ketidaksesuain penggunaan pembiayaan dengan akad awal atau tujuan pembiayaan yang telah disepakati dengan bank. Jika hal ini terjadi, maka
akan terjadi pelanggaran syariah dan berpotensi pembiayaan macet.
b. Faktor Kapasitas. Pendapatan diukur melalui Investment Disposible
Income Ratio IDIR, maksimal IDIR yang diterima oleh BNI Syariah adalah 80 dimana pendapatan yang dimiliki oleh calon debitur maksimal
80 untuk pengeluaran biaya hidup dan hutang. Sedangkan 20 merupakan dana yang mampu ditabung oleh calon debitur. Oleh karena itu,
semakin kecil tingkat IDIR maka semakin bagus penilaian bank. Jika angsuran tidak sesuai dengan kapasitas calon debitur berpotensi pembiayaan
macet. Sedangkan jangka waktu pembiayaan, jika tidak sesuai dengan besar plafon dan tujuan penggunaan akan menyebabkan ketidakmampuan
pembayaran angsuran, sehingga memberatkan nasabah dan berakibat pada pembiayaan macet. Sisa tanggungan pinjaman di tempat lain harus sangat
diperhatikan, jika calon debitur sulit membayar angsuran di tempat lain, juga akan sulit membayar angsuran di BNI Syariah.
c. Faktor Jaminan. Asset ini memberikan garansi bagi bank jika suatu saat
terjadi gagal bayar dari pihak nasabah, oleh karena itu pihak bank telah menetapkan bahwa jaminan untuk tanah dan bangunan maksimal dinilai
80 dari harga pasar, sedangkan tanah kosong dan kendaraan bermotor maksimal 70 dan untuk deposito di BNI Syariah sebesar 95. Agunan
atau jaminan selain deposito di BNI Syariah harus menggunakan data pembanding, sehingga tidak akan ditipu oleh nasabah. Jika suatu saat terjadi
gagal bayar, nilai jaminan dapat menutupi pembiayaan yang belum terbayarkan dan bank pun tidak mengalami kerugian maupun melakukan
pencadangan aktiva tak tertagih yang merupakan beban bagi bank. Berdasarkan penjelasan tersebut, potensi risiko berdasarkan metode 5C yang
dalam penerapannya menjadi 3C dapat digolongkan menjadi dua level
potensi risiko, yaitu berisiko tinggi dan berisiko rendah. Lihat Tabel 6.