Taman Vertikal atau TINJAUAN PUSTAKA

tanaman, karena tanaman berperan penting dalam keseimbangan lingkungan. Tanaman dapat menyediakan ruang yang sejuk dan kaya oksigen untuk manusia. Konsep ini memberikan manfaat antara lain: 1 menambah keindahan alami lingkungan, 2 menciptakan taman indah di lahan terbatas, 3 menahan panas dari luar, 4 mengurangi tingkat kebisingan suara, 5 mengurangi polusi udara, 6 menangkap partikel-partikel polutan, 7 meningkatkan suplai oksigen Blanc, 2008. Vertical garden bisa membantu mengurangi dampak global warming dengan skala mikro. Vertical garden juga bisa menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin memiliki taman untuk menambah nilai keindahan dari bangunan atau rumahnya, walau dengan lahan yang terbatas. Pembuatan taman ini sebenarnya juga cocok bila dikembangkan di kota-kota besar di Indonesia. Namun, menurut Papilaya 2012, faktor kendala dalam perkembangan perancangan vertical garden di Indonesia adalah karena material konstruksi yang sulit dan harga yang mahal, serta jarangnya sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan. Vertical garden terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bingkai logam, lapisan PVC dan lembaran holding. Bingkai logam digantungkan di dinding dan berdiri sendiri. Hal ini dapat memberikan lapisan udara yang bertindak sebagai sistem isolasi yang efisien. Lapisan PVC, lapisan ini memberikan ke seluruh struktur sehingga membuat struktur tersebut tahan air. Lapisan holding, lapisan ini terbuat dari poliamida dan tahan korosi serta mempunyai kapilaritas tinggi yang memungkinkan distribusi air homogen Blanc, 2008. Perancangan vertical garden merupakan hasil kreasi yang inovatif untuk menumbuhkan tanaman tanpa menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan. Ditemukannya sistem pertumbuhan vertical garden, maka berkurangnya beban yang harus ditopang pada sebuah dinding sehingga memudahkan dalam penataan desain taman vertikal dalam skala dinding yang luas. Perancangan vertical garden dapat menjadi solusi pembuatan taman pada lokasi lahan yang terbatas. Dalam perancangan vertical garden, menurut Tambayong 2009, ada beberapa teknik yang digunakan yaitu dengan planter box, modul, dan substrat. Penggunaan teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi bangunan. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. teknik planterbox menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di dalamnya diberi media, b. teknik modul, merupakan modifikasi pot yang dirancang khusus untuk taman vertikal. Modul dipasang pada kerangka besi yang direkatkan pada dinding bangunan, c. teknik substrat, merupakan teknik penanaman vertical garden dimana tanaman yang digunakan langsung ditanam pada kulit bangunan. Akar tanaman berpegang pada substrat yang ditempelkan dengan teknik khusus pada dinding. Dinding dapat dilindungi dengan lapisan kedap air pada bagian bawah substrat. Menurut Blanc 2008, media penanaman taman vertikal yang digunakan untuk bangunan yang tinggi yaitu menggunakan felt. Felt adalah bahan semacam kain yang dibuat dari bulu binatang. Bahan ini digunakan untuk tempat pegangan akar. Sehingga memungkinkan membuat zona perakaran yang tipis, tidak lebih dari 5 cm.

2.3 Taman Atap atau

Roof Garden Pengembangan taman atap modern roof garden atau green roof merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria, Inggris, Italia, Perancis, dan Swedia . Keberadaan taman atap, khususnya di kota-kota besar metropolis memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi RTH akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap roof garden adalah sebagai berikut Tecta Green, 2010: 1. mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman atap mampu merubah polutan toksin di udara menjadi senyawa tidak berbahaya melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah gas rumah kaca karbon dioksida di atmosfir kota sehingga dapat menekan efek rumah kaca, 2. menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat mengurangi efek panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan maupun dari tanah heat island effect, 3. mengurangi polusi suarakebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan yang berasal dari luar bangunan suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas industri, 4. menampilkan keindahan pada aspek bangunan estetika, sama halnya dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap green roof menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih hidup, asri, dan nyaman, 5. meningkatkan keanekaragaman hayati kota, taman atap dapat berfungsi sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme wildlife antar ruang hijau di kawasan perkotaan. Melihat jenis, ragam tanaman, dan ketebalan media tanam, taman atap bisa dibedakan menjadi taman atap intensif dan taman atap ekstensif. Meskipun sama-sama menarik, keduanya memiliki detil pembuatan peruntukan fungsi utama dan tingkat pemeliharaan yang berbeda. Berikut adalah jenis roof garden tersebut Lestari, 2008: 1. Intensive Roof Garden Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif. Ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari 200 kgm 2 . Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden ini cukup seimbang. Hal ini dikaernakan oleh adanya perkerasan pada taman digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak, hingga pohon tinggi sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem. 2. Extensive Roof Garden Taman atap jenis ini memiliki beban 60-150 kg m 2 dan ketebalan media tanah minimum 3-6 inci. Umumnya taman bersifat pasif, artinya taman