5.2.6 Pembuatan Gambar Kerja
Pembuatan gambar kerja merupakan tahap akhir pada proyek ini. Pada tahap ini gambar yang dihasilkan berupa gambar-gambar konstruksi yaitu berupa
gambar kerja yang lengkap dan detil, beserta data penunjang lainnya yang siap digunakan pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan baik untuk komponen
hardscape maupun softscape yang telah disetujui dan siap untuk dilaksanakan. Pada tahap gambar kerja ini, format kertas yang digunakan sama dengan
format kertas gambar pada tahap pengembangan desain, menggunakan kertas A3 420x297 mm. Pada perancangan roof garden ini gambar kerja yang dihasilkan
berupa gambar-gambar seperti, detil bangku taman, detil perkerasan, detil shade sail, lampu taman dan tempat sampah, detil playground, detil railing dan
timberdeck, detil reflexiology path, dan detil water feature. Booth 1983, gambar-gambar konstruksi Construction Drawings.
Dalam tahap ini desainer mempersiapkan gambar-gambar konstruksi. Gambar- gambar tersebut yaitu gambar rencana layout, grading plan, rencana penanaman,
dan detail konstruksi dengan spesifikasinya. Semua gambar-gambar tersebut dipersiapkan sebagai komunikasi bagaimana membangun semua elemen dalam
proyek. Dalam hal ini hanya terdapat perbedaan istilah yang digunakan oleh OZ dengan menurut Booth 1983. OZ menggunakan istilah working drawing
sedangkan Booth menggunakan istilah Construction Drawings. Berikut adalah gambar kerja pada segmen A, B, dan C. Pada gambar
tersebut menunjukkan dimensi dari material yang digunakan. Gambar ini berguna sebagai acuan pada saat pelaksaan pembangunan taman. Gambar 50 menunjukkan
gambar kerja pada segmen A, gambar 51 menunjukkan gambar kerja pada segmen B, dan gambar 52 menunjukkan gambar kerja atau working drawing pada segmen
C.
Gambar 50. Working Drawing Segmen A Sumber : Oemardi_Zain, 2011
Gambar 51. Working Drawing Segmen B Sumber : Oemardi_Zain, 2011
81
Gambar 52. Working Drawing Segmen C Sumber : Oemardi_Zain, 2011
5.3 Kelebihan dan Kekurangan
Vertical Garden serta Roof Garden
a. Penyerap Polutan
Bila dilihat dari kemampuan penyerapan polutan, sebenarnya lebih mengacu kepada pemilihan jenis tanamannya, dalam hal ini jenis-jenis tanaman
yang maksimal dalam menyerap polutan. Bila memilih tanaman yang tepat pada kedua taman ini akan memaksimalkan fungsinya untuk menyerap polutan dari
lingkungan. Salah satu polutan yang ada di perkotaan dan tergolong gas rumah kaca
yang cukup besar kandungannya di lingkungan yakni CO
2
sebesar 92, NO
x
sebesar 73,4, dan SOx sebesar 26,5 bersumber dari transportasi, selebihnya dari industri, pemukiman dan sampah Joga,2011.
Pada proyek perancangan vertical garden yang dikerjakan OZ, lokasi bangunan dekat dengan jalan yang dilintasi banyak kendaraan bermotor, berjarak
sekitar 8,5 meter dari jalan. Dengan adanya vertical garden tersebut bisa berguna sebagai filter udara, menyerap gas polutan dan gas rumah kaca yang bersumber
dari transportasi. Hal ini lebih efektif dibanding dengan roof garden yang ada di RSCM, lokasi roof garden berjarak sekitar 18 meter dari jalan, selain itu
lokasinya berada pada lantai 5 dari gedung dengan ketinggian sekitar 18 meter dari permukaan, dan jika ditarik garis diagonal berjarak sekitar 25,5meter.
Oleh karena itu, bila dilihat efektivitas dari kedua taman tersebut dalam membantu menyerap gas rumah kaca CO
2
, NO
x
, SO
x
, CFC, vertical garden akan lebih menjadi rekomendasi perancangan. Dalam peletakan titik perancangan
lebih variatif, bisa diletakkan di tepi jalan, sebagai living wall bagi kantor atau gedung dan maksimal untuk menyerap gas rumah kaca sekaligus polusi yang
bersumber dari transportasi, dan juga pada kolom-kolom jalan layang. Dengan diserapnya gas tersebut akan mengurangi kadar gas rumah kaca di lingkungan,
sehingga dapat membantu mengurangi pemanasan global. Perancangan vertical garden tidak hanya bisa diterapkan di luar ruangan,
namun juga bisa diterapkan di dalam ruangan indoor, dengan keberadaan taman ini di dalam ruang akan membantu meyerap polutan yang ada di dalam ruangan
sekaligus menambah nilai estetika bangunan, seperti terlihat pada Gambar 53.
Gambar 53. Vertical Garden Indoor b.
Reduksi Suhu Bangunan Baik roof garden ataupun vertical garden bisa membantu menurunkan
suhu bangunan baik permukaan bangunan dan juga suhu dalam ruang bangunan. Berikut adalah Tabel 13 menunjukkan perbandingan reduksi suhu ruangan oleh
vertical garden dan roof garden. Tabel 13. Reduksi Suhu Bangunan
Vertical garden Roof garden
Reduksi suhu permukaan
10
o
C 11-25
o
C Reduksi suhu ruang
3-4
o
C Tanpa pendingin
Sumber: Bell, 2004 Dari literatur di atas dapat dilihat bahwa kemampuan roof garden dalam
mengurangi suhu permukaan bangunan lebih besar dibandingkan dengan vertical garden. Namun, bila keduanya diterapkan bersamaan tentunya akan sangat
membantu mengurangi suhu bangunan. Dari perancangan vertical garden di proyek ini, cara yang dilakukan untuk
menurunkan suhu baik permukaan bangunan ataupun suhu di dalam bangunan adalah dengan menghalangi sinar matahari yang menuju ke dinding bangunan,
sedangkan pada roof garden di RSCM caranya adalah dengan menghalangi jatuhnya sinar matahari ke atap bangunan. Terhalangnya sinar matahari adalah
karena adanya tanaman-tanaman ada pada bangunan. Sinar matahari sepanjang hari lebih banyak jatuh pada atap bangunan, dengan adanya roof garden bisa
mengurangi konduksi panas melalui atap beton bangunan, sehingga panas permukaan bangunan dan dalam ruang yang berada di lantai 4 gedung RSCM bisa
berkurang.
Sumber : Penelusuran Google