan Tenggara. Suhu udara daerah Lampung pada ketinggian 30-60 meter rata-rata berkisar antara 26-28
o
C untuk suhu maksimum adalah 33
o
C, sedangkan suhu minimum adalah 22
o
C. Beberapa lokasi atau daerah yang mempunyai iklim sejuk adalah : Kota Liwa, daerah perkebunan kopi
sayuran Sekincau Lampung Barat, dengan suhu sekitar 15-22
o
C serta daerah Talang Padang Gisting terletak di kaki Gunung Tanggamus Kabupaten
Tanggamus Pemda Provinsi Lampung, 2011. Pengamatan lapang terbagi menjadi beberapa titik mewakili daerah yang
memiliki karakteristik lahan yang berbeda, antara lain : 4 titik di Lampung Tengah, 7 titik di Lampung Timur, 6 titik di Lampung Utara, dan 5 titik di
Lampung Selatan. Selain memiliki karakteristk lahan yang berbeda daerah pengamatan yang dipilih merupakan sentra produksi ubikayu.
4.1.1. Lampung Tengah
Lampung Tengah dengan ibukota Gunung Sugih meliputi areal dataran seluas 4.789,62 Km². Secara geografis Lampung Tengah terletak pada : 104°35’
- 105°50’ BT dan 04°30’ - 05°15’ LS. Memiliki batas wilayah, antara lain : Utara berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Utara;
Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Pesawaran; Timur berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro;
Barat berbatasan dengan : Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung
Barat. Secara umum Lampung Tengah beriklim Tropis Humid, curah hujan
cukup bervariasi, yaitu berkisar antara 2.000 –4.000 mmtahun Lampiran 8,
angin laut bertiup dari Samudera Indonesia dengan kecepatan rata-rata : 5.83 Km jam, dan temperatur rata-rata berkisar antara 26°C – 28°C. Topografi Lampung
Tengah dapat dibagi dalam 4 empat unit topografi, yakni : 1 daerah perbukitan sampai dengan pegunungan; 2 daerah dataran aluvial; 3 daerah Rawa Pasang
surut; 4 daerah river basin, yaitu DAS Way Seputih dan Way Sekampung. Geologi daerah penelitian ini sebagian besar didominasi oleh formasi Kasai Qtk
dan Terbaggi Qpt Lampiran 9. Geomorfologi didominasi oleh Denudasional Lampiran 10. Jenis tanah yang mendominasi adalah asosiasi Hapludoxs dan
Dystrudepts Lampiran 11. Ketinggian daratan rata-rata 200 meter dpl.
Kemiringan lereng rata-rata 0-3.
4.1.2. Lampung Timur
Lampung Timur dengan ibukota Sukadana meliputi areal dataran seluas 5.325.03 Km². Secara geografis Lampung Timur terletak pada : 104°15’ -
105°20’ BT dan 04°37’ - 05°37’ LS. Memiliki batas wilayah, antara lain : Utara berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten
Tulang Bawang; Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Selatan;
Timur berbatasan dengan : Laut Jawa; Barat berbatasan dengan : Kota Metro dan Kabupaten Lampung Tengah.
Kabupaten Lampung Timur terbagi menjadi lima unit topografi, antara lain : 1 daerah perbukitan sampai dengan pegunungan ; 2 daerah berombak
sampai bergelombang dgn kemiringan 8-15 pada ketinggian 50-200 m dpl.; 3 daerah Alluvial, ketinggian 25-75 m dpl, dengan kemiringan 0-3; 4 daerah
Rawa pasang surut, dengan ketinggian 0.5-1 m dpl; 5 daerah Aliran Sungai DAS, yaitu Way Seputih, Way Sekampung dan Way Jepara. Ketinggian daratan
di daerah ini rata-rata 200 meter dpl dan memiliki lereng rata-rata 0-3. Temperatur rata-rata berkisar antara 23°C – 34°C, Curah hujan 2.800 – 2.900
mmtahun Lampiran 8. Geologi daerah penelitian ini sebagian besar didominasi oleh formasi Qbs dan Terbanggi Qpt Lampiran 9. Geomorfologi didominasi
oleh Denudasional dan Vulkanik Lampiran 10. Jenis tanah yang mendominasi
adalah Asosiasi Hapludoxs Dystrudepts dan Asosiasi Hapludults Dystrudepts
Lampiran 11.
4.1.3. Lampung Utara
Lampung Utara dengan ibukota Kotabumi meliputi areal dataran seluas 2.725.63 Km². Secara geografis Lampung Utara terletak pada : 104°30’ -
105°08’ BT dan 04°34’ - 05°06’ LS. Memiliki batas wilayah, antara lain : Utara berbatasan dengan : Kabupaten Way Kanan;
Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Tengah; Timur berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Tengah;
Barat berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Way
Kanan.
Kabupaten Lampung utara memiliki topografi yang merupakan rangkaian Bukit Barisan yang terdiri dari Lereng-lereng curam dan terjal 7 dari luas
Kabupaten Lampung Utara dengan ketinggian mulai dari 450-1.500 meter dpl. Kawasan tersebut ditutupi oleh vegetasi hutan primersekunder. Di bagian Timur
tertutup vulkanis awan gelap, terbentang daerah persawahan dan perkebunan. Di bagian utara terdapat lapisan sedimen vulkanis dan celah fisaves errution yang
menghasilkan minyak bumi di dalam 4 seri lapisan pelembang Pelembang Bed yang ditandai dengan singkapan endapan tufa masam. Temperatur rata-rata
berkisar antara 30°C, Curah hujan 2300 – 2400 mmtahun Lampiran 8, curah
hujan tertinggi di Kec. Bukit Kemuning dan terendah di Kecamatan Kotabumi Utara. Geologi daerah penelitian ini sebagian besar didominasi oleh formasi Palau
Sebesi Qhv dan Kasai Qtk Lampiran 9. Geomorfologi didominasi oleh Denudasional dan Vulkanik Lampiran 10. Jenis tanah yang mendominasi
adalah Asosiasi Hapludoxs kandiudults dan Asosiasi Hapludoxs Dystrudepts
Lampiran 11.
4.1.4. Lampung Selatan
Lampung Selatan dengan ibukota Kalianda meliputi areal dataran seluas 2.109.74 Km². Secara geografis Lampung Selatan terletak pada : 105°08’-
105°45’ BT dan 05°15’-06º10’ LS. Memiliki batas wilayah, antara lain : Utara berbatasan dengan : Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur;
Selatan berbatasan dengan : Selat Sunda. Timur berbatasan dengan : Laut Jawa;
Barat berbatasan dengan : Samudera Hindia.
Kabupaten Lampung Selatan memiliki topografi yang dibagi menjadi 3 bagian : dataran rendah umumnya terletak di daerah sekitar pantai; Tanah rawa
terletak di daerah-daerah pesisir pantai Timur, dan pantai Timur Palas; Dataran tinggi yang bergunung-gunung, hampir bagian terbesar terletak di sebelah Selatan.
Curah hujan rata-rata 2100 – 2800 mmtahun Lampiran 8. Geologi
daerah penelitian ini sebagian besar didominasi oleh formasi Lampung QTI
Lampiran 9. Geomorfologi didominasi oleh Denudasional dan Fluvial Lampiran 10. Jenis tanah yang mendominasi adalah Asosiasi Hapludoxs
Dystrudepts , Asosiasi Hapludoxs Kandiudults, dan Asosiasi Hedraquents dan
Sulfaquents Lampiran 11.
4.2. Analisis Usahatani
Analisis usahatani diperlukan agar mendapatkan titik impas atau Break Event Point
. Hal ini berarti pada produksi tersebut usaha budidaya tanaman ubikayu tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Kondisi ini merupakan
batas bawah produksi dari kelas kesesuian lahan Sesuai Marjinal S3. Asumsi yang digunakan dalam usaha analisis ubikayu sebagai berikut :
Tabel 13. Analisis Usahatani Ubikayu Provinsi Lampung
Biaya Produksi Harga satuan
Jumlah unit Biaya Total
1 Sewa lahanha
Rp 3.500.000 1 Rp 3.500.000
2 Bibitstek
Rp 50 10.000 Rp 500.000
3 Pupuk
- Organik tonha
Rp 1.000.000 1.0 Rp 1.000.000
- Urea kgha
Rp 2.000 200 Rp 400.000
- Sp-36 kgha
Rp 2.500 100 Rp 250.000
- Kcl kgha
Rp 3.500 150 Rp 525.000
4 Pestisida kgha
Rp 50.000 2 Rp 100.000
5 Pajak dan peralatan
Rp 500.000 1 Rp 500.000
6 Tenaga kerja
- Pengolahan lahan per hari kerja
Rp 30.000 70 Rp 2.100.000
- Penanaman per hari kerja
Rp 30.000 15 Rp 450.000
- Pemupukan per hari kerja
Rp 30.000 35 Rp 1.050.000
- Penyiangan dan pembubunan per hari kerja
Rp 30.000 40 Rp 1.200.000
Jumlah Biaya Produksi
Rp 11.575.000
Pendapatan Rata-rata produksi umbi aktual tonha
Rp 800.000 21,98 Rp 17.581.091
Rata-rata produksi pati aktual tonha
Rp 4.000.000 8,83 Rp 35.315.070
Produksi umbi teraan maksimum tonha
51,41 Rp 41.130.842
Produksi pati teraan maksimum tonha
13,77 Rp 11.016.934
Keuntungan
Rp 29.555.842
Parameter Kelayan BC ratio
2,55
BEP umbi tonha
14,47
BEP pati tonha
2,89
BEP umbi teraan maksimum
28,14
BEP pati teraan maksimum
21,01
Berdasarkan perhitungan analisis usahatani ubikayu yang disajikan pada
Tabel 13
dapat diketahui bahwa persentase kelas kesesuaian lahan Sesuai
Marjinal S3 untuk produksi umbi dan pati tidak jauh berbeda, yaitu 28,14 dan 21,01. Nilai tersebut didapatkan dari hasil perbandingan tingkat titik impas
BEP dengan produksi teraan.
4.3. Hubungan antara Produksi dan Umur Contoh Tanaman