44
Tabel 9. Data SPT Mesin Pengemasan Vakum
Produk Jumlah Produksi
batch Item
Produk Item
Produk Proses
batch Pelayanan
menitbtch Proses
menit Gol. B
8 MB 15 pcs
MB 30 pcs CB 10 pcs
SSG 24 pcs SSG 27 pcs
SS 6 pcs MB 30 pcs
MB 15 pcs CB 10 pcs
SSG 24 pcs SS 24 pcs
SSG 12 pcs 4
2 2
3 3
7 4
5 5
20 20
22 15
11 11
63 65
147 Total Waktu Proses menit
Utilisasi Mesin Downtime Mesin menit
Total Waktu menit 312
4 120
432 Urutan produk awal sebelum disusun dengan metode SPT
Urutan produk setelah disusun dengan metode SPT Setelah produk digolongkan, selanjutnya produk diurutkan kembali dalam
golongannya masing-masing dengan menggunakan metode SPT dan dilakukan pada mesin pengemasan vakum. Pemilihan mesin pengemasan vakum ini dikarenakan pada analisis
pendahuluan disimpulkan bahwa mesin pengemasan vakum merupakan mesin kritis produksi atau mesin yang memiliki waktu produksi paling lama dibandingkan dengan mesin produksi
lainnya dalam satu rantai produksi. Tabel 9. merupakan tabel yang menunjukan hasil pengurutan salah satu golongan produk pada salah satu mesin pengemasan vakum. Susunan
produksi pada mesin pengemasan vakum ini merupakan acuan yang digunakan pada penyusunan alternatif penjadwalan produksi, artinya susunan item produk pada mesin
pengemasan vakum ini akan menjadi urutan produksi pada mesin-mesin produksi lainnya dalam satu rantai produksi.
6.5.3 Perbandingan antara penjadwalan lama dengan alternatif penjadwalan produksi
Setelah dihasilkan alternatif jadwal produksi, dilakukan perhitungan untuk membandingkan apakah alternatif penjadwalan produksi ini lebih baik dari jadwal
sebelumnya. Analisis yang digunakan adalah membandingkan waktu penyelesaian target produksi minggu pertama pada bulan juli 2011 dan urutan yang dihasilkan dari masing-
masing jadwal produksi.
45
Tabel 10. Data Perbandingan Penjadwalan
PT. MDS
Tabel 10. menunjukan data perhitunngan perbandingan antara alternatif penjadwalan dengan penjadwalan lama yang digunakan perusahaan. Dari tabel tersebut terlihat bahwa waktu
produksi yang digunakan untuk mencapai target pada minggu pertama bulan juli 2011 pada penjadwalan produksi lama adalah 2803 menit, sedangkan untuk alternatif penjadwalan
produksi sebesar 2511 menit. Sedangkan downtime mesin menurun sebesar 5. Hasil ini menunjukan bahwa alternatif penjadwalan produksi menghasilkan jadwal produksi yang
lebih efisien dibandingkan jadwal produksi lama. Hasil ini berpengaruh pada penurunan utilisasi
mesin sebesar 4 yang artinya bahwa semakin banyak item produk untuk diproduksi pada periode ini. Data perhitungan lengkap bisa dilihat di lampiran 8. Selain itu, hasil ini
berpengaruh pula pada waktu penyelesaian pada periode tersebut, lampiran 10. menunjukan bahwa data sebelumnya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu periode pada
minggu pertama bulan juli 2011 tersebut adalah kamis, shift 2 menit ke-243. Sedangkan alternatif penjadwalan produksi dapat menghasilkan jadwal produksi yang bisa
menyelesaikan periode tersebut pada hari kamis, shift 2 menit ke-51. Hasil ini menunjukan adanya waktu sekitar 192 menit yang bisa digunakan untuk memproduksi item produk
lainnya. Selain menghasilkan alternatif jadwal produksi yang lebih efisien, alternatif jadwal
produksi ini juga menghasilkan urutan produksi yang lebih baik dibandingkan urutan produksi sebelumnya terkait pendistribusian perusahaan yang dilakukan setiap hari atau stok
produk harus selalu tersedia di gudang produk finish goods. Untuk membandingkan ini digunakan skoring pada masing-masing jadwal produksi dengan aturan skoring sebagai
berikut : a.
Acuan urutan produksi adalah urutan produksi yang dihasilkan berdasarkan nilai CR, artinya urutan terbaik adalah urutan produksi yang sesuai dengan urutan produksi yang
dihasilkan setelah pengurutan produksi dengan nilai CR. b.
Dilakukan perbandingan jadwal produksi yang dihasilkan dari alternatif penjadwalan produksi dan jadwal produksi lama.
Ukuran Hasil Perhitungan
Data Perusahaan Menit Jam
Menit Jam
Total Waktu Aging
Waktu Efektif Waktu Terpakai
Sisa 7200
1800 5400
2511 2889
120 30
90 42
48 7200
1800 5400
2003 2597
120 30
90 47
43 Utilisasi Mesin
60 64
Downtime Mesin 6
11 Presentase sisa
35 25
46
c. Jadwal produksi yang urutannya lebih baik mendapat nilai 1 dan seterusnya, sedangkan
jadwal sebelumnya bernilai 0. Berdasarkan perhitungan skoring ini menunjukan bahwa alternatif penjadwalan produksi
bernilai 243, sedangkan jadwal produksi lama bernilai 106. Hasil ini menunjukan bahwa alternatif penjadwalan produksi menghasilkan urutan produksi yang lebih baik.
47
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pada penjadwalan ini adalah permintaan produk, stok produk, jumlah produksi, downtime mesin terutama untuk kasus change over, urutan
penjadwalan produksi, delay saat pengangkutan dari satu mesin ke mesin lainnya, waktu kerja mesin itu sendiri, dan kapasitas mesin pengemasan.
2. Penjadwalan yang dihasilkan memiliki waktu proses yang lebih efisien, terlihat dari sisa jam
kerja mesin yang mengalami peningkatan sebesar 10. 3.
Penjadwalan ini menghasilkan jadwal produksi yang lebih produktif. Hal ini terlihat dari utilisasi mesin menurun dari 64 menjadi 60.
4. Dihasilkan alternatif jadwal produksi dengan produktivitas yang lebih baik.
7.2 Saran
Adapun saran dari penelitian ini adalah : 1.
Hendaknya perusahaan lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penjadwalan produksi.
2. Susunan item produk dalam penjadwalan produksi hendaknya lebih diperhatikan, karena
susunan yang baik akan mengurangi downtime mesin. 3.
Perusahaan hendaknya mengelompokan item produk sejenis dalam penyusunan jadwal produksi, upaya ini dapat menghasilkan jadwal produksi yang lebih produktif.
4. Perbaikan jadwal produksi, hendaknya terus dikembangkan untuk menghasilkan jadwal
produksi yang lebih baik.