diperoleh nilai t-hitung 0.61 dengan nilai-p0.55alpha 5 maka terima H0 artinya X7 tidak berpengaruh nyata terhadap Y.
Uji-t dalam analisis regresi linier berganda bertujuan untuk melihat pengaruh masing-masing peubah X terhadap Y, setelah dilakukan pengujian terdapat dua
variabel X yang berpengaruh nyata positif terhadap Y dan lima variabel X yang tidak berpengaruh nyata terhadap Y. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi KCPM
Depok dengan data yang diuji periode awal berlangsungnya realisasi pembiayaan lebih memperhatikan variabel tujuan pembiayaan dan jangka waktu pembiayaan
yang mewakili faktor kapasitas dari 3C.
4.5 Potensi Risiko Nasabah Pembiayaan Mikro iB Hasanah
Dalam 3C terdapat variabel-variabel yang mempengaruhi dalam realisasi pembiayaan, Faktor Character dipengaruhi oleh variabel usia, pengalaman usaha,
dan tujuan pembiayaan. Faktor Capacity dipengaruhi oleh variabel pendapatan per bulan, jangka waktu pembiayaan dan sisa tanggungan pinjaman di tempat lain.
Sedangkan variabel Collateral dipengaruhi oleh variabel asset usaha dan keluarga. Variabel-variabel tersebut menjadi faktor penilai dalam mencegah potensi risiko
pembiayaan yang akan terjadi di masa mendatang. Potensi risiko yang akan timbul dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Faktor Karakter. Usia berpengaruh pada asuransi yang akan melindungi
debitur dan keluarga jika debitur meninggal. Oleh karena itu, usia yang dipersyaratkan antara 18-65 tahun, usia 18 tahun dianggap sudah
bertanggung jawab dan terlindungi oleh asuransi. Sedangkan usia 65 tahun maksimal terlindungi oleh asuransi, jika kurang dari 18 tahun dan lebih dari
65 tahun, asuransi tidak akan bisa melindungi jika terjadi kematian pada debitur. Pengalaman usaha nasabah cukup beragam, antara 2-27 tahun.
Nasabah-nasabah dengan pengalaman usaha 2-10 tahun hanya terealisasi Mikro 2 iB Hasanah, sedangkan nasabah-nasabah dengan pengalaman usaha
lebih dari 10 tahun terealisasi Mikro 3 iB Hasanah. Hal ini menunjukkan, bahwa bank sangat berhati-hati dalam menilai kualitas usaha nasabah.
Risiko yang akan timbul yaitu usaha nasabah bangkrut dan sedang turun omset akan sulit membayar angsuran sehingga berujung pada pembiayaan
macet. Sedangkan tujuan pembiayaan, potensi risiko yang timbul adalah
ketidaksesuain penggunaan pembiayaan dengan akad awal atau tujuan pembiayaan yang telah disepakati dengan bank. Jika hal ini terjadi, maka
akan terjadi pelanggaran syariah dan berpotensi pembiayaan macet.
b. Faktor Kapasitas. Pendapatan diukur melalui Investment Disposible
Income Ratio IDIR, maksimal IDIR yang diterima oleh BNI Syariah adalah 80 dimana pendapatan yang dimiliki oleh calon debitur maksimal
80 untuk pengeluaran biaya hidup dan hutang. Sedangkan 20 merupakan dana yang mampu ditabung oleh calon debitur. Oleh karena itu,
semakin kecil tingkat IDIR maka semakin bagus penilaian bank. Jika angsuran tidak sesuai dengan kapasitas calon debitur berpotensi pembiayaan
macet. Sedangkan jangka waktu pembiayaan, jika tidak sesuai dengan besar plafon dan tujuan penggunaan akan menyebabkan ketidakmampuan
pembayaran angsuran, sehingga memberatkan nasabah dan berakibat pada pembiayaan macet. Sisa tanggungan pinjaman di tempat lain harus sangat
diperhatikan, jika calon debitur sulit membayar angsuran di tempat lain, juga akan sulit membayar angsuran di BNI Syariah.
c. Faktor Jaminan. Asset ini memberikan garansi bagi bank jika suatu saat
terjadi gagal bayar dari pihak nasabah, oleh karena itu pihak bank telah menetapkan bahwa jaminan untuk tanah dan bangunan maksimal dinilai
80 dari harga pasar, sedangkan tanah kosong dan kendaraan bermotor maksimal 70 dan untuk deposito di BNI Syariah sebesar 95. Agunan
atau jaminan selain deposito di BNI Syariah harus menggunakan data pembanding, sehingga tidak akan ditipu oleh nasabah. Jika suatu saat terjadi
gagal bayar, nilai jaminan dapat menutupi pembiayaan yang belum terbayarkan dan bank pun tidak mengalami kerugian maupun melakukan
pencadangan aktiva tak tertagih yang merupakan beban bagi bank. Berdasarkan penjelasan tersebut, potensi risiko berdasarkan metode 5C yang
dalam penerapannya menjadi 3C dapat digolongkan menjadi dua level
potensi risiko, yaitu berisiko tinggi dan berisiko rendah. Lihat Tabel 6.