Perencanaan Produksi di Perusahaan

35 pada suhu gudang tersebut. Suhu gudang untuk penyimpanan daging jauh lebih rendah dibandingkan dengan gudang penyimpanan bumbu. Perbedaan suhu ini didasarkan pada ketahanan bahan baku tersebut terhadap berbagai faktor kerusakan, seperti kerusakan akibat mikroorganisme. Suhu untuk gudang penyimpanan daging sekitar -15 o C sampai -10 o C. Sedangkan untuk penyimpanan bumbu suhu gudangnya sekitar 0 o C. Untuk penyimpanan finish goods, suhu gudang sama dengan suhu gudang bahan baku daging. Karena suhu yang sama, terkadang penyimpanan untuk hasil produksi dilakukan di gudang penyimpanan bahan baku daging. Setelah disimpan sementara di gudang finish goods, produk didistribusikan ke gudang penyimpanan hasil produksi di PT. Pangan Sehat Sejahtera. Gudang ini terbagi atas 4 bagian ruang, yaitu ruang office yang terletak di lantai 2, ruang loading yang terletak di bagian paling depan gudang, ruang penyimpanan daging, dan ruang penyimpanan daging frozen . Loading merupakan ruang yang digunakan untuk bongkar muat produk, disini terkadang dilakukan pengepakan produk juga. Suhu ruang ini sekitar 5-10 o C. Ruang ini tidak digunakan sebagai ruang penyimpanan, akan tetapi dijadikan ruang untuk pengepakan, penerimaan produk, dan persiapan sebelum dimuat ke kendaraan untuk didistribusikan. Ruang yang digunakan untuk penyimpanan produk yaitu ruang penyimpanan daging yang bersuhu sekitar 0 sampai -5 o C dan ruang penyimpanan daging frozen yang suhunya hampir mencapai -20 o C. Prinsip utama yang dipegang terkait penyimpanan di PT. MDS adalah First In First Out FIFO dan First Expired First Out FEFO. Dua prinsip ini didasarkan pada kapasitas gudang itu sendiri serta kebutuhan pendistribusian produk. Selain dua prinsip untuk penyimpanan, terdapat dua jenis proses produksi yang diturunkan dari kondisi penyimpanan di gudang. Dua prinsip proses produksi yang diturunkan dari kondisi penyimpanan gudang adalah produk MTS make to stock dan MTO Make to Order. Produk MTS yaitu proses produksi yang didasarkan pada data stok gudang, artinya hasil produksi akan disimpan sebagai stok gudang. Adapun Produk MTO yaitu proses produksi yang didasarkan pada data permintaan, artinya hasil produksi akan langsung didistribusikan ke konsumen. Produk MTO ini biasanya digunakan untuk memenuhi konsumen yang melakukan pemesanan produk dengan skala besar. Sedangkan berdasarkan perhitungan kondisi stok gudang terdapat dua jenis stok produk, yaitu stok total dan stok rilis. Stok total stok keseluruhan produk yang ada di gudang, sedangkan stok rilis adalah stok produk yang siap didistribusikan setelah , dilakukan berbagai pengurangan aspek lainnya. Untuk memudahkan kepala gudang dalam pendataan stok total gudang dilakukan pencataan pada setiap produk yang masuk ke gudang, baik ke gudang frozen ataupun ke gudang non-frozen. Data tersebut meliputi tanggal masuk gudang dan total pack produk. Selain pendataan dalam produk tersebut, produk-produk dikelompokan berdasarkan tanggal masuk gudang dan tanggal keluar gudang di rak-rak produk tersebut. Bagian pendataan gudang mencatat tanggal masuk, jumlah pack, dan tanggal keluar gudang di sebuah catatan kecil yang berada disamping pintu masuk gudang. Catatan- catatan ini akan dicek secara berkala untuk dimasukan kedalam database pusat kondisi gudang PT. Pangan Sehat Sejahtera.

6.3 Perencanaan Produksi di Perusahaan

Production planning merupakan rencana produksi yang dibuat oleh PT. MDS. Rencana produksi ini dibuat oleh Departemen PPIC sendiri. Hasil akhir dari rencana produksi ini berupa Surat Perintah Kerja SPK yang berisi volume yang harus diproduksi setiap harinya. SPK ini akan dieksekusi oleh bagian produksi atau sebagai panduan produksi untuk hari tersebut. Inventory 36 control merupakan manajemen pengendalian penyimpanan. Inventory control di PT. MDS mencakup pengendalian persediaan bahan baku produksi dan pengendalian penyimpanan hasil produksi. Baik production planning ataupun inventory control di PT. MDS diatur sepenuhnya oleh departemen PPIC yang berada dibawah tanggung jawab manajer SCM. Gambar 9. Tahapan pembuatan SPK Sumber : PT. MDS Keterangan : - RF = Rolling Forecast - RO = Reverse Order - CP = Capasity Planning - RCCP = Rough Cap Capacity Plan - MPS = Massa Production Schedulling - PO = Purchasing Order - SPK = Surat Perintah Kerja - = Arah Aliran Gambar 9. menggambarkan strategi PPIC di PT. MDS. Production planning merupakan rencana produksi yang dibuat olehperusahaan. Rencana produksi ini dibuat oleh Departemen PPIC sendiri. Hasil akhir dari rencana produksi ini berupa Surat Perintah Kerja SPK yang berisi volume yang harus diproduksi setiap harinya. SPK ini akan dieksekusi oleh bagian produksi atau sebagai panduan produksi untuk hari tersebut. Inventory control merupakan manajemen pengendalian penyimpanan. Inventory control di PT. MDS mencakup pengendalian persediaan bahan baku produksi dan pengendalian penyimpanan hasil produksi. Baik production planning ataupun inventory control di PT. MDS diatur sepenuhnya oleh departemen PPIC yang berada dibawah tanggung jawab manajer SCM. Massa Production Schedulling atau MPS merupakan rencana produksi yang akan dilakukan oleh perusahaan. MPS memberikan informasi jumlah produk yang harus diproduksi pada waktu tersebut dan kapan produk tersebut harus selesai diproduksi. Terdapat dua jenis MPS seperti yang RF RO CPRCCP MPS Bulanan MPS Mingguan SPK Produksi Storage Distribusi PO Confirm Sales 37 telah digambarkan di gambar 9. yaitu MPS bulanan dan MPS mingguan. MPS bulanan merupakan jadwal produksi yang akan dilakukan selama satu bulan, sedangkan MPS mingguan merupakan jadwal produksi yang akan dilakukan perusahaan selama satu minggu. Sebelum dibuat MPS yang nantinya menjadi panduan bagi pembuatan Surat Perintah Kerja SPK, perusahaan terlebih dahuu membuat data Rolling Forecast RF. Rolling Forecast RF merupakan data permintaan yang menggambarkan rata-rata permintaan perusahaan setiap tahunnya. Selain rata-rata permintaan tahunan, RF juga menyimpan data permintaan rata-rata setiap bulannya. Tabel 2. Data Permintaan Konsumen Item Produk Juli- 2011 pcs Total W-1 W-2 W-3 W-4 W-5 4-Jul 10-Jul 17-Jul 24-Jul 31-Jul 9-Jul 16-Jul 23-Jul 30-Jul 6-Agust A1 A2 A3 A4 A5 156 384 915 1412 80 536 952 3368 5352 241 527 928 3339 6079 258 633 1361 4116 6533 303 684 1379 4465 6817 313 2535 5005 16203 26192 1196 Sumber : PT. MDS Data RF ini merupakan pusat data permintaan perusahaan yang akan menjadi panduan perusahaan dalam membuat rencana produksi kedepannya. Data RF terdiri atas beberapa data seperti nama item produk, bobot gram item, waktu produksi, jumlah permintaan produk dalam satuan pack, kg, dan masak. Selanjutnya data RF ini akan diturunkan atau menjadi panduan dalam pembuatan data reverse order RO. Data RO merupakan data permintaan produk yang telah dikurangi dengan jumlah stok yang ada, pembatalan pemesanan, dan lain sebagainya. Data RO ini sering disebut dengan data permintaan yang sudah benar-benar siap digunakan. Data RO mirip dengan data RF akantetapi ditambah dengan data stok gudang perusahaan. Data RO merupakan data panduan untuk membuat data Rough Cap Capacity Plan RCCP atau rencana produksi kasar. RCCP berbeda dengan RO ataupun RF, karena data ini memuat rencana produksi yang harus dilakukan perusahaan. Rencana produksi ini terkait dengan jumlah produk yang harus dihasilkan dan kapan produk itu selesai dibuat. RCCP terdiri atas nama item produk, bobot gram item, waktu produksi, jumlah produk yang harus diproduksi dalam satuan pack, kg, dan masak. RCCP ini akan menjadi panduan dalam pembuatan MPS perusahaan. MPS bulanan dibuat setiap bulannya yang berisi rencana produksi untuk satu bulan tersebut. Meskipun data ini belum menjadi data fiks yang akan dilakukan perusahaan masih berbentuk perkiraan, tapi data MPS ini akan menjadi pertimbangan dalam membuat MPS mingguan. MPS mingguan merupakan data rencana produksi yang benar-benar akan dilakukan oleh perusahaan. Selain diambil dari data MPS bulanan, MPS mingguan ini dibuat berdasarkan data confirm sales CS yaitu data permintaan yang terjadi pada bulan tersebut. Confirm sales sendiri merupakan data 38 permintaan yang diambil dari data purchasing order PO. PO dan CS merupakan dua data yang berbeda, PO merupakan data permintaan produk kasar yang langsung dari permintaan konsumen. Adapun CS merupakan data permintaan yang benar-benar harus dipenuhi dengan melakukan produksi terhadap produk yang dimnta atau data permintaan setelah dikurangi dengan data stok perusahaan yang ada. MPS ini dibuat setiap minggu, biasanya kamis-jum’at. MPS minggun ini menjadi data acuan untukpembuatan Surat perintah Kerja SPK perusahaan. SPK ini merupakan surat perintah yang menjadi panduan departemen produksi untuk melakukan proses produksi setiap harinya. SPK dibuat perhari dan diberikan kebagian produksi sehari sebelum produksi untuk mempersiapkan bahan yang perlu ada perlakuan awal, seperti purem, emulsi, dan lain sebagainya. Hasil produksi akan disimpan digudang penyimpanan sebelum didistribusikan ke konsumen- konsumen berdasarkan data PO yang ada. Berdasarkan penelitian didapatkan beberapa masalah berupa penumpukan di beberapa lini produksi. Selain itu pengurutan produksi dinilai kurang efektif, hal ini dikarenakan masih banyak terdapat downtime mesin atau waktu mesin yang terbuang untuk membersihkan mesin produksi. Permasalahan ini bisa diatasi dengan penyusunan jadwal produksi yang tepat. Dalam penyusunan jadwal produksi ini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang mengirimkan produk setiap hari artinya gundang finish goods harus selalu terisi untuk memudahkan pendistribusian produk.

6.4 Analisis Pendahuluan