Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Keberadaan TPAS Cipayung

sumber penyakit. Sehingga responden akan cenderung tidak menyukai TPAS dan cenderung untuk tidak bersedia menerima dana kompensasi. Begitu juga dengan variabel pendapatan yang berbanding terbalik dengan peluang responden bersedia menerima dana kompensasi. Jumlah tanggungan diduga berbanding lurus dengan peluang responden tersebut bersedia menerima kompensasi. Semakin banyak tanggungan responden, semakin banyak pula materi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga responden akan bersedia menerima dana kompensasi. Begitu juga dengan biaya dan lama tinggal responden di sekitar lokasi TPAS diduga memilki hubungan positif dengan peluang kesediaan menerima kompensasi, maka responden akan cenderung bersedia menerimanya.

4.4.3 Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Keberadaan TPAS Cipayung

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai dana kompensasi WTA yang bersedia diterima masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Pendekatan CVM akan digunakan untuk mengetahui nilai WTA masyarakat dalam penelitian ini. Pendekatan CVM dalam penelitian ini terdiri dari enam tahap pekerjaan Hanley dan Spash, 1993, yaitu : 1. Membangun Pasar Hipotesis Dalam penelitian ini, pasar hipotesis dibentuk atas dasar keberadaan TPAS Cipayung yang selain memberikan dampak positif peluang ekonomi, juga menimbulkan dampak negatif berupa kerugian-kerugian bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitarnya. Eksternalitas negatif yang ditimbulkan oleh keberadaan TPAS antara lain timbulnya bau tidak sedap, banyaknya lalat di sekitar sampah dan tempat tinggal penduduk, pencemaran air terutama di wilayah yang berdekatan dengan sampah serta menjangkitnya berbagai penyakit seperti ISPA, penyakit kulit, dan penyakit pencemaran. Begitu banyaknya kerugian yang harus ditanggung warga di sekitar TPAS atas penurunan kualitas lingkungan, oleh karena itu warga berhak menerima kompensasi yang diberikan oleh pemerintah. Pasar hipotetik dibentuk dengan terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan tentang kondisi lingkungan mereka saat ini yang terkena dampak negatif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya, pasar hipotetis dibentuk dalam skenario sebagai berikut: Skenario 1: Pemkot Depok berencana memberikan ganti rugi kepada masyarakat Cipayung atas penurunan kualitas lingkungan akibat keberadaan TPAS. Ganti rugi ini berupa dana kompensasi yang akan diberikan Pemkot Depok kepada masyarakat di sekitar lokasi TPAS yang terkena dampak negatif. Berdasarkan hal tersebut responden diberikan informasi mengenai rencana pemberian dana kompensasi tersebut. Informasi ini bertujuan agar tercipta singkronisasi antara Pemkot Depok dan masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif atas keberadaan TPAS. Selain itu pemberian dana kompensasi ini ditujukan sebagai pertanggung jawaban atas dipakainya tanah seluas 11,6 ha di wilayah Cipayung yang dijadikan TPAS. Skenario 2: Besarnya dana kompensasi akan ditanyakan kepada masyarakat Cipayung, berapa nilai yang bersedia mereka terima atas penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak dari keberadaan TPAS. Kisaran besar dana kompensasi yaitu berkisar antara Rp 30.000,00-Rp 50.000,00KKbulan, hal sesuai dengan uji reliabialitas kuesioner yang telah dilakukan terhadap masyarakat Cipayung. 2. Memperoleh Nilai Tawaran Metode yang digunakan untuk memperoleh nilai tawaran pada penelitian ini adalah metode referendum tertutup close ended question. Metode ini dipilih karena menurut beberapa penelitian, metode ini terbukti lebih mudah dipahami responden mengenai maksud dan tujuan penelitian dibandingkan dengan metode yang lain. Selain itu, metode referendum tertutup memudahkan pengklasifikasian responden yang memiliki kecenderungan bersedia menerima kompensasi pengelolaan sampah dengan responden yang tidak bersedia, sehingga dari kemungkinan jawaban ya untuk setiap nilai yang diberikan dapat diestimasi. 3. Menghitung Dugaan Nilai Tengah WTA WTA i dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau interval WTA responden ke-i. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa WTA yang benar berada antara jawaban yang dipilih batas bawah kelas WTA dengan WTA berikutnya batas atas kelas WTA. Pada tahap ini, biasanya diabaikan adanya penawaran sanggahan protest bid atau respon dari responden yang bingung untuk menentukan jumlah yang mereka ingin terima karena sebenarnya mereka tidak menginginkan keberadaan TPAS Cipayung. Selanjutnya dugaan rataan WTA dihitung dengan rumus Jordan dan Elnagheeb dalam Sulandari, 1999: i n i i Pf W EWTA ∑ = = . ......................................................................... 4.2 dimana: EWTA = dugaan rataan WTA W i = batas bawah kelas WTA pada kelas ke-i P f = frekuensi relatif kelas yang bersangkutan n = jumlah kelas interval i = kelas ke-i 4. Menduga Kurva Penawaran WTA Menduga kurva penawaran merupakan proses menentukan variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap nilai WTA. Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan menggunakan persamaan berikut ini: X , X , X , X X , X , X , fX midWTA 7 6 5 4, 3 2 1 , 8 = ............................... 4.3 dimana: midWTA = nilai tengah WTA responden X 1 = tingkat pendidikan tahun X 2 = jumlah tanggungan orang X 3 = jarak tempat tinggal dengan lokasi TPA meter X 4 = tingkat gangguan bernilai 1 untuk sangat tidak mengganggu , nilai 2 untuk tidak mengganggu , nilai 3 untuk biasa saja , nilai 4 untuk mengganggu , dan nilai 5 untuk sangat mengganggu X 5 = penilaian kondisi sampah bernilai 1 untuk sangat buruk , nilai 2 untuk buruk , nilai 3 untuk biasa saja , nilai 4 untuk baik , dan nilai 5 untuk sangat baik X 6 = besarnya biaya yang harus dikeluarkan responden untuk menanggulangi dampak dari TPAS rupiahbulan X 7 = penilaian responden terhadap pengelolaan sampah bernilai 1 untuk sangat buruk , nilai 2 untuk buruk , nilai 3 untuk biasa saja , nilai 4 untuk baik , dan nilai 5 untuk sangat baik X 8 = pendapatan rupiahbulan = galat 5. Menjumlahkan Data Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai tengah WTA maka dapat diduga nilai total WTA dari masyarakat dengan menggunakan rumus Turner, et al., 1994 : P N n WTA TWTA i n i i       = ∑ = . ............................................................. 4.4 dimana: TWTA = total WTA WTA i = WTA individu sampel ke-i P = jumlah populasi n i = jumlah sampel ke-i yang bersedia menerima sebesar WTA N = jumlah sampel P = jumlah populasi i = responden ke-i yang bersedia menerima dana kompensasi i= 1, 2, , 80 6. Mengevaluasi Penggunaan CVM Hal ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam pengaplikasian CVM. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat tingkat keandalan reliability fungsi WTP. Uji yang dapat dilakukan dengan uji Keandalan yang melihat R squared dari model Ordinary Least Square OLS.

4.4.4 Analisis Fungsi Willingness to Accept