Penggunaan teknik tersebut disesuaikan dengan kondisi bangunan. Teknik-teknik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. teknik planterbox menggunakan wadah yang disusun secara tegak yang di
dalamnya diberi media, b.
teknik modul, merupakan modifikasi pot yang dirancang khusus untuk taman vertikal. Modul dipasang pada kerangka besi yang direkatkan pada
dinding bangunan, c.
teknik substrat, merupakan teknik penanaman vertical garden dimana tanaman yang digunakan langsung ditanam pada kulit bangunan. Akar
tanaman berpegang pada substrat yang ditempelkan dengan teknik khusus pada dinding. Dinding dapat dilindungi dengan lapisan kedap air pada
bagian bawah substrat. Menurut Blanc 2008, media penanaman taman vertikal yang digunakan
untuk bangunan yang tinggi yaitu menggunakan felt. Felt adalah bahan semacam kain yang dibuat dari bulu binatang. Bahan ini digunakan untuk tempat pegangan
akar. Sehingga memungkinkan membuat zona perakaran yang tipis, tidak lebih dari 5 cm.
2.3 Taman Atap atau
Roof Garden
Pengembangan taman atap modern roof garden atau green roof merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali
dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria, Inggris, Italia,
Perancis, dan Swedia .
Keberadaan taman atap, khususnya di kota-kota besar metropolis memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap
eksistensi RTH akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada
umumnya manfaat taman atap roof garden adalah sebagai berikut Tecta Green, 2010:
1. mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman atap mampu
merubah polutan toksin di udara menjadi senyawa tidak berbahaya
melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah gas rumah kaca karbon dioksida di atmosfir kota sehingga dapat
menekan efek rumah kaca, 2.
menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat mengurangi efek panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan maupun
dari tanah heat island effect, 3.
mengurangi polusi suarakebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan yang berasal dari
luar bangunan suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas industri, 4.
menampilkan keindahan pada aspek bangunan estetika, sama halnya dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap green roof
menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih hidup, asri, dan nyaman,
5. meningkatkan keanekaragaman hayati kota, taman atap dapat berfungsi
sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme wildlife antar ruang hijau di kawasan perkotaan.
Melihat jenis, ragam tanaman, dan ketebalan media tanam, taman atap bisa dibedakan menjadi
taman atap intensif dan taman atap ekstensif. Meskipun sama-sama menarik, keduanya memiliki detil pembuatan peruntukan fungsi utama
dan tingkat pemeliharaan yang berbeda. Berikut adalah jenis roof garden tersebut Lestari, 2008:
1. Intensive Roof Garden
Jenis ini memiliki desain yang lebih rumit daripada jenis ekstensif. Ketebalan media yang digunakan minimum 6 inci dengan beban lebih dari
200 kgm
2
. Proporsi hijauan dan hard material pada roof garden ini cukup seimbang. Hal ini dikaernakan oleh adanya perkerasan pada taman
digunakan untuk menunjang aktivitas penggunanya. Jenis tanaman yang digunakan beragam, mulai dari groundcover, semak, hingga pohon tinggi
sehingga mampu menghadirkan sebuah ekosistem. 2.
Extensive Roof Garden Taman atap jenis ini memiliki beban 60-150 kg m
2
dan ketebalan media tanah minimum 3-6 inci. Umumnya taman bersifat pasif, artinya taman
digunakan sekedar sebagai estetika dan penghijauan. Perawatannya tak sesulit taman atap intensif. Jenis tanaman yang lazim digunakan ialah
rumput dan groundcover yang memiliki perakaran dangkal. Pada kawasan perkotaan yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan
bangunan-bangunan besar pencakar langit, memiliki potensi besar untuk dikembangkan taman atap roof garden. Aplikasi taman atap saat ini telah
berkembang luas, tidak hanya terbatas pada gedung-gedung pencakar langit melainkan dapat dikembangkan pada bangunan rumah sekalipun.
Dalam membuat taman di atas gedung harus dipertimbangkan dulu konstruksi atap bangunan, apakah memang didesain untuk mendukung beban
media tanam berupa tanah dan pepohonan yang akan ditanam di atasnya atau tidak. Taman atap harus didukung struktur dan konstruksi atap yang kuat.
Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air pada atap bangunan dan gedung juga harus memiliki sistem
drainase yang berfungsi baik. Untuk menanam pohon berukuran besar, plat lantai lokasi harus didukung
kolom struktural agar plat beton tidak runtuh. Selain itu, perlu dibuat dinding penahan tanah karena pohon memerlukan ketebalan tanah yang cukup, atau
membuat lubang pada atap bangunan di bawah pohon. Perlu diingat juga bahwa konstruksi atap rawan bocor, sehingga harus
dilengkapi saluran pembuangan air. Lapisan drainase seperti kerikil, pasir, dan batu apung perlu ditambahkan agar air mudah mengalir ke lubang saluran
pembuangan. Filter disarankan terbuat dari geotextile atau ijuk karena berfungsi mengalirkan air ke bawah tetapi tetap menahan butiran tanah agar tidak
menyumbat lubang pembuangan.
2.4 Perancangan Lanskap