Kelebihan dan Kekurangan HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 53. Vertical Garden Indoor b. Reduksi Suhu Bangunan Baik roof garden ataupun vertical garden bisa membantu menurunkan suhu bangunan baik permukaan bangunan dan juga suhu dalam ruang bangunan. Berikut adalah Tabel 13 menunjukkan perbandingan reduksi suhu ruangan oleh vertical garden dan roof garden. Tabel 13. Reduksi Suhu Bangunan Vertical garden Roof garden Reduksi suhu permukaan 10 o C 11-25 o C Reduksi suhu ruang 3-4 o C Tanpa pendingin Sumber: Bell, 2004 Dari literatur di atas dapat dilihat bahwa kemampuan roof garden dalam mengurangi suhu permukaan bangunan lebih besar dibandingkan dengan vertical garden. Namun, bila keduanya diterapkan bersamaan tentunya akan sangat membantu mengurangi suhu bangunan. Dari perancangan vertical garden di proyek ini, cara yang dilakukan untuk menurunkan suhu baik permukaan bangunan ataupun suhu di dalam bangunan adalah dengan menghalangi sinar matahari yang menuju ke dinding bangunan, sedangkan pada roof garden di RSCM caranya adalah dengan menghalangi jatuhnya sinar matahari ke atap bangunan. Terhalangnya sinar matahari adalah karena adanya tanaman-tanaman ada pada bangunan. Sinar matahari sepanjang hari lebih banyak jatuh pada atap bangunan, dengan adanya roof garden bisa mengurangi konduksi panas melalui atap beton bangunan, sehingga panas permukaan bangunan dan dalam ruang yang berada di lantai 4 gedung RSCM bisa berkurang. Sumber : Penelusuran Google Berkurangnya suhu bangunan secara tidak langsung akan mengurangi penggunaan mesin pendingin atau AC Air Conditioner, dampak dari berkurangnya penggunaan mesin pendingin adalah berkurangnya gas emisinya yakni CFC Chloro Fluoro Carbon. Gas ini merupakan gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Jadi, dengan adanya vertical garden dan roof garden mampu mengurangi pemanasan global dengan mengurangi kadar gas rumah kaca. Selain berkurangnya gas rumah kaca, adanya taman ini akan memberikan udara segar walau berada di ketinggian. c. Mereduksi Laju Runoff Proses run off aliran permukaan adalah proses yang terjadi ketika hujan mulai turun, sebagian aliran air mengalir dipermukaan run off, sebagian tertahan pada tanaman intersep, dan sebagian lagi terserap ke dalam tanah infiltrasi. Menurut McDonagh 2006. Keberadaan roof garden ternyata mampu menahan 75 air dan 25 menjadi run off. Dengan tertahannya air pada atap bangunan akan sangat berguna mengurangi jumlah air yang mengalir di permukaan, secara tidak langsung akan mengurangi genangan atau banjir. Selain itu, dengan tertahannya air pada roof garden ini, air tersebut bisa dimanfaatkan oleh tanaman dan akan membantu meningkatkan kelembaban udara pada ruang di lantai atas gedung RSCM. Pada kasus ini vertical garden terutama pada dinding apartemen ini lebih kepada mengurangi limpasan air hujan ke bangunan. Namun, perkembangan teknologi saat ini menghasilkan sebuah inovasi vertical garden yang juga bisa difungsikan menahan curah hujan, sehingga mengurangi aliran permukaan. Gambar berikut merupakan perancangan vertical garden di Singapura Gambar 54. Gambar 54. Vertical Garden di Singapura Sumber : Penelusuran Google d. Mereduksi Angin Untuk menghalangi atau mengurangi kecepatan angin yang bergerak secara horizontal akan lebih maksimal dengan penghalang dengan bidang vertikal. Oleh karena itu, vertical garden menjadi pilihan yang efektif untuk mereduksi kecepatan angin. Pada roof garden di RSCM bidang vertikal yang ada lebih kepada tegakan pohon, yang memang tidak terlalu banyak disediakan dikarenakan daya dukung atap yang juga terbatas. Namun, untuk mengurangi kecepatan angin yang berlebih pada roof garden dibuat sebuah shelterbelts semacam pagar dengan dinding berupa jaring-jaring kawat, dan pada dinding tersebut terkadang ditanami tanaman merambat. Kecepatan angin besar yang kurang nyaman pada bangunan tinggi dapat dikendalikan dengan shelterbelts Lestari, 2008. Pada roof garden RSCM tidak menggunakan shelterbelts dikarenakan kondisi angin sekitar bangunan tidak terlalu besar. Ilustrasi gambar shelterbelts dapat dilihat pada gambar 55 berikut ini. Gambar 55. Shelterbelts Sumber : Lestari, 2008 e. Struktur Struktur pendukung dan juga jenis vertical garden yang lebih variatif memberikan pilihan yang cukup banyak jika ingin diterapkan sesuai dengan keinginan terutama bagi skala rumah tangga, pilihan membuat vertical garden yang sederhana bisa dilakukan. Bisa menggunakan planter box seperti yang dipergunakan pada perancangan vertical garden di apartemen, kemudian dengan pot-pot tanaman yang disusun secara vertikal, atau dengan menggunakan geotextile. Gambar 56 menunjukkan perancangan vertical garden dalam skala rumah tangga dengan menggunakan bahan geotextile. Gambar 56. Vertical Garden dengan Menggunakan Geotextile Sumber : Sujayanto, 2011 Berbeda dengan perancangan roof garden dengan komponen dasar berupa atap plat beton, dan komponen pendukung seperti lapisan waterproof, pemasangan drainagecell, dan geotextile layer, membutuhkan pertimbangan secara biaya dan juga pelaksanaannya yang diakukan oleh orang yang ahli. Dari segi struktur, perancangan vertical garden lebih mudah dibandingkan dengan roof garden, terutama bila diterapkan dalam skala rumah tangga. f. Fungsi Aktivitas manusia lebih banyak pada bidang horizontal, untuk memfasilitasi aktivitas tersebut, taman atap bisa menjadi alternatif untuk menambah ruang aktivitas bagi manusia, baik untuk interaksi sosial, bersantai, bermain, hingga berolah raga asalkan dengan kekuatan yang mendukung. Selain memberikan ruang untuk aktivitas tersebut, adanya roof garden bisa menambah nilai ekonomi bangunan, taman ini bisa menjadi alternatif pilihan sebagai lokasi untuk menanam tanaman buah ataupun sayuran, selain itu keberadaan taman atap bila sesuai akan mampu memberikan ruang bagi beberapa satwa liar seperti burung. Pada roof garden di RSCM perancangannya memang lebih ditujukan kepada penambahan ruang aktivitas, untuk kegiatan beristirahat, bersantai, bermain, area terapi pasca operasi, dan juga interaksi sosial. Bila memungkinkan dan sesuai dengan daya dukunganya adanya tanaman di roof garden di RSCM ini bisa menjadi habitat satwa, dan menjadi salah satu elemen yang mensinergikan ruang-ruang hijau lainnya di Jakarta. Sedangkan pada vertical garden di apartemen tidak bisa menjadi alternatif pilihan ruang aktivitas tambahan, karena lebih ditujukan sebagai display, namun konsep taman ini juga bisa menjadi alternatif sebagai tempat untuk produksi tanaman seperti sayur-sayuran. g. Biaya Dilihat dari komponen yang digunakan pada kedua taman ini, perancangan roof garden RSCM membutuhkan biaya yang cukup besar dibanding vertical garden. Dari persiapan plat beton sudah membutuhkan biaya yang cukup besar ditambah lagi komponen pendukung lainnya seperti pemasangan lapisan waterproof, drainagecell, dan geotextile layer. Namun, dengan mengeluarkan biaya yang cukup besar ada keuntungan lain yang bisa didapat yakni penambahan usia atap bangunan roof garden di RSCM. Green roof dapat melipatgandakan kehidupan atap dari 15 tahun menjadi 30 tahun Cutlip, 2006. Menerapkan vertical garden bisa menggunakan komponen yang paling sederhana yakni felt atau bisa juga dengan geotextile layer. Geotextile bisa menggantikan kain felt Harjanto dalam Sujayanto, 2011. Bisa juga dirancang denga penyusunan planter box atau juga pot-pot tanaman. h. Mengurangi Kebutuhan Pendingin Ruang Mesin pendingin udara lebih dikenal dengan AC Air Conditioner umumnya akan digunakan ketika suhu ruangan tidak nyaman atau terasa panas. Keberadaan vertical garden dan roof garden mampu mengurangi suhu bangunan sehingga mampu mengurangi penggunaan mesin pendingin sekaligus menurunkan energi yang digunakan untuk mesin pendingin tersebut. Berikut adalah tabel pengurangan penggunaan energi berdasarkan literatur Tabel 14. Tabel 14. Penurunan Penggunaan Energi untuk Pendingin Vertical garden Roof garden Besar penurunan 23 75 Sumber: Anonim, 2012 Perancangan taman ini bila diterapkan baik di dinding apartemen dan atap bangunan RSCM, akan cukup membantu mengurangi penggunaan AC, berkurangnya penggunaan AC akan mengurangi penggunaan energi listrik yang dialokasikan ke AC. Berkurangnya energi yang seharusnya digunakan untuk mesin pendingin, akan menghemat biaya operasional baik di apartemen dan RSCM. Selain itu pengurangan konsumsi energi tadi akan membantu mengurangi emisi dari bahan bakar yang digunakan oleh PLN untuk menghasilkan energi listrik, dikarenakan untuk menghasilkan energi listrik, PLN menggunakan bahan bakar yang memberikan efek samping munculnya gas-gas sisa atau residu yang tergolong gas rumah kaca. i. Reduksi Kebisingan Suara yang berlebihan tentunya akan sangat mengganggu terutama bagi manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, perancangan taman-taman yang menjadi reduktor alami dari kebisingan mungkin akan lebih ramah lingkungan dibanding dengan dinding-dinding masif. Selain mereduksi kebisingan adanya taman akan memberikan pandangan visual yang lebih bagus. Salah satunya adalah vertical garden, taman ini mampu menyerap suara sebesar 15 -24 desibel Arifila 2009 dalam Binabid, 2010. Pada roof garden di RSCM bidang vertikal yang bisa membantu menahan kebisingan lebih banyak jenis pohon. Sedangkan pada perancangan vertical garden di apartemen pola penanaman ditanam dengan cukup rapat yang diisi tanaman jenis ground cover dan tanaman merambat. Kerapatan dan tekstur tanaman tersebut cukup membantu mereduksi suara. j. Pilihan Jenis Tanaman Dari perancangan kedua taman ini, roof garden lebih unggul dibandingkan vertical garden, pemilihan jenis tanaman pada roof garden lebih banyak, dari rumput hingga pohon asalkan tanaman tersebut cukup adaptif terhadap intensitas angin dan radiasi matahari yang cukup tinggi, sedangkan pada vertical garden lebih terbatas karena media tanam yang juga memang terbatas. Menurut Nasrullah dalam Sujayanto 2011 pada vertical garden jenisnya tidak terbatas, asal tidak berkayu karena media memang terbatas. Pada perancangan vertical garden di apartemen, jenis tanaman yang digunakan adalah ground cover dan tanaman rambat. Sedangkan pada roof garden yang di rancang OZ di RSCM menggunakan jenis tanaman rumput dan pohon. Dengan area yang cukup luas, serta struktur bangunan yang mendukung, berbagai jenis tanaman bisa digunakan asalkan tanaman tersebut cukup adaptif terhadap angin dan radiasi matahari. k. Sistem Drainase dan Irigasi Untuk penyiraman menggunakan irrigation system atau dikenal dengan irigasi tetes, air menetes di media tanam dekat tanaman tumbuh. Lama penyiraman diprogram dengan pengatur waktu, jika ada air yang berlebih ditampung dibagian bawah dari VGM Syaiful dalam Sujayanto, 2011. Penyiraman bisa dilakukan secara manual atau otomatis dengan menggunakan sprinkler. Jika tanaman menggunakan bak-bak terpisah, cukup gunakan penyiraman manual, dan jika roof garden berupa hamparan penggunaan sprinkler akan lebih efektif dan menghemat waktu Lestari, 2008. Tabel 15. Sistem Drainase dan Irigasi Sistem Vertical garden Apartemen Roof garden RSCM Drainase Pipa dibawah planter box Drainase permukaan, Drainase resapan Irigasi Sprinkler Irigasi manual Berdasarkan sistem irigasi, vertical garden yang dirancang OZ menggunakan sprinkler, penyiraman secara otomatis, dengan pengaturan waktu tertentu. Hal ini juga akan mempermudah penyiraman dibandingkan dengan menggunakan penyiraman manual, kesulitan dalam menjangkau dan juga kebutuhan air dari tiap tanaman hampir sama akan lebih mudah dengan bantuan mesin. Dengan menggunakan mini sprinkler yang ada di setiap planter box, berguna membagi kebutuhan air ke seluruh media tanaman, sprinkler dihubungkan dengan pipa yang tersambung ke sumber air. Drainase pada vertical garden yang dibuat menggunakan drain net sejenis pipa yang mengalirkan kelebihan air menuju pembuangan akhir. Sedangkan untuk sistem penyiraman pada roof garden di RSCM yang dirancang menggunakan penyiraman secara manual untuk penyiraman pada tanaman jenis pohon. Sedangkan untuk penyiraman rumput menggunakan sprinkler agar lebih efektif dan menghemat tenaga. Untuk sistem drainasenya terdapat dua jenis yakni drainase resapan dan drainase permukaan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Melalui kegitan magang di Oemardi_Zain Landscape Consultant menambah pengetahuan mahasiwa dalam bidang perancangan, dari penerimaan proyek, pengerjaan studio terkait dengan hal-hal teknis mendetil, hingga kunjungan lapang. Peran setiap staf yang sangat baik membantu meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam produksi gambar di studio dan melalui kegiatan magang ini secara khusus mahasiswa mengerti proses perancangan vertical garden dan roof garden secara mendetil. Pada perancangan vertical garden beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain jenis konstruksi pilaster kerangka besi dan wadah media tanam vertical greening module, planter box, substrat, felt, geotextile, jenis tanaman, media tanam yang ringan, sistem drainase dan irigasi, dan yang terpenting adalah struktur pendukung yakni kekuatan bangunan yang telah diperhitungkan dengan tepat untuk dapat menahan beban vertical garden. Sedangkan pada roof garden, hal yang perlu diperhatikan antara lain, konstruksi atap plat beton yang sudah memenuhi standar untuk perancangan roof garden dengan tebal sekitar 15-20 cm dan kolom struktural pendukung yang kuat, lapisan waterproofing penahan rembesan air, drainage cell dan geotextile layer, pemilihan tanaman yang adaptif terhadap angin dan radiasi yang cukup tinggi, dan juga sistem drainase dan irigasi. Kelebihan vertical garden diantaranya, lebih efektif dalam penyerapan polutan, mereduksi angin, mereduksi kebisingan 15-24 db, biaya perancangan yang lebih murah, menghalangi limpasan hujan ke dinding bangunan, dan mampu mereduksi suhu ruangan sebesar 10 ° C. Kelebihan roof garden diantaranya memberikan ruangan tambahan interaksi sosial, produksi, habitat satwa, menurunkan suhu permukaan 11-25 °C dan suhu ruangan 3-4 °C, efektif mengurangi run off 75 tertahan, 25 run off, lebih banyak pilihan jenis tanaman, mengurangi kebutuhan energi untuk pendingin 75, dan mampu menambah usia atap bangunan. Dengan adanya vertical garden dan roof garden bisa menjadi alternatif pilihan perancangan taman bagi owner yang memiliki lahan terbatas, menjadikan gedung-gedung di perkotaan menjadi lebih hijau, mampu menciptakan iklim mikro yang nyaman, dan keberadaan taman ini sangat membantu mengurangi gas rumah kaca dan juga polusi terutama di Jakarta, gas yang menjadi penyebab pemanasan global seperti CO 2 , CFC, NOx, SOx, dan CH 4 yang berada di udara dapat direduksi oleh tanaman-tanaman pada taman ini, sehingga dengan adanya perancangan vertical garden ataupun roof garden ini bisa menjadi salah satu strategi mengurangi dampak pemanasan global.

6.2 Saran

Kegiatan magang perlu terus dilakukan, agar mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dalam perancangan di bidang arsitektur lanskap, memperoleh pengalaman tambahan mengenai dunia kerja profesi arsitektur lanskap, dengan kegiatan magang ini terjalin hubungan yang baik antara departemen Arsitektur Lanskap IPB dengan tempat magang dalam hal ini Oemardi_Zain Landscape Consultant. Bagi konsultan perancangan, konsultan perencanaan, kontraktor, pengembang, owner, sebaiknya konsep-konsep ekologi bisa menjadi masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam setiap proses pembangunan. Peningkatan jumlah perancangan vertical garden dan roof garden di kota- kota besar seperti Jakarta untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai fungsi-fungsi ekologis suhu, radiasi, kebisingan, penyerapan gas polutan dari vertical garden dan roof garden ini, sehingga bisa menjadi pertimbangan ataupun bahan pembelajaran bagi kalangan akademisi dan juga bagi pihak-pihak terkait dalam melakukan perancangan taman ini.