III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Operasional
Sampah yang berasal dari Kota Depok dibuang ke TPAS Cipayung yang merupakan satu-satunya TPAS yang dimiliki Kota Depok. Sejak berdirinya TPAS
Cipayung dikelola langsung oleh Pemkot Depok khususnya DKP Kota Depok. Keberadaan TPAS selama 21 tahun tanpa adanya UPS menyebabkan sampah
yang dibuang ke TPAS terus menumpuk sementara kapasitas TPAS Cipayung sudah tidak cukup untuk menampung sampah lagi. Keadaan TPAS yang sudah
over limit menimbulkan eksternalitas negatif kepada masyarakat disekitar TPAS Cipayung. Dampak tersebut yaitu pencemaran udara dan air, penurunan
kesehatan, penurunan estetika lingkungan, dan dampak sosial ekonomi. Masyarakat yang mengalami kerugian atas penurunan kualitas lingkungan
tersebut berhak menerima kompensasi. Masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif dari keberadaan TPAS
menuntut adanya kompensasi dari Pemkot Depok. Sementara itu Pemkot Depok selaku pengelola TPAS berinisiatif untuk memberikan dana kompensasi kepada
masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif, sebagai ganti rugi atas penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai
besarnya dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkuantifikasikan nilai dana kompensasi
yang bersedia diterima masyarakat. Pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap TPAS Cipayung.
Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan respon masyarakat di sekitar TPAS terhadap keberadaan TPAS, yaitu apakah keberadaan TPAS memberikan
gangguan terhadap kehidupan masyarakat. Analisis persepsi ini menggunakan alat analisis deskriptif yang diukur menggunakan skala perbedaan semantik.
Setelah mengetahui persepsi masyarakat mengenai keberadaan TPAS, selanjutnya dalam penelitian ini akan menganalisis kesediaan masyarakat dalam
menerima dana kompensasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat di sekitar TPAS Cipayung untuk
menerima dana kompensasi yang diberikan Pemkot Depok. Analisis ini perlu dilakukan untuk mengetahui terlebih dahulu apakah masyarakat di sekitar TPAS
Cipayung bersedia atau tidak untuk menerima dana kompensasi. Alat analisis yang digunakan dalam analisi ini adalah analisis regresi logistik. Hipotesa yang
digunakan dalam analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi adalah:
1. Sebagian besar masyarakat yang merasakan dampak langsung dari
keberadaan TPAS bersedia untuk menerima dana kompensasi yang diberikan oleh pemerintah
2. Tingkat pendidikan dan jarak tempat tinggal dari lokasi TPAS berpengaruh
negatif terhadap kesediaan responden dalam menerima dana kompensasi. 3.
Jumlah tanggungan, besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk menanggulangi dampak dari keberadaan TPAS, dan lama tinggal di sekitar
lokasi TPAS berpengaruh positif terhadap kesediaan responden dalam menerima dana kompensasi.
Setelah mengetahui kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi, kemudian dalam penelitian akan mencari nilai ekonomi mengenai
keberadaan TPAS Cipayung dengan mencari nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat WTA dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut.
Analisis besarnya WTA menggunakan pendekatan CVM, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA menggunakan alat analisis regresi berganda.
Penelitian ini menggunakan metode CVM karena penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Harianja 2006, dimana untuk mendapatkan nilai WTA digunakan
pendekatan CVM dan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA digunakan alat analisis regresi berganda.
Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing responden penduduk adalah:
1. Responden yang bersedia menerima dana kompensasi mengenal dengan baik
kawasan TPAS Cipayung 2.
Pemkot Depok memberikan perhatian terhadap peningkatan kualitas lingkungan, termasuk kualitas TPAS Cipayung
3. Pemkot Depok bersedia untuk memberikan dana kompensasi atas penurunan
kualitas lingkungan akibat digunakannya lahan di wilayah Cipayung sebagai TPAS
4. Responden dipilih dari penduduk yang relevan
Hipotesa yang digunakan dalam analisa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA masyarakat adalah:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA masyarakat adalah tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan, jarak tempat tinggal, tingkat gangguan, penilaian kondisi sampah, besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk
menanggulangi dampak dari keberadaan TPAS, dan penilaian responden terhadap pengolahan sampah
2. Tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat gangguan, dan besarnya
biaya yang dikeluarkan responden untuk menanggulangi dampak dari keberadaan TPAS berpengaruh positif terhadap besarnya nilai WTA.
3. Jarak tempat tinggal, penilaian kondisi sampah, dan penilaian responden
terhadap pengolahan sampah berpengaruh negatif terhadap besarnya nilai WTA.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besarnya dana kompensasi yang diharapkan masyarakat kepada Pemkot Depok
selaku pengelola TPAS Cipayung. Informasi ini merupakan rekomendasi untuk Pemkot Depok sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan besarnya dana
kompensasi yang akan diberikan kepada masyarakat Cipayung dan dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah yang
lebih baik di TPAS Cipayung, terutama dalam bidang ekonomi lingkungan. Alur peneltian yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.
Keterangan: Adalah lingkup penelitian Adalah
bukan lingkup
penelitian
Gambar 5. Diagram Alur Kerangka Berpikir
TPAS Cipayung over
limit Eksternalitas Negatif
Persepsi masyarakat terhadap TPA sampah
Cipayung Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesediaan masyarakat
dalam menerima dana kompensasi
Diperlukan Kompensasi
Besar WTA dan Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya WTA
Pencemaran udara dan air
Penuruna n
kesehatan Penurunan
estetika lingkungan
Dampak sosial ekonomi
Pengelolaan
Pemerintah Kota
Rekomendasi mengenai dana kompensasi atas keberadaan TPAS Cipayung
IV. METODE PENELITIAN 4.1