Kesesuaian Lahan Tanah dan Lahan

tanah dan kedalaman zone perakaran tanaman yang bersangkutan Djaenudin et al., 2003. Karakteristik lahan yang merupakan gabungan dari sifat-sifat lahan dan lingkungannya diperoleh dari data yang tertera pada legenda peta tanah dan uraiannya, petadata iklim dan peta topografielevasi. Karakteristik lahan diuraikan pada setiap satuan peta tanah SPT dari peta tanah, yang meliputi : bentuk wilayahlereng, drainase tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah lapisan atas 0-30 cm, dan lapisan bawah 30-50 cm, pH tanah, KTK liat, salinitas, kandungan pirit, banjirgenangan dan singkapan permukaan singkapan batuan di permukaan tanah. Data iklim terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan dan jumlah bulan kering, serta suhu udara diperoleh dari stasiun pengamat iklim. Data iklim juga dapat diperoleh dari peta iklim yang sudah tersedia, misalnya peta pola curah hujan, peta zona agroklimat atau peta isohyet. Peta-peta iklim tersebut biasanya disajikan dalam skala kecil, sehingga perlu lebih cermat dalam penggunaannya untuk pemetaan atau evaluasi lahan skala yang lebih besar, misalnya skala semi detail 1:25.000 - 1:50.000. Suhu udara didapatkan dari stasiun pengamat iklim di lokasi yang akan dievaluasi atau diestimasi dengan Persamaan Braak, 1928 jika data tidak tersedia Ritung et al., 2002.

2.6.6. Kesesuaian Lahan

Kesesuaian lahan adalah penilaian dan pengelompokan atau proses penilaian atau pengelompokan lahan dalam arti kesesuaian relatif lahan atau kesesuaian absolut lahan bagi suatu penggunaan tertentu. Kesesuaian sebagai kenyataan adaptabilitas atau kemungkinan penyesuaian sebidang lahan bagi suatu macam penggunaan tertentu Arsyad, 2000. Pengertian kesesuaian lahan land suitability berbeda dengan kemampuan lahan land capability. Kemampuan lahan lebih menekankan kepada kapasitas berbagai penggunaan lahan secara umum yang dapat diusahakan disuatu wilayah. Jadi semakin banyak jenis tanaman yang dapat dikembangkan atau diusahakan di suatu wilayah, maka kemampuan lahan tersebut semakin tinggi Djaenudin et al., 2003. Menurut kerangka FAO 1976 dalam Djaenudin et al., 2003 dikenal dua macam kesesuaian lahan, yaitu : kesesuaian lahan kualitatif dan kuantitatif. Masing-masing kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai secara aktual maupun potensial, atau kesesuaian lahan potensial dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang hanya dinyatakan dalam istilah kualitatif, tanpa perhitungan yang tepat baik biaya atau modal maupun keuntungan. Klasifikasi ini didasarkan hanya pada fisik lahan. Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang didasarkan tidak hanya pada sifat fisik lahan tetapi juga mempertimbangkan aspek ekonomi. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang present land use, tanpa masukan perbaikan. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO 1976 dapat dibedakan menurut tingkatannya sebagai berikut : 1. Ordo : Menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai S dan lahan tergolng tidak sesuai N. 2. Kelas : Menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan dalam tingkat ordo. Pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai S dibedakan kedalam tiga kelas, yaitu :  Kelas S1, Sangat Sesuai : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan.  Kelas S2, Cukup Sesuai : Lahan mempunyai faktor pembatas yang mempengaruhi produktivitasnya, memerlukan tambahan input, biasanya dapat diatasi petani sendiri.  Kelas S3, Sesuai Marjinal : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat dan berpengaruh terhadap produktivitas, memerlukan tambahan input yang lebih banyak dari Kelas S2, petani tidak mampu mengatasi sendiri.  Lahan yang tergolong ordo tidak sesuai N dibedakan kedalam dua kelas, yaitu :  Kelas N1, Tidak Sesuai Saat Ini : Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat tetapi masih mungkin diatasi dengan biaya yang sangat besar.  Kelas N2, Tidak Sesuai Permanen : Lahan mempunyai faktor pembatas yang sangat berat atau sulit diatasi sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu penggunaan secara lestari. 3. Subkelas : Menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing- masing kelas. Kelas kesesuian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat. Dalam satu subkelas dapat mempunyai lebih dari satu faktor pembatas; untuk itu pembatas yang paling dominan dituliskan paling depan. Kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan dapat diperbaiki dan ditingkatkan kelasnya sesuai dengan peranan faktor pembatas. 4. Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan didalam sub kelas. Satuan-satuan kesesuaian lahan berbeda satu dengan yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek tambahan dan pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembedaan detil dari pembatas- pembatasnya.

2.6.7. Persyaratan Penggunaan Lahan