Analisis kesediaan menerima dana kompensasi di tempat pembuangan akhir sampah Cipayung kota Depok Jawa Barat

(1)

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI

DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG

KOTA DEPOK JAWA BARAT

ADHITA RAMADHAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

RINGKASAN

ADHITA RAMADHAN. Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung Kota Depok Jawa Barat. Dibimbing OlehPINI WIJAYANTI

Saat ini sampah merupakan masalah nasional di Indonesia, terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang padat. Hal ini terkait dengan paradigma lama pengelolaan sampah yaitu, sampah hanya dikumpulkan, diangkut, dan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) tanpa adanya pengolahan sampah. Kota Depok merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang padat dan keterbatasan lahan, oleh karena itu Kota Depok hanya memiliki satu TPAS yaitu TPAS Cipayung. Sejak berdirinya TPAS Cipayung dari tahun 1987-2007, Pemkot Depok belum memiliki Unit Pengolahan Sampah (UPS). Sampah di TPAS Cipayung selama ini hanya ditimbun terus menerus, sehingga saat ini TPAS menjadi over limit. Hal ini menimbulkan eksternalitas negatif berupa penurunan kualitas lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar TPAS. Masyarakat yang terkena dampak negatif dari keberadaan TPAS berhak menerima kompensasi. Masyarakat menunut adanya penanganan lebih lanjut dari Pemkot Depok untuk mengatasi masalah ini. Pemkot Depok berinisiatif untuk memberikan dana kompensasi kepada masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif, sebagai ganti rugi atas penurunan kualitas lingkungan namun besarnya nilai kompensasi belum ditentukan.

Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui besar dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat. Adapun tujuan lain yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) mengkaji persepsi masyarakat Kelurahan Cipayung terhadap keberadaan TPAS Cipayung, (2) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi,(3) mengkuantifikasikan besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method dengan alat analisis yaitu analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat menerima dana kompensasi, analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat, dan analisis Willingness to Accept untuk mengkuantifikasikan besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat.

Kondisi lingkungan Cipayung setelah keberadaan TPAS dinilai oleh masyarakat sekitar mengalami penurunan kualitas lingkungan apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum didirikannya TPAS. Sebagian besar masyarakat menyatakan bersedia menerima dana kompensasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarkat untuk menerima dana kompensasi adalah tingkat pendidikan dan jarak rumah dari lokasi TPAS. Nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat atas keberadaan TPAS sebesar Rp 54.300,00/bulan/KK dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jarak rumah dari TPAS, besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk menggulangi dampak negatif, dan pendapatan.


(3)

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI

DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG

KOTA DEPOK JAWA BARAT

ADHITA RAMADHAN

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(4)

Judul Skripsi : Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung Kota Depok Jawa Barat Nama : Adhita Ramadhan

NRP : H44053552

Disetujui, Dosen Pembimbing

Pini Wijayanti, SP, M.Si NIP: 19810919 200701 2 001

Diketahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP: 19620421 198603 1 003


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, 27 Agustus 2009

Adhita Ramadhan H44053552


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Achmad Ramadhan dan Nurhotma Ita Ritonga.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Islam Iqro pada tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 01 Kedaung. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 12 Jakarta dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 34 Jakarta dan masuk dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai fotografer Koran Kampus Institut Pertanian Bogor periode 2005/2006 dan staf divisi Information and Communication Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) Periode 2007/2008.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sampah merupakan masalah nasional di Indonesia, terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang semakin padat. Semakin padatnya penduduk menyebabkan semakin tingginya tingkat konsumsi yang akhirnya berdampak pada semakin banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan. Sementara itu paradigma lama pengelolaan sampah hanya dikumpulkan, diangkut dan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Tidak adanya pengolahan sampah menyebabkan sampah terus menumpuk hingga TPAS menjadi over limit dan menimbulkan eksternalitas negatif berupa penurunan kualitas lingkungan hidup bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi TPAS. Masyarakat yang terkena dampak negatif berhak menerima dana kompensasi sebagai ganti rugi penurunan kualitas lingkungan. Maka disusunlah skripsi ini dengan judul Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat

Tidak ada gading yang tak retak. Sksipsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT.Amien.

Bogor, Agustus 2009


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Pini Wijayanti, SP, M.Si atas bimbingan dan arahan serta motivaasi yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Eka Intan KumaIa Putri, MS dan Bapak Novindra, SP atas kesediaannya menjadi dosen penguji.

3. Pihak Pemerintah Kota Depok khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok dan Kelurahan Cipayung yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian serta bantuan yang diberikan kepada penulis.

4. Papa (Achmad Ramadhan), Mama (Nurhotmaita Ritonga), adik-adik (Putra dan Ardi) dan seluruh keluarga yang telah melimpahkan kasih sayang, doa serta dukungan yang tak terhingga nilainya.

5. Bayu Mahardhika Putra, S.Kom atas kesediaannya memberikan motivasi, semangat, dan dorongan dalam penelitian ini.

6. Teman-teman sebimbingan (etha dan garna), mba Nuva, tri, ratih, nani, dan teman-teman di ESL 42, atas kebersamaannya selama ini dan juga semua keceriaan yang pernah kita lewati bersama.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Sampah ... 13

2.1.1 Pengertian Sampah ... 13

2.1.2 Penggolongan Sampah ... 14

2.1.3 Pengelolaan dan Pengolahan Sampah ... 15

2.1.4 Dampak Sampah Terhadap Masyarakat ... 16

2.2 Persepsi ... 18

2.3Semantic Differential ... 19

2.4 Eksternalitas ... 19

2.5 Metode Estimasi Penilaian Lingkungan dengan Contingent Valuation Method ... 20

2.6 Regresi Logistik ... 23

2.7 Penelitian Terdahulu ... 25

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 28

3.1 Kerangka Operasional ... 28

VI. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 33

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 34

4.4 Metode dan Prosedur Analisis ... 34

4.4.1 Analisis Persepsi Responden Terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung ... 35

4.4.2 Analisis Kesediaan Menerima dari Responden Terhadap Dana Kompensasi ... 36

4.4.3 Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap TPAS Cipayung ... 38

4.4.4 Analisis FungsiWillingness to Accept ... 43

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 47

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47


(10)

5.1.2 Kependudukan ... 48

5.1.3 Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung .. 51

5.2 Sampah di Kota Depok ... 56

5.2.1 Volume Sampah ... 56

5.2.2 Penanganan Sampah ... 57

5.3 Karakteristik Responden ... 58

5.3.1 Jenis Kelamin ... 58

5.3.2 Usia ... 58

5.3.3 Pendidikan Formal ... 59

5.3.4 Jenis Pekerjaan ... 59

5.3.5 Tingkat Pendapatan ... 60

5.3.6 Jumlah Tanggungan ... 61

5.3.7 Lama Tinggal di Kelurahan Cipayung ... 62

5.3.8 Jarak Tempat Tinggal dari TPAS Cipayung ... 63

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

6.1 Persepsi Masyarakat Kelurahan Cipayung Terhadap Keberadaan TPAS ... 64

6.1.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Lingkungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan TPAS ... 64

6.1.2 Persepsi Responden Atas Keberadaan TPAS Cipayung ... 70

6.2 Analisis Kesediaan Menerima Responden Terhadap Dana ... Kompensasi ... 77

6.3 AnalisisWillingness to Accept ... 84

6.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi NilaiWillingness ... to Accept ... 87

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

7.1 Kesimpulan ... 94

7.2 Saran ... 95

VIII. DAFTAR PUSTAKA ... 96


(11)

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI

DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG

KOTA DEPOK JAWA BARAT

ADHITA RAMADHAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(12)

RINGKASAN

ADHITA RAMADHAN. Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung Kota Depok Jawa Barat. Dibimbing OlehPINI WIJAYANTI

Saat ini sampah merupakan masalah nasional di Indonesia, terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang padat. Hal ini terkait dengan paradigma lama pengelolaan sampah yaitu, sampah hanya dikumpulkan, diangkut, dan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) tanpa adanya pengolahan sampah. Kota Depok merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk yang padat dan keterbatasan lahan, oleh karena itu Kota Depok hanya memiliki satu TPAS yaitu TPAS Cipayung. Sejak berdirinya TPAS Cipayung dari tahun 1987-2007, Pemkot Depok belum memiliki Unit Pengolahan Sampah (UPS). Sampah di TPAS Cipayung selama ini hanya ditimbun terus menerus, sehingga saat ini TPAS menjadi over limit. Hal ini menimbulkan eksternalitas negatif berupa penurunan kualitas lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar TPAS. Masyarakat yang terkena dampak negatif dari keberadaan TPAS berhak menerima kompensasi. Masyarakat menunut adanya penanganan lebih lanjut dari Pemkot Depok untuk mengatasi masalah ini. Pemkot Depok berinisiatif untuk memberikan dana kompensasi kepada masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif, sebagai ganti rugi atas penurunan kualitas lingkungan namun besarnya nilai kompensasi belum ditentukan.

Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui besar dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat. Adapun tujuan lain yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) mengkaji persepsi masyarakat Kelurahan Cipayung terhadap keberadaan TPAS Cipayung, (2) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi,(3) mengkuantifikasikan besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method dengan alat analisis yaitu analisis regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat menerima dana kompensasi, analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat, dan analisis Willingness to Accept untuk mengkuantifikasikan besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat.

Kondisi lingkungan Cipayung setelah keberadaan TPAS dinilai oleh masyarakat sekitar mengalami penurunan kualitas lingkungan apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum didirikannya TPAS. Sebagian besar masyarakat menyatakan bersedia menerima dana kompensasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarkat untuk menerima dana kompensasi adalah tingkat pendidikan dan jarak rumah dari lokasi TPAS. Nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat atas keberadaan TPAS sebesar Rp 54.300,00/bulan/KK dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jarak rumah dari TPAS, besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk menggulangi dampak negatif, dan pendapatan.


(13)

ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI

DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG

KOTA DEPOK JAWA BARAT

ADHITA RAMADHAN

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(14)

Judul Skripsi : Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung Kota Depok Jawa Barat Nama : Adhita Ramadhan

NRP : H44053552

Disetujui, Dosen Pembimbing

Pini Wijayanti, SP, M.Si NIP: 19810919 200701 2 001

Diketahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP: 19620421 198603 1 003


(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS KESEDIAAN MENERIMA DANA KOMPENSASI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH CIPAYUNG KOTA DEPOK JAWA BARAT BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, 27 Agustus 2009

Adhita Ramadhan H44053552


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 1987. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Achmad Ramadhan dan Nurhotma Ita Ritonga.

Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Islam Iqro pada tahun 1993, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 01 Kedaung. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 12 Jakarta dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 34 Jakarta dan masuk dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan sebagai fotografer Koran Kampus Institut Pertanian Bogor periode 2005/2006 dan staf divisi Information and Communication Resources Environmental and Economic Student Association (REESA) Periode 2007/2008.


(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Sampah merupakan masalah nasional di Indonesia, terutama di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang semakin padat. Semakin padatnya penduduk menyebabkan semakin tingginya tingkat konsumsi yang akhirnya berdampak pada semakin banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan. Sementara itu paradigma lama pengelolaan sampah hanya dikumpulkan, diangkut dan dibuang di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Tidak adanya pengolahan sampah menyebabkan sampah terus menumpuk hingga TPAS menjadi over limit dan menimbulkan eksternalitas negatif berupa penurunan kualitas lingkungan hidup bagi masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi TPAS. Masyarakat yang terkena dampak negatif berhak menerima dana kompensasi sebagai ganti rugi penurunan kualitas lingkungan. Maka disusunlah skripsi ini dengan judul Analisis Kesediaan Menerima Dana Kompensasi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat

Tidak ada gading yang tak retak. Sksipsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diperlukan untuk hal yang lebih baik. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT.Amien.

Bogor, Agustus 2009


(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Pini Wijayanti, SP, M.Si atas bimbingan dan arahan serta motivaasi yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Eka Intan KumaIa Putri, MS dan Bapak Novindra, SP atas kesediaannya menjadi dosen penguji.

3. Pihak Pemerintah Kota Depok khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok dan Kelurahan Cipayung yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian serta bantuan yang diberikan kepada penulis.

4. Papa (Achmad Ramadhan), Mama (Nurhotmaita Ritonga), adik-adik (Putra dan Ardi) dan seluruh keluarga yang telah melimpahkan kasih sayang, doa serta dukungan yang tak terhingga nilainya.

5. Bayu Mahardhika Putra, S.Kom atas kesediaannya memberikan motivasi, semangat, dan dorongan dalam penelitian ini.

6. Teman-teman sebimbingan (etha dan garna), mba Nuva, tri, ratih, nani, dan teman-teman di ESL 42, atas kebersamaannya selama ini dan juga semua keceriaan yang pernah kita lewati bersama.


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Sampah ... 13

2.1.1 Pengertian Sampah ... 13

2.1.2 Penggolongan Sampah ... 14

2.1.3 Pengelolaan dan Pengolahan Sampah ... 15

2.1.4 Dampak Sampah Terhadap Masyarakat ... 16

2.2 Persepsi ... 18

2.3Semantic Differential ... 19

2.4 Eksternalitas ... 19

2.5 Metode Estimasi Penilaian Lingkungan dengan Contingent Valuation Method ... 20

2.6 Regresi Logistik ... 23

2.7 Penelitian Terdahulu ... 25

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 28

3.1 Kerangka Operasional ... 28

VI. METODOLOGI PENELITIAN ... 33

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 33

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 34

4.4 Metode dan Prosedur Analisis ... 34

4.4.1 Analisis Persepsi Responden Terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung ... 35

4.4.2 Analisis Kesediaan Menerima dari Responden Terhadap Dana Kompensasi ... 36

4.4.3 Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap TPAS Cipayung ... 38

4.4.4 Analisis FungsiWillingness to Accept ... 43

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 47

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47


(20)

5.1.2 Kependudukan ... 48

5.1.3 Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung .. 51

5.2 Sampah di Kota Depok ... 56

5.2.1 Volume Sampah ... 56

5.2.2 Penanganan Sampah ... 57

5.3 Karakteristik Responden ... 58

5.3.1 Jenis Kelamin ... 58

5.3.2 Usia ... 58

5.3.3 Pendidikan Formal ... 59

5.3.4 Jenis Pekerjaan ... 59

5.3.5 Tingkat Pendapatan ... 60

5.3.6 Jumlah Tanggungan ... 61

5.3.7 Lama Tinggal di Kelurahan Cipayung ... 62

5.3.8 Jarak Tempat Tinggal dari TPAS Cipayung ... 63

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64

6.1 Persepsi Masyarakat Kelurahan Cipayung Terhadap Keberadaan TPAS ... 64

6.1.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Lingkungan Sebelum dan Sesudah Keberadaan TPAS ... 64

6.1.2 Persepsi Responden Atas Keberadaan TPAS Cipayung ... 70

6.2 Analisis Kesediaan Menerima Responden Terhadap Dana ... Kompensasi ... 77

6.3 AnalisisWillingness to Accept ... 84

6.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi NilaiWillingness ... to Accept ... 87

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 94

7.1 Kesimpulan ... 94

7.2 Saran ... 95

VIII. DAFTAR PUSTAKA ... 96


(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Data Sepuluh Jenis Penyakit Terbesar Tahun 2003 di Kelurahan

Cipayung Kota Depok ... 9 2 Matriks Metode Analisis Data ... 35 3 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kelurahan Cipayung Tahun 2008 ... 49 4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencahariannya di Kelurahan

Cipayung Tahun 2008 ... 50 5 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Cipayung Tahun 2008 ... 51 6 Timbulan Sampah dan Sampah Terangkut di Kota Depok Pada

Bulan Januari-Desember 2008 ... 56 7 Hasil Perhitungan Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi

Lingkungan Sebelum dan Setelah Keberadaan TPAS ... 65 8 Hasil Perhitungan Persepsi Masyarakat Atas Keberadaan TPAS

Cipayung ... 71 9 Hasil Analisa Regresi Logistik Kesediaan Menerima Responden

Terhadap Dana Kompensasi ... 80 10 Distribusi WTA Responden di Kelurahan Cipayung Tahun

2009 ... 85 11 Total WTA (TWTA) Responden di Kelurahan Cipayung Tahun

2009 ... 86 12 Hasil Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

13 Grafik Perkiraan Timbulan Sampah Menurut Provinsi

di Indonesia Periode 2000-2007 ... 3 14 Volume Sampah yang Dihasilkan Wilayah Pelayanan TPAS

Cipayung Periode Januari-Juni (2008) ... 4 15 Pertumbuhan Penduduk Kota Depok Periode 2004-2008 ... 7 16 Transformasi Distribusi Kurva S Menjadi Distribusi Linier .... 25 17 Diagram Alur Kerangka Berpikir ... 32 18 Peta TPAS Cipayung di Kota Depok Tahun 2008 ... 52 19 Kondisi Cekungan di TPAS Cipayung ... 52 20 Aktivitas Pemulung di TPAS Cipayung ... 53 21 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 59 22 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di

Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 60 23 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di

Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 61 24 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan di

Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 62 25 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Kelurahan

Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 63 26 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal dari

TPAS di Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 63 27 Persentase Responden Berdasarkan Pernah Mengalami Penyakit

di Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 69 28 Persentase Jenis Penyakit yang Banyak Dialami Masyarakat di

Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 70 29 Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian Dampak Negatif .

Sampah di Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 72 30 Persentase Responden Berdasarkan Dampak Negatif yang

Dialami Masyarakat Cipayung Tahun 2009 ... 73 31 Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian Kondisi Air, Udara,

dan Lingkungan di Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 74 32 Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian Kondisi Pemukiman

Saat ini di Kelurahan Cipayung Tahun 2009 ... 75 33 Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian Kondisi Sampah


(23)

34 Persepsi Responden Berdasarkan Penilaian Mengganggu atau Tidaknya Keberadaan TPAS di Kelurahan Cipayung Tahun

2009 ... 77 35 Dugaan Kurva WTA Responden di Kelurahan Cipayung


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

36 Kuesioner Penelitian ... 99 37 Tabulasi Karakteristik Responden Masyarakat di Sekitar TPAS

Cipayung Kota Depok Tahun 2009 ... 104 38 Tabulasi Persepsi Responden Masyarakat Cipayung Tentang

Kondisi Lingkungan di Sekitar TPAS Cipayung Kota Depok

Tahun 2009 ... 106 39 Tabulasi Persepsi Responden Atas Keberadaan TPAS Cipayung

Kota Depok Tahun 2009 ... 110 40 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesediaan

Menerima Responden Terhadap Dana Kompensasi ... 113 41 Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai

WTA ... 117 42 Uji Regresi Berganda NilaiWillingness to Accept

Responden ... 122 43 Gambar Lokasi TPAS Cipayung ... 125 44 Peta Kelurahan Cipayung ... 126


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelangsungan hidup manusia tidak terlepas dari kebutuhan jasa lingkungan. Manusia memperoleh daya dan tenaga serta pemenuhan kebutuhan primer, sekunder, tersier, dan kebutuhan lainnya dari lingkungan hidup. Oleh karena itu lingkungan harus tetap terjaga agar tetap bisa memberikan manfaat bagi manusia. Timbulnya masalah lingkungan diakibatkan oleh adanya interaksi antara aktivitas manusia, aktivitas ekonomi, dan eksistensi sumberdaya alam yang berdampak timbulnya degradasi kualitas lingkungan. Aktivitas ekonomi yang dilakukan tanpa memikirkan keseimbangan ekologi dapat menyebabkan penurunan daya dukung dan bahkan mungkin terjadinya kerusakan pada sumberdaya alam dan lingkungan. Salah satu aktivitas manusia yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah konsumsi. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat mengakibatkan tingginya aktivitas manusia yang berpengaruh pada meningkatnya konsumsi. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya berdampak semakin bertambahnya pula sampah yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena selain diproduksinya barang positif (goods and services), juga dihasilkannya barang

negatif salah satunya adalah sampah.

Saat ini sampah merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat karena dapat menyebabkan kotornya lingkungan yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas lingkungan hidup. Menurut Hadiwiyoto (1983), faktor yang menentukan jumlah dan komposisi sampah yang dihasilkan oleh suatu kota adalah jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat pendapatan, pola


(26)

konsumsi masyarakat, pola penyediaan kebutuhan penduduk, kemajuan teknologi, serta iklim dan musim.

Sampah merupakan masalah nasional di Indonesia saat ini. Hal ini timbul dikarenakan paradigma lama pengelolaan sampah yang kurang tepat. Pandangan pemerintah pada pengelolaan sampah hanya menyangkut hal sampah dikumpulkan, diangkut, dan kemudian dibuang. Jumlah sampah yang semakin meningkat terus setiap harinya tanpa adanya pengolahan sampah menjadi barang yang bermanfaat secara ekonomi, akan membuat sampah semakin menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS). Sampah yang semakin menumpuk akan berdampak negatif pada penurunan kualitas lingkungan1.

Paradigma pengelolaan sampah seperti ini mengandalkan ketersediaan TPAS dan menganggap pencarian TPAS merupakan satu-satunya jalan dalam menangani masalah ini. Hal ini menjadi permasalahan penting yang harus di tangani daerah perkotaan, dimana daerah perkotaan sering dihadapkan pada kelangkaan lahan untuk TPAS.

Berdasarkan data dari Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) tahun 2008, kondisi sampah di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari jumlah sampah yang dihasilkan setiap provinsi di Indonesia yang setiap tahunnya meningkat. Terdapat lima provinsi yang menghasilkan sampah terbesar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta. Perkiraan timbulan sampah kelima provinsi di Indonesia tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

1


(27)

0 2 4 6 8 10 12

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun

Timbulan

Sampah (Giga

gram) Jawa Barat

DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur Sumatera Utara

Gambar 1. Grafik Perkiraan Timbulan Sampah Menurut Provinsi di Indonesia Periode 2000-2007

Sumber: Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2008)

Berdasarkan grafik pada Gambar 1, timbulan sampah pada kelima provinsi meningkat setiap tahunnya. Kota-kota besar di setiap provinsi menghasilkan jumlah sampah yang lebih besar dibandingkan kota-kota lainnya. Peningkatan jumlah sampah dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang meningkat dan penanganan sampah di masing-masing kota. Timbulan sampah yang paling besar terdapat di Provinsi Jawa Barat.

Kota Depok adalah salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang pembangunan dan pertumbuhan penduduknya sangat pesat. Sama seperti kota-kota lainnya di Indonesia, Kota Depok memiliki permasalahan sampah yang harus dihadapi. Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok, permasalahan sampah di Kota Depok yaitu meningkatnya volume sampah di Kota Depok setiap tahun dan saat ini telah mencapai 3.445 /hari. Namun yang terangkut oleh petugas kebersihan hanya 1.300 /hari dan yang tidak terangkut berjumlah 2.245 /hari. Meningkatnya volume sampah menyebabkan beban di


(28)

TPAS semakin berat. Sementara itu sarana dan prasarana pengolahan sampah di Kota Depok terbatas dan kesadaran masyarakat masih rendah terhadap inovasi pengelolaan sampah.

Sampah yang dihasilkan wilayah Kota Depok dibuang ke TPAS Cipayung yang merupakan satu-satunya TPAS yang ada di Kota Depok. TPAS Cipayung menjadi satu-satunya TPAS di Kota Depok dikarenakan keterbatasan lahan di Kota Depok dengan jumlah penduduk yang semakin padat. Sampah yang masuk ke TPAS berasal dari pemukiman atau rumah tangga, pasar, pertokoan, restoran dan hotel, fasilitas umum dan sosial, jalan raya serta kawasan industri.

Wilayah pelayanan TPAS Cipayung meliputi enam Kecamatan dan 63 Kelurahan yang berada di Kota Depok serta pasar. Kecamatan yang dilayani oleh TPAS Cipayung yaitu Kecamatan Cimanggis, Sukmajaya, Pancoran Mas, Beji, Sawangan, dan Limo. Volume sampah tertinggi yang masuk ke TPAS Cipayung berasal dari Kecamatan Sukmajaya. Data wilayah pelayanan TPAS Cipayung dan volume sampah yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 2.

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000

Januari Februari Maret April Mei Juni

Bulan V olu me Sampa h (m 3) Cimanggis Sukmajaya Pancoran Mas Beji Sawangan Limo Pasar

Gambar 2. Volume Sampah yang Dihasilkan Wilayah Pelayanan TPAS Cipayung Periode Januari-Juni (2008)


(29)

Pemerintah Kota (Pemkot) Depok masih berpegang pada paradigma mengumpulkan, mengangkut, dan membuang dalam menangani masalah sampah. Sejak berdirinya TPAS Cipayung dari tahun 1987-2007, Pemkot Depok belum memiliki UPS (Unit Pengolahan Sampah). Kota Depok memiliki satu UPS sejak dua tahun terakhir ini. Sehingga sejak tahun 1987 sampai sekarang ini, sampah yang dibuang setiap harinya hanya ditimbun di TPAS tanpa adanya pengolahan sampah. Hal ini menyebabkan timbunan sampah yang menggunung mencapai 15-35 m di TPAS Cipayung.

Jumlah sampah yang meningkat terus seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan berdampak pada dibutuhkannya TPAS yang lebih luas untuk menampung sampah dan UPS yang lebih banyak. Hal tersebut akan sulit dipenuhi karena kebutuhan lahan untuk keperluan lainnya seperti pemukiman juga akan meningkat, khususnya di Kota Depok yang semakin padat penduduknya.

Kelurahan Cipayung ditetapkan oleh Pemkot Depok sebagai lokasi TPAS untuk seluruh warga Kota Depok. Keberadaan TPAS Cipayung selama 21 tahun telah membawa dampak yang cukup besar bagi masyarakat Kelurahan Cipayung. Dampak negatif yang dirasakan oleh warga adalah timbulnya polusi udara bau, banyaknya lalat-lalat yang menghinggapi rumah-rumah penduduk, serta berjangkitnya berbagai macam penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), penyakit kulit, TBC, dan diare.

Para penduduk yang mengalami kerugian atas penurunan kualitas tersebut berhak memperoleh ganti rugi. Ganti rugi ini merupakan kompensasi dari rusaknya kualitas lingkungan yang diakibatkan adanya TPAS Cipayung. Selama


(30)

keberadaan TPAS Cipayung masyarakat tidak memperoleh dana kompensasi dalam bentuk material maupun non material.

Masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif dari keberadaan TPAS menuntut adanya penanganan lebih lanjut dari Pemkot Depok untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena itu Pemkot Depok berinisiatif untuk memberikan dana kompensasi kepada masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif, sebagai ganti rugi atas penurunan kualitas lingkungan. Namun besarnya nilai kompensasi belum ditentukan. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu adanya studi mengenai besarnya dana kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat yang tinggal di sekitar TPAS Cipayung. Kompensasi ini terkait dengan kesediaan menerima (Willingness to Accept) dari masyarakat terhadap penurunan kualitas lingkungan.

1.2 Perumusan Masalah

Kota Depok telah menetapkan Kelurahan Cipayung sebagai lokasi TPAS. Alasan utama dipilihnya Kelurahan Cipayung sebagai Lokasi TPAS yaitu bahwa di wilayah Cipayung terdapat banyak cekungan dan bukit kapur. Secara teknis bebatuan atau tanah kapur akan mengurangi dampak negatif timbulan sampah seperti bau serta membantu proses penguraian sampah. Keberadaan TPAS Cipayung yang sekarang memiliki luas 11.6 ha ini telah berlangsung sejak tahun 1987.

Kewenangan dalam pengoperasian TPAS dipegang oleh Pemkot Depok sejak berdirinya TPAS sampai sekarang. Kegiatan penanganan sampah kota Depok selama ini meliputi : (1) pengambilan sampah dari sumbernya, (2) pengangkutan sampah ke TPAS Cipayung, dan (3) pengolahan sampah dengan teknologi


(31)

sanitary landfill (setiap ketinggian 2 m tumpukan sampah ditimbun dengan 40 cm lapisan tanah). Pada dasar timbunan itu dibuat saluran air yang mengalir ke sungai di sekitar lokasi TPAS Cipayung.

TPAS Cipayung menampung pembuangan sampah dari seluruh kota Depok dalam pengoperasiannya. Berdasarkan data dari DKP Kota Depok volume sampah terus meningkat setiap tahunnya dan saat ini volume sampah yang masuk ke TPAS Cipayung setiap harinya sebesar 1.300 . Hal ini seiring dengan jumlah penduduk Kota Depok yang semakin lama semakin padat. Jumlah penduduk yang semakin padat setiap tahun dapat dilihat dari statistik pertumbuhan penduduk Kota Depok dari tahun 2004-2008 pada Gambar 3.

1.200.000 1.250.000 1.300.000 1.350.000 1.400.000 1.450.000 1.500.000 1.550.000

Jumlah

Penduduk

(0rang)

2004 2005 2006 2007 2008 Tahun

Penduduk Kota Depok

Gambar 3. Pertumbuhan Penduduk Kota Depok Periode 2004-2008

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Depok (2008)

Berdasarkan Gambar 3, jumlah penduduk Kota Depok meningkat pesat setiap tahunnya. Semakin padatnya penduduk menyebabkan semakin tingginya tingkat konsumsi penduduk yang pada akhirnya berdampak pada meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan penduduk Kota Depok.

Sejak beroperasinya TPAS Cipayung dari tahun 1987 sampai tahun 2007, Pemkot Depok belum mendirikan satupun UPS. Baru dua tahun belakangan ini Pemkot


(32)

Depok mulai membangun UPS dan baru satu UPS yang telah dibangun sampai tahun 2008. Sehingga sampah yang diangkut setiap harinya oleh truk-truk pengangkutan sampah hanya dibuang dan ditumpuk di TPAS Cipayung. Padahal setiap harinya sampah yang dihasilkan warga Kota Depok semakin bertambah seiring dengan semakin padatnya penduduk. Hal ini berdampak pada TPAS Cipayung sudahover limit.

TPAS Cipayung yang saat ini sudah over limit mengindikasikan bahwa pengelolaan sampah yang ada selama ini belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini dikarenakan hanya terdapat satu UPS sampah untuk mengolah dan mengurangi jumlah sampah yang semakin meningkat. Penanganan TPAS yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Semakin banyaknya sampah yang masuk ke TPAS Cipayung berdampak pada meningkatnya polusi udara di wilayah sekitar TPAS, ditambah lagi lokasi TPAS yang berada di tengah-tengah pemukiman warga. Dampak negatif yang dirasakan warga adalah timbulnya polusi udara bau, banyaknya lalat-lalat yang menghinggapi rumah-rumah penduduk, serta berjangkitnya berbagai macam penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), penyakit kulit, TBC, dan diare.

Data Puskesmas setempat juga menunjukan bahwa ISPA menempati urutan pertama dalam kategori sepuluh jenis penyakit terbesar tahun 2003. Selain ISPA penyakit yang banyak diderita masyarakat Cipayung adalah penyakit kulit, hal ini diperkirakan akibat dari air yang tercemar sebagai dampak keberadaan TPAS. Data sepuluh jenis penyakit terbesar tahun 2003 di Kelurahan Cipayung Kota


(33)

Depok dapat dilihat pada Tabel 1. Data pada tahun setelah tahun 2003 belum tersedia.

Tabel 1. Data Sepuluh Jenis Penyakit Terbesar Tahun 2003 di Kelurahan Cipayung Kota Depok

No Uraian Jenis Penyakit Jumlah Orang

1 ISPA 6.309

2 Penyakit Kulit 2.007

3 Febris yang sebabnya tidak diketahui 1.442

4 Gangguan gigi 1.366

5 Gastritis 1.019

6 Diare 995

7 Hipertensi 675

8 Conjunctivitis 543

9 Sakit Kepala 428

10 Myeligia 268

Jumlah 15.052

Sumber: Kelurahan Cipayung (2003)

Warga sekitar TPAS harus menanggung semua dampak yang diberikan oleh keberadaan timbunan sampah yang sudah mencapai ketinggian 35 m. Telah banyak kerugian yang diterima masyarakat Kelurahan Cipayung, termasuk terganggunya kesehatan akibat lalat-lalat yang menimbulkan berbagai penyakit dan tingginya polusi udara bau dari sampah. Warga yang terkena penyakit harus berobat dan mengeluarkan biaya pengobatan. Dampak keberadaan TPAS Cipayung bagi masyarakat Cipayung bukan hanya kerugian fisik saja namun juga kerugian material.

Permasalahan pengelolaan sampah di Kota Depok tidak mudah untuk diatasi. Pada satu sisi Kota Depok memerlukan TPAS untuk membuang sampah seluruh warga, namun di sisi lain warga yang berada di sekitar lokasi harus menanggung kerugian dari keberadaan TPAS. Hal ini menimbulkan konflik antara Pemkot Depok dengan warga Cipayung, karena warga yang terkena dampak negatif dari


(34)

keberadaan TPAS selama 21 tahun ini terus menuntut adanya ganti rugi kepada Pemkot Depok. Selama ini Pemkot Depok belum pernah memberikan ganti rugi dalam bentuk apapun kepada warga Cipayung yang mengalami kerugian atas keberadaan TPAS.

Oleh karena itu perlu adanya singkronisasi antara kepentingan akan TPAS dengan kerugian yang harus ditanggung warga Cipayung. Demi terwujudnya singkronisasi tersebut, Pemkot Depok berinisiatif untuk memberikan dana kompensasi kepada masyarakat Cipayung. Namun besarnya dana kompensasi belum ditentukan. Dana kompensasi ini sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat Cipayung atas kerugian yang dialami dari keberadaan TPAS. Kompensasi ini merupakan ganti rugi atas penurunan kualitas lingkungan yang diterima warga Cipayung.

Penelitian mengenai besarnya dana kompensasi atas keberadaan TPAS telah dilakukan sebelumnya, namun belum dilakukan di wilayah Cipayung. Informasi ini penting untuk wilayah Cipayung yang warganya terkena dampak negatif dari keberadaan TPAS Cipayung. Berdasarkan keadaan tersebut, peneliti menganggap penting dilakukannya studi yang mengkaji tentang besarnya dana kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat yang bermukim di sekitar TPAS Cipayung, terkait denganWillingness to Accept (WTA) masing-masing.

Berdasarkan perumusan di atas, maka perumusan masalah ini adalah:

1. Bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Cipayung terhadap keberadaan TPAS Cipayung?


(35)

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi?

3. Berapa besarnya nilai dana kompensasi (WTA) yang bersedia diterima masyarakat dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengkaji persepsi masyarakat Kelurahan Cipayung terhadap keberadaan TPAS Cipayung.

2. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi.

3. Mengkuantifikasikan besarnya nilai dana kompensasi (WTA) yang bersedia diterima masyarakat dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Pemkot Depok selaku penentu kebijakan sebagai informasi untuk bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah di TPAS Cipayung dan informasi mengenai penilaian masyarakat terhadap lingkungan dari segi ekonomi.


(36)

2. Masyarakat sebagai informasi untuk lebih mengenal keberadaan lingkungan sehingga partisipasi dalam menjaga keberlangsungan lingkungan tersebut dapat terus ditingkatkan.

3. Penelitian selanjutnya sebagai bahan referensi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

TPAS Cipayung memberikan eksternalitas positif dan negatif kepada masyarakat sekitarnya. Pada penelitian ini hanya mengkaji dampak negatif dari keberadaan TPAS Cipayung terhadap warga di sekitar lokasi TPAS. Dampak negatif hanya diukur melalui besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia di terima oleh masyarakat berdasarkan akibat yang ditanggung dari eksternalitas negatif. Sedangkan keuntungan yang diperoleh masyarakat dari eksternalitas positif TPAS tidak diteliti.


(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah

Sampah di banyak negara, baik negara yang sudah maju maupun di negara berkembang merupakan suatu masalah yang harus dihadapi. Hal ini disebabkan karena dampak sampah yang begitu luas, terutama dalam kaitanya dengan masalah lingkungan. Berikut ini akan dijelaskan pengertian dari sampah, penggolongan sampah, dan pengelolaan sampah.

2.1.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang (Widyati dan Yuliarsih, 2002). Menurut Murthado dan Said (1987) sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah itu sendiri pada dasarnya berarti suatu bahan yang dibuang atau terbuang dari suatu aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Sampah dikatakan mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar, disamping juga dapat mencemari lingkungan.

Sampah adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun pabrik sebagai sisa proses industri (Apriadji, 2002). Kesimpulan yang didapat bahwa sampah merupakan bahan buangan yang tidak berguna atau bahan sisa dan dapat menimbulkan gangguan pada kelestarian lingkungan dan menyebabkan pencemaran.


(38)

2.1.2 Penggolongan Sampah

Sampah dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori, menurut jenisnya sampah dibagi menjadi: sampah organik seperti daun dan lain-lain, sampah plastik, sampah kertas dan kelompok logam serta kayu (Soekarman, 1983). Menurut Hadiwiyoto (1983) sampah digolongkan menjadi tujuh kelompok berdasarkan kriteria masing-masing, yaitu:

a. Berdasarkan asalnya digolongkan menjadi sampah dari hasil kegiatan rumah tangga, sampah dari hasil kegiatan pertanian, sampah dari hasil kegiatan perdagangan, sampah dari hasil pembangunan dan sampah jalan raya. b. Berdasarkan komposisinya dibedakan menjadi sampah seragam dan sampah

campuran.

c. Berdasarkan bentuknya dibedakan menjadi sampah padat, cair dan gas. d. Berdasarkan lokasinya dibedakan menjadi sampah kota dan sampah daerah. e. Berdasarkan proses terjadinya dibedakan menjadi sampah alami dan sampah

non-alami.

f. Berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi sampah organik dan sampah non organik.

g. Berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi sampah makanan, sampah kebun, sampah kertas, sampah plastik, karet, kulit, sampah kain, sampah kayu, sampah logam, sampah gelas dan keramik, sampah berupa abu dan debu.

Sampah rumah tangga dapat berupa sampah basah, sampah kering, sampah lebut, dan sampah besar (Widyatmoko dan Sintorini, 2003). Sampah lainnya adalah sampah pasar. Sampah pasar dengan jumlah besar akan dijumpai pada pasar yang mempunyai aktivitas perdagangan dengan aneka ragam jenis barang


(39)

yang diperjualbelikan. Sampah pasar umumnya terdiri dari sampah atau buangan padatan yang berasal dari para pedagang sayuran, sampah pasar umumnya terdiri dari sampah mudah lapuk (garbage) atau sampah organik yang merupakan potongan-potongan sisa sortasi sayur, buah, makanan sisa dan lain-lain.

2.1.3 Pengelolaan dan Pengolahan Sampah

Sampah memerlukan pengelolaan yang hati-hati dan baik agar mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan. Menurut Murtadho dan Said (1987) pengelolaan sampah adalah perlakuan atau tindakan yang dilakukan terhadap sampah yang meliputi pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan. Sedangkan menurut Hadiwiyoto (1983), penanganan sampah ialah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang dalam kaitannya dengan lingkungan dapat ditimbulkan. Oleh karena itu dapat disimpulkan pengelolaan sampah adalah perlakuan terhadap sampah untuk mengurangi masalah-masalah yang berkaitan tentang lingkungan.

Menurut Kastaman dan Kramadibrata (2007) pengelolaan sampah meliputi pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, pengangkutan sampah, pengelolaan dan pemanfaatan sampah, serta pembuangan akhir sampah di TPAS. Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah :

a. Open dumping, yakni membuang sampah pada tempat pembuangan sampah akhir secara terbuka di suatu lokasi tertentu.

b. Control landfill, yakni pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir seperti halnya pada open dumping, namun disini terdapat proses pengendalian atau pengawasan sehingga lebih tertata.


(40)

c. Sanitary landfill, yakni pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir dengan menimbun sampah ke dalam tanah hingga periode waktu tertentu. Cara ini dapat menekan polusi atau bau dan kebersihan lingkungan lebih baik dari metode lainnya. Konsekuensi dari pembuangan sampah di tempat pembungan sampah akhir ini adalah dibutuhkannya lahan yang luas serta biaya pengelolan yang besar.

Pemanfaatan sampah sangat membantu untuk mengurangi jumlah sampah yang berada di lingkungan, dengan memanfaatkan sampah berarti memberikan nilai tambah pada sampah yang semula tidak mempunyai nilai ekonomi menjadi bahan yang mempunyai nilai ekonomi. Penanganan dalam bentuk lainnya dapat mengembalikan (recycling) sampah (limbah padat) menjadi bahan-bahan yang bermanfaat atau yang disebut daur ulang (recycle).

2.1.4 Dampak Sampah Terhadap Masyarakat

Apabila sampah tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak negatif, begitupun sebaliknya pengelolaan yang dilakukan dengan baik dan semaksimal mungkin akan menimbulkan dampak Positif. Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dampak Negatif

Hadiwiyoto (1983) mengatakan bahwa jika ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan, dan pencemaran, sampah dapat menimbulkan gangguan pencemaran sebagai berikut:

a. Tumpukan sampah dapat menimbulkan kondisi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan yang normal. Biasanya dapat menyebabkan


(41)

kenaikan suhu dan perubahan pH tanah. Keadaan ini akan mengganggu kehidupan di sekitarnya.

b. Tumpukan sampah dapat menjadi media berkembangbiak dan tempat mencari makan bagi lalat atau tikus yang akhirnya menjadi tempat berkembang bibit penyakit.

c. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena selama proses pembusukan dihasilkan gas-gas beracun, bau tidak sedap, daerah yang becek, dan berlumpur terutama pada musim penghujan.

d. Kontak langsung dengan sampah yang mengandung kuman penyakit, misalnya sampah yang berasal dari rumah sakit.

e. Pasokan air minum yang mengalami kontaminasi dengan bahan kimia beracun dari sampah yang dibuang ke dalam air.

f. Dapat mencemari tanah atau pengotoran. Pencemaran dapat berupa udara yang kotor karena mengandung gas-gas yang terjadi dari perombakan sampah, bau yang tidak sedap, daerah yang becek, terutama pada saat musim hujan.

g. Sampah yang dibuang ke badan air menyebabkan hambatan saluran air sehingga pada musim penghujan akan menyebabkan banjir.

h. Secara estetika, sampah dapat digolongkan sebagai bahan yang dapat mengganggu pemandangan dan keindahan.

2. Dampak Positif

Dampak positif dari sampah yaitu sampah dapat diolah menjadi barang yang bermanfaat. Sampah dapat diolah menjadi pupuk sebagai penyubur tanah dan mempercepat pertumbuhan tanaman, dapat digunakan sebagai pakan ternak,


(42)

dapat dimanfaatkan kembali setelah didaur ulang, gas-gas yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi karena dapat dikonversi menjadi tenaga listrik serta proses pengelolaan sampah dapat membuka lapangan kerja.

2.2 Persepsi

Persepsi adalah proses dengan makna kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Persepsi mempengaruhi rangsangan (stimulus) atau pesan apa yang kita berikan kepada mereka ketika mereka mencapai kesadaran (Devito, 1997). Jadi persepsi merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari suatu obyek. Respon ini berkaitan dengan penerimaan atau penolakan oleh individu terhadap obyek yang dimaksud. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor intern yang ada dalam individu tersebut meliputi bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi, kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan, dan faktor sosial ekonomi.

Menurut Sarwono (1999), persepsi dalam pengertian psikologi adalh proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran.

2.3 Semantic Differential

Semantic differential atau skala perbedaan semantik dikembangkan oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum, berkehendak untuk mengukur pengertian suatu objek atau konsep oleh seseorang. Skala perbedaan semantik ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana pandangan seseorang terhadap suatu konsep atau objek apakah sama atau berbeda. Responden diminta untuk menilai suatu konsep atau


(43)

objek dalam suatu skala bipolar dengan lima buah titik. Skala bipolar adalah skala yang berlawanan seperti baik-buruk, cepat-lambat, bersih-kotor, dan sebagainya. Alternatif jawaban misalnya, nilai 5 untuk sangat bersih , nilai 4 untuk bersih , nilai 3 untuk biasa saja , nilai 2 untuk kotor , nilai 1 untuk sangat kotor (Nazir, 1988).

Menurut Rakhmat (2007), skala perbedaan semantik berusaha mengukur makna suatu objek pada diri seseorang. Responden diminta untuk menilai konsep tertentu. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda cek pada skala yang terdiri dari beberapa butir. Skala ini terdiri dari tiga dimensi : (1) jujur-tidak jujur, bersih-kotor, baik-buruk, bernilai-tidak bernilai (dimensi evaluasi); (2) besar-kecil, kuat-lemah (dimensi potensi); (3) aktif-pasif, cepat-lambat, hangat-dingin (dimensi aktivitas).

2.4 Eksternalitas

Ekternalitas secara umum diartikan sebagai dampak yang terjadi oleh pihak yang melakukan suatu kegiatan terhadap pihak lain. Mangkoesoebroto (1993) mendefinisikan eksternalitas sebagai keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar. Eksternalitas terjadi bila suatu kegiatan menimbulkan manfaat dan/atau biaya bagi kegiatan atau pihak di luar pelaksana kegiatan tersebut.

Mangkoesoebroto (1993) juga membagi ekternalitas menjadi dua berdasarkan dampak yang ditimbulkannya yaitu ekternalitas negatif dan ekternalitas positif. Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif adalah


(44)

apabila dampaknya bagi orang lain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Eksternalitas dalam suatu aktivitas dapat menimbulkan inefisiensi apabila tindakan yang mempengaruhi pihak lain akibat dilakukannya aktivitas tersebut tidak tercermin dalam sistem harga.

2.5 Metode Estimasi Penilaian Lingkungan denganContingent Valuation Method

Terdapat berbagai metode untuk mengukur nilai dari suatu barang lingkungan, diantaranya adalah Hedonic Pricing (HPM), Travel Cost Method (TCM), Production Function Approach, dan Contingent Valuation Method (CVM) (Hanley dan Spash, 1993). Penelitian ini menggunakan metode CVM.

Metode valuasi kontingensi yang diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1963, merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan semua komoditas yang tidak diperjualbelikan di pasar dapat diestimasi nilai ekonominya, termasuk nilai ekonomi dari barang lingkungan. Metode ini merupakan cara perhitungan secara langsung dengan titik berat preferensi individu menilai benda publik yang penekanannya pada standar nilai uang.

Metode CVM menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya maksimum kesediaan untuk membayar (WTP) manfaat tambahan yang diperoleh dari penggunaan dan/atau berapa besarnya kesediaan untuk menerima (WTA) kompensasi dari penurunan kualitas barang lingkungan (Hanley dan Spash, 1993).

Asumsi dasar dari CVM adalah bahwa individu-individu memahami benar pilihan masing-masing dan cukup mengenal kondisi lingkungan yang dinilai. Selain itu, apa yang dikatakan individu-individu tersebut adalah apa yang


(45)

sungguh-sungguh akan dilakukan jika pasar untuk barang-barang lingkungan benar-benar terjadi. Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang mendekati, jika pasar dari barang-barang lingkungan tersebut benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuesioner dan responden) harus sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotetik yang dipergunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung.

Terdapat beberapa tahap dalam penerapan analisis CVM (Hanley dan Spash, 1993), yaitu :

1. Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypothetical Market) 2. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTA/WTP (Obtaining Bids)

3. Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP dan/atau Nilai Tengah WTA (Calculating Average WTP and/or Mean WTA)

4. Memperkirakan Kurva Penawaran (Estimating Bid Curve) 5. Menjumlahkan Data (Agregating Data)

6. Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)

Pendekatan WTA merupakan suatu ukuran dalam konsep penilaian ekonomi dari barang lingkungan. Ukuran ini memberikan informasi tentang besarnya dana kompensasi yang bersedia diterima oleh masyarakat atas penurunan kualitas lingkungan di sekitarnya yang setara dengan biaya perbaikan kualitas lingkungan tersebut. Penilaian barang lingkungan dari sisi WTA mempertanyakan berapakah jumlah minimum uang bersedia diterima oleh seseorang (rumah tangga) setiap bulan atau setiap tahunnya sebagai kompensasi atas diterimanya kerusakan lingkungan.


(46)

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam perhitungan WTA untuk menilai peningkatan atau kemunduran kondisi lingkungan antara lain :

1. Menghitung jumlah yang bersedia diterima oleh individu untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan 2. Menghitung pengurangan nilai atau harga dari suatu barang akibat akibat

semakin menurunya kualitas lingkungan.

3. Melalui suatu survei untuk menentukan tingkat kesediaan masyarakat menerima dana kompensasi dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik.

Perhitungan WTA dapat dilakukan secara langsung (direct method) dengan melakukan survei dan secara tidak langsung (indirect method) dengan menghitung nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang terjadi. Dalam penelitian ini perhitungan WTA dilakukan secara langsung (direct method) dengan cara survey dan melakukan wawancara terhadap masyarakat Kelurahan Ciapayung, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.

2.6 Regresi Logistik

Menurut Hutcheson dan Sofroniou dalam Utari (1999), regresi logistik (logistic regression) merupakan suatu teknik permodelan linier secara umum yang memungkinkan dibuatnya prediksi-prediksi dari variabel respon dan taksiran-taksiran tingkat kemampuan mempengaruhi dari variabel-variabel penjelas (individu maupun kelompok). Data-data yang dapat dianalisis dengan alat analisis regresi logistik adalah data yang relatif umum dan terdiri atasdichotomous


(47)

classification. Beberapa permasalahan yang dapat dianalisis dengan logistik antara lain:

1. Seberapa besar pengaruh tingkat keparahan infeksi terhadap kemungkinan seseorang mati

2. Apakah seseorang akan mengkonsumsi kecap lokal atau kecap impor 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan migrasi 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam mengambil kredit

Terdapat tiga komponen dari model linear umum, yaitu komponen acak dari variabel respon, komponen sistematis yang mempresentasikan nilai tetap dari variabel penjelas pada bagian fungsi linier, danlink function yang merupakan alat pemeta komponen sistematis menjadi komponen acak. Regresi logistik

mengasumsikan bahwa galat dari komponen acak terdistribusi secara binomial, berbeda dengan regresiOrdinary Least Square (OLS) yang mengasumsikan bahwa galat dari komponen acak terdistribusi secara normal. Komponen

sistematis dari regresi logistik sama dengan regresi OLS, dengan variabel penjelas diasumsikan kontinu dan minimal berskala interval. Sebagaimana regresi OLS, variabel penjelas yang tidak dimasukkan ke dalam model menggunakan teknik pengkodean variabeldummy. Perbedaan logistik dengan regresi OLS adalah komponen acak dan komponen sistematis yang ada tidak dapat dipetakan secara langsung satu sama lain. Selain itu, dalam regresi logistik digunakannon-linear link function (fungsi inilah yang dinamakan logit).

Model analisis logistik dituliskan dengan , dimana p

merupakan peluang, e adalah logaritma natural, dan merupakan parameter komponen linier dari model, dan x sebagai nilai dari variabel penjelas. Konversi


(48)

dari peluang agar dapat diestimasi dalam linier dengan logit dinamakan odds. Metode untuk menganalisis logit adalahMaximum Likehood (ML). Mengestimasi peluang dengan metode ML, dilakukan dengan proses:

(odds) = + x (persamaan linier sehingga dapat diestimasi) (p) = + x (persamaan yang dapat dietimasi dengan ML)

Parameter dari model logistik dapat diinterpretasikan dengan cara yang sama seperti OLS, yaitu dengan gradien/slope (parameter ). Gradien ini diinterpretasikan sebagai perubahan logit (p) akibat perubahan satu unit variabel x. Dengan kata lain, menggambarkan perubahan dalam log odds dari adanya perubahan satu unit x. Parameter menunjukkan nilai logit (p) akibat ketika x =0 atau log odds dari keadaan x = 0. Standard error dari logit disebut ASE (Assymtotic Standard Error). Transformasi distribusi kurva S menjadi distribusi linier dapat dilihat dalam Gambar 4.

Peluang

X

Odds dari peluang


(49)

Logodds dari peluang

X

Gambar 4. Transformasi Distribusi Kurva S Menjadi Distribusi Linier

Sumber: Hanley dan Spash (1993)

2.7 Penelitian Terdahulu

Sejumlah penelitian telah dilakukan terkait dengan penelitian ini. Hasil penelitian Astuti (2005) menyatakan bahwa keberadaan TPAS Cipayung telah membawa dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat sekitarnya, dampak tersebut berupa dampak negatif dan positif. Dampak negatif dari pengembangan TPAS Cipayung, yaitu adanya penurunan tingkat kesehatan akibat rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tatacara menjaga kesehatan serta kebersihan lingkungan dan tentang standar prosedur operasional TPAS. Sedangkan dampak positif dari keberadaan TPAS Cipayung adalah tersedianya lapangan kerja bagi pemulung, kernet dan sopir serta staf operasional TPAS, memberikan peningkatan ekonomi keluarga dan pada akhirnya menyumbangkan pengembangan ekonomi lokal.

Penelitian yang dilakukan oleh Harianja (2006) tentang WTA masyarakat terhadap TPAS Bantar Gerbang dengan pendekatan CVM, dimana pada lokasi ini telah diberlakukan kompensasi kepada masyarakat di sekitar TPAS. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan atau ketidaksediaan menerima dana kompensasi TPAS Bantar Gerbang adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan tingkat kepuasan terhadap dana kompensasi yang diberikan. Nilai WTA resonden


(50)

Ciketing Udik dipengaruhi oleh faktor tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jarak tempat tinggal, ada tidaknya biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi dampak dari TPAS dan penilaian responden terhadap pengolahan sampah yang dilakukan selama ini. Persentase jumlah responden yang menginginkan dana kompensasi dalam bentuk fisik hampir sama dengan responden yang menginginkan kompensasi dalam bentuk tunai.

Hasil penelitian Utari (2006) menjelaskan bahwa nilai WTP masyarakat terhadap TPAS Pondok Rajeg tersebut dipengaruhi oleh faktor tingkat pendapatan, jumlah tanggungan, kepuasan responden terhadap pelayanan pengolahan sampah, dan biaya yang dikeluarkan responden selain biaya retribusi kebersihan. Sedangkan nilai WTA responden tersebut dipengaruhi oleh faktor tingkat pendapatan, jarak tempat tinggal dengan lokasi TPAS, dan tingkat gangguan yang dialami responden akibat keberadaan TPAS.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan diperoleh bahwa sudah terdapat beberapa penelitian yang menganalisis nilai ekonomi suatu lingkungan dengan teknik CVM. Penelitian yang mengkaji nilai kesediaan menerima atas penurunan kualitas lingkungan telah dilakukan sebelumnya, namun masih sedikit dan belum dilakukan di wilayah Cipayung. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan karena informasi ini penting untuk wilayah Cipayung yang warganya terkena dampak negatif dari penurunan kualitas lingkungan.


(51)

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Operasional

Sampah yang berasal dari Kota Depok dibuang ke TPAS Cipayung yang merupakan satu-satunya TPAS yang dimiliki Kota Depok. Sejak berdirinya TPAS Cipayung dikelola langsung oleh Pemkot Depok khususnya DKP Kota Depok. Keberadaan TPAS selama 21 tahun tanpa adanya UPS menyebabkan sampah yang dibuang ke TPAS terus menumpuk sementara kapasitas TPAS Cipayung sudah tidak cukup untuk menampung sampah lagi. Keadaan TPAS yang sudah over limit menimbulkan eksternalitas negatif kepada masyarakat disekitar TPAS Cipayung. Dampak tersebut yaitu pencemaran udara dan air, penurunan kesehatan, penurunan estetika lingkungan, dan dampak sosial ekonomi. Masyarakat yang mengalami kerugian atas penurunan kualitas lingkungan tersebut berhak menerima kompensasi.

Masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif dari keberadaan TPAS menuntut adanya kompensasi dari Pemkot Depok. Sementara itu Pemkot Depok selaku pengelola TPAS berinisiatif untuk memberikan dana kompensasi kepada masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif, sebagai ganti rugi atas penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai besarnya dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkuantifikasikan nilai dana kompensasi yang bersedia diterima masyarakat. Pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap TPAS Cipayung. Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan respon masyarakat di sekitar TPAS terhadap keberadaan TPAS, yaitu apakah keberadaan TPAS memberikan


(52)

gangguan terhadap kehidupan masyarakat. Analisis persepsi ini menggunakan alat analisis deskriptif yang diukur menggunakan skala perbedaan semantik.

Setelah mengetahui persepsi masyarakat mengenai keberadaan TPAS, selanjutnya dalam penelitian ini akan menganalisis kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat di sekitar TPAS Cipayung untuk menerima dana kompensasi yang diberikan Pemkot Depok. Analisis ini perlu dilakukan untuk mengetahui terlebih dahulu apakah masyarakat di sekitar TPAS Cipayung bersedia atau tidak untuk menerima dana kompensasi. Alat analisis yang digunakan dalam analisi ini adalah analisis regresi logistik. Hipotesa yang digunakan dalam analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi adalah:

1. Sebagian besar masyarakat yang merasakan dampak langsung dari keberadaan TPAS bersedia untuk menerima dana kompensasi yang diberikan oleh pemerintah

2. Tingkat pendidikan dan jarak tempat tinggal dari lokasi TPAS berpengaruh negatif terhadap kesediaan responden dalam menerima dana kompensasi. 3. Jumlah tanggungan, besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk

menanggulangi dampak dari keberadaan TPAS, dan lama tinggal di sekitar lokasi TPAS berpengaruh positif terhadap kesediaan responden dalam menerima dana kompensasi.

Setelah mengetahui kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi, kemudian dalam penelitian akan mencari nilai ekonomi mengenai


(53)

keberadaan TPAS Cipayung dengan mencari nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat (WTA) dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Analisis besarnya WTA menggunakan pendekatan CVM, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA menggunakan alat analisis regresi berganda. Penelitian ini menggunakan metode CVM karena penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Harianja (2006), dimana untuk mendapatkan nilai WTA digunakan pendekatan CVM dan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA digunakan alat analisis regresi berganda.

Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai WTA dari masing-masing responden (penduduk) adalah:

1. Responden yang bersedia menerima dana kompensasi mengenal dengan baik kawasan TPAS Cipayung

2. Pemkot Depok memberikan perhatian terhadap peningkatan kualitas lingkungan, termasuk kualitas TPAS Cipayung

3. Pemkot Depok bersedia untuk memberikan dana kompensasi atas penurunan kualitas lingkungan akibat digunakannya lahan di wilayah Cipayung sebagai TPAS

4. Responden dipilih dari penduduk yang relevan

Hipotesa yang digunakan dalam analisa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA masyarakat adalah:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA masyarakat adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jarak tempat tinggal, tingkat gangguan, penilaian kondisi sampah, besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk


(54)

menanggulangi dampak dari keberadaan TPAS, dan penilaian responden terhadap pengolahan sampah

2. Tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, tingkat gangguan, dan besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk menanggulangi dampak dari keberadaan TPAS berpengaruh positif terhadap besarnya nilai WTA.

3. Jarak tempat tinggal, penilaian kondisi sampah, dan penilaian responden terhadap pengolahan sampah berpengaruh negatif terhadap besarnya nilai WTA.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besarnya dana kompensasi yang diharapkan masyarakat kepada Pemkot Depok selaku pengelola TPAS Cipayung. Informasi ini merupakan rekomendasi untuk Pemkot Depok sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan besarnya dana kompensasi yang akan diberikan kepada masyarakat Cipayung dan dalam menyusun kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah yang lebih baik di TPAS Cipayung, terutama dalam bidang ekonomi lingkungan. Alur peneltian yang lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5.


(55)

Keterangan: Adalah lingkup penelitian Adalah bukan lingkup penelitian

Gambar 5. Diagram Alur Kerangka Berpikir TPAS Cipayung over

limit

Eksternalitas Negatif

Persepsi masyarakat terhadap TPA sampah

Cipayung

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menerima dana

kompensasi Diperlukan Kompensasi

Besar WTA dan Faktor-faktor yang

mempengaruhi besarnya WTA Pencemaran

udara dan air

Penuruna n kesehatan

Penurunan estetika lingkungan

Dampak sosial ekonomi Pengelolaan

Pemerintah Kota

Rekomendasi mengenai dana kompensasi atas keberadaan TPAS Cipayung


(56)

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Cipayung merupakan satu-satunya lokasi TPAS di Kota Depok, dimana TPAS terletak di tengah-tengah pemukiman masyarakat Cipayung. Pengambilan data primer dilaksanakan dari April hingga Mei 2009.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section. Data sengaja dikumpulkan untuk penelitian ini dalam satu kurun waktu tertentu. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer yang dibutuhkan meliputi: karakteristik seluruh responden, respon seluruh responden mengenai persepsinya terhadap keberadaan TPAS Cipayung, terhadap lingkungan, mengenai kesediaan dan ketidaksediaannya dalam menerima dana kompensasi, serta mengenai seberapa besar mereka bersedia menerima kompensasi yang diberikan oleh Pemkot Depok, ditambah dengan wawancara dengan Lurah Cipayung, tokoh-tokoh masyarakat, Ketua RT dan RW di Kelurahan Cipayung, Ketua LSM Gempita, para petugas kebersihan TPAS Cipayung dan DKP Kota Depok mengenai cara dan pengelolaan sampah. Data primer ini diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung dengan responden. Data primer tersebut diharapkan dapat menjadi pendukung dari penggunaan metode valuasi kontingensi.


(57)

Data sekunder meliputi data-data TPAS Cipayung, jumlah dan komposisi sampah yang masuk setiap harinya, data yang terkait dengan daerah penelitian dan data lainnya yang dibutuhkan di dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh dengan jalan pengumpulan data dari DKP Kota Depok, data dari kantor pemerintahan di daerah penelitian, dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini serta internet.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan dengan metode Sistematik Sampling, Sinaga (2004). Jumlah sampel yang diambil adalah 100 responden, dimana responden tersebut mewakili rumah tangga. Pemilihan responden dilakukan secara sistematis, yaitu responden dipilih dengan pola memilih secara acak salah satu rumah sebagai responden pertama kemudian setiap selang tiga rumah dipilih sebagai responden selajutnya.

4.4 Metode dan Prosedur Analisis

Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan program Microsoft Office Excel 2007 dan Minitab 14. Pada Tabel 2 berikut ini akan ditampilkan matriks metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan-tujuan dalam penelitian ini.


(58)

Tabel 2. Matriks Metode Analisis Data

4.4.1 Analisis Persepsi Responden Terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cipayung

Analisis persepsi responden terhadap keberadaan TPAS bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat atas keberadaan TPAS. Oleh karena itu terlebih dahulu harus mengidentifikasi karakteristik masyarakat yang menjadi responden dan selanjutnya mengindentifikasi persepsi masyarakat terhadap keberadaan TPAS Cipayung.

Karakteristik masyarakat dan persepsi masyarakat diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis ini memerlukan data responden meliputi penilaian responden tehadap kebersihan lingkungan daerah Cipayung, penilaian kondisi sampah di TPAS Cipayung, dampak dari sampah, pengelolaan

No Tujuan Penelitian Sumber Data dan Jumlah Sampel

Metode Analisis Data 1 Mengkaji persepsi

masyarakat terhadap keberadaan TPAS Cipayung

Data primer melalui kuesioner dan wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian, serta data sekunder dari instansi terkait. Jumlah sampel 100 responden

Analisis deskriptif menggunakan skala perbedaan semantik dengan Microsoft Office Excel2007

2 Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan masyarakat dalam menerima dana kompensasi

Data primer melalui kuesioner dan wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian. Jumlah sampel 100 responden

Analisis regresi logistik dengan Microsoft Office Excel2007 dan Minitab14

3 WTA masyarakat dan identifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai tersebut

Data primer melalui kuesioner dan wawancara dengan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian. Jumlah sampel 80 responden

Analisis regresi berganda dengan Microsoft Office Excel dan Minitab14


(59)

sampah dan persepsi responden terhadap keberadaan TPAS Cipayung. Analisis deskriptif ini akan diukur menggunakan skala perbedaan semantik.

Persepsi responden mengenai mengganggu atau tidak atas keberadaan TPAS dinilai menggunakan skala perbedaan semantik dengan pemberian nilai oleh responden pada skala yang terdiri dari lima butir mulai dari skala terendah hingga tertinggi, misalnya sangat tidak berbahaya diberi nilai 1, tidak berbahaya diberi nilai 2, cukup berbahaya diberi nilai 3, berbahaya diberi nilai 4 dan sangat berbahaya diberi nilai 5 (Nazir, 1988). Analisis awal yang dilakukan adalah mendeskripsikan data yang diperoleh dengan mempresentasikan hasil tersebut dengan menggunakan software Microsoft Excell 2007 dan tahap akhir adalah menginterpretasikannya.

4.4.2 Analisis Kesediaan Menerima dari Responden Terhadap Dana Kompensasi

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat bersedia atau tidak untuk menerima dana kompensasi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Analisis data ini menggunakan alat analisis regresi logistik, dengan menggunakan model logistik dapat diduga peluang responden untuk menerima atau tidak menerima kompensasi. Berdasarkan teori yang berkaitan dengan WTA, maka bentuk persamaan regresi logistik untuk responden yang bersedia menerima dan tidak bersedia menerima kompensasi adalah sebagai berikut :

i 1

0 i

L = + X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5+ 6X6 + ... (4.1)

Estimasi parameter yang diharapkan adalah 0, 2, 3, 5> 0 dan 1, 4, 6< 0


(60)

Li = peluang responden bersedia menerima dana kompensasi yang

diberikan (bernilai 1 untuk bersedia dan bernilai 0 untuk tidak )

0 = konstanta 1 4 = koefisien regresi

X1 =tingkat pendidikan (tahun)

X2 = jumlah tanggungan (orang)

X3 = besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk menanggulangi

dampak dari TPAS (rupiah/bulan)

X4 = jarak tempat tinggal dengan lokasi TPAS (meter)

X5 = lama tinggal di sekitar lokasi TPAS (tahun)

X6 = pendapatan (rupiah/bulan)

i = responden ke i (i=1, 2, , 100)

= galat

Variabel bebas yang digunakan untuk menganalisis kesediaan atau ketidaksediaan responden dalam menerima dana kompensasi adalah tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, besarnya biaya yang dikeluarkan responden untuk menanggulangi dampak dari TPAS, jarak tempat tinggal dengan lokasi TPAS, lama tinggal di sekitar lokasi TPAS, dan pendapatan.

Variabel tingkat pendidikan diduga berbanding terbalik dengan peluang responden bersedia menerima dana kompensasi. Semakin lama waktu pendidikan formal yang diperoleh responden, maka akan semakin banyak pengetahuan responden tentang pentingnya kualitas lingkungan dan bahwa kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh keberadaan TPAS tidak terbayarkan. Sehingga responden cenderung untuk tidak bersedia menerima dana kompensasi.

Variabel jarak diduga memiliki hubungan negatif dengan peluang kesediaan menerima kompensasi. Semakin dekat jarak tempat tinggal responden dengan TPAS, maka dampak yang harus ditanggung responden semakin besar, terutama dampak bau, pencemaran air, dan adanya lalat-lalat yang dapat menjadi


(61)

sumber penyakit. Sehingga responden akan cenderung tidak menyukai TPAS dan cenderung untuk tidak bersedia menerima dana kompensasi. Begitu juga dengan variabel pendapatan yang berbanding terbalik dengan peluang responden bersedia menerima dana kompensasi.

Jumlah tanggungan diduga berbanding lurus dengan peluang responden tersebut bersedia menerima kompensasi. Semakin banyak tanggungan responden, semakin banyak pula materi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga responden akan bersedia menerima dana kompensasi. Begitu juga dengan biaya dan lama tinggal responden di sekitar lokasi TPAS diduga memilki hubungan positif dengan peluang kesediaan menerima kompensasi, maka responden akan cenderung bersedia menerimanya.

4.4.3 Analisis Nilai WTA dari Masyarakat Terhadap Keberadaan TPAS Cipayung

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai dana kompensasi (WTA) yang bersedia diterima masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut. Pendekatan CVM akan digunakan untuk mengetahui nilai WTA masyarakat dalam penelitian ini. Pendekatan CVM dalam penelitian ini terdiri dari enam tahap pekerjaan (Hanley dan Spash, 1993), yaitu :

1. Membangun Pasar Hipotesis

Dalam penelitian ini, pasar hipotesis dibentuk atas dasar keberadaan TPAS Cipayung yang selain memberikan dampak positif peluang ekonomi, juga menimbulkan dampak negatif berupa kerugian-kerugian bagi masyarakat yang bertempat tinggal di sekitarnya. Eksternalitas negatif yang ditimbulkan oleh keberadaan TPAS antara lain timbulnya bau tidak sedap, banyaknya lalat di


(62)

sekitar sampah dan tempat tinggal penduduk, pencemaran air terutama di wilayah yang berdekatan dengan sampah serta menjangkitnya berbagai penyakit seperti ISPA, penyakit kulit, dan penyakit pencemaran. Begitu banyaknya kerugian yang harus ditanggung warga di sekitar TPAS atas penurunan kualitas lingkungan, oleh karena itu warga berhak menerima kompensasi yang diberikan oleh pemerintah.

Pasar hipotetik dibentuk dengan terlebih dahulu responden diminta untuk mendengarkan atau membaca suatu pernyataan tentang kondisi lingkungan mereka saat ini yang terkena dampak negatif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya, pasar hipotetis dibentuk dalam skenario sebagai berikut:

Skenario 1:

Pemkot Depok berencana memberikan ganti rugi kepada masyarakat Cipayung atas penurunan kualitas lingkungan akibat keberadaan TPAS. Ganti rugi ini berupa dana kompensasi yang akan diberikan Pemkot Depok kepada masyarakat di sekitar lokasi TPAS yang terkena dampak negatif. Berdasarkan hal tersebut responden diberikan informasi mengenai rencana pemberian dana kompensasi tersebut. Informasi ini bertujuan agar tercipta singkronisasi antara Pemkot Depok dan masyarakat Cipayung yang terkena dampak negatif atas keberadaan TPAS. Selain itu pemberian dana kompensasi ini ditujukan sebagai pertanggung jawaban atas dipakainya tanah seluas 11,6 ha di wilayah Cipayung yang dijadikan TPAS.


(63)

Besarnya dana kompensasi akan ditanyakan kepada masyarakat Cipayung, berapa nilai yang bersedia mereka terima atas penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak dari keberadaan TPAS. Kisaran besar dana kompensasi yaitu berkisar antara Rp 30.000,00-Rp 50.000,00/KK/bulan, hal sesuai dengan uji reliabialitas kuesioner yang telah dilakukan terhadap masyarakat Cipayung.

2. Memperoleh Nilai Tawaran

Metode yang digunakan untuk memperoleh nilai tawaran pada penelitian ini adalah metode referendum tertutup (close ended question). Metode ini dipilih karena menurut beberapa penelitian, metode ini terbukti lebih mudah dipahami responden mengenai maksud dan tujuan penelitian dibandingkan dengan metode yang lain. Selain itu, metode referendum tertutup memudahkan pengklasifikasian responden yang memiliki kecenderungan bersedia menerima kompensasi pengelolaan sampah dengan responden yang tidak bersedia, sehingga dari kemungkinan jawaban ya untuk setiap nilai yang diberikan dapat diestimasi.

3. Menghitung Dugaan Nilai Tengah WTA

WTAi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau

interval WTA responden ke-i. Berdasarkan jawaban responden dapat diketahui bahwa WTA yang benar berada antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas WTA) dengan WTA berikutnya (batas atas kelas WTA). Pada tahap ini, biasanya diabaikan adanya penawaran sanggahan (protest bid) atau respon dari responden yang bingung untuk menentukan jumlah yang mereka ingin terima karena sebenarnya mereka tidak menginginkan keberadaan


(64)

TPAS Cipayung. Selanjutnya dugaan rataan WTA dihitung dengan rumus (Jordan dan Elnagheeb dalam Sulandari, 1999):

i n 0 i iPf W EWTA

=

= . ... (4.2)

dimana:

EWTA = dugaan rataan WTA

Wi = batas bawah kelas WTA pada kelas ke-i

Pf = frekuensi relatif kelas yang bersangkutan

n = jumlah kelas interval i = kelas ke-i

4. Menduga Kurva Penawaran WTA

Menduga kurva penawaran merupakan proses menentukan variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap nilai WTA. Pendugaan kurva penawaran akan dilakukan menggunakan persamaan berikut ini:

) X , X , X , X X , X , X , f(X

midWTA= 1 2 3 4, 5 6 7 8, ... (4.3)

dimana:

midWTA = nilai tengah WTA responden X1 = tingkat pendidikan (tahun)

X2 = jumlah tanggungan (orang)

X3 = jarak tempat tinggal dengan lokasi TPA (meter)

X4 = tingkat gangguan (bernilai 1 untuk sangat tidak

mengganggu , nilai 2 untuk tidak mengganggu , nilai 3 untuk biasa saja , nilai 4 untuk mengganggu , dan nilai 5 untuk sangat mengganggu )

X5 = penilaian kondisi sampah (bernilai 1 untuk sangat buruk ,

nilai 2 untuk buruk , nilai 3 untuk biasa saja , nilai 4 untuk baik , dan nilai 5 untuk sangat baik )

X6 = besarnya biaya yang harus dikeluarkan responden untuk


(1)

Source DF Seq SS X1 1 17539948574 X2 1 3629019295 X3 1 3063930189 X5 1 2335522183 X6 1 4904266530 X7 1 17655639 X8 1 802525515

Unusual Observations

Obs X1 WTA Fit SE Fit Residual St Resid 8 6,0 100000 68063 4049 31937 3,01R 9 9,0 40000 69299 3652 -29299 -2,72R 23 12,0 100000 66707 4278 33293 3,16R


(2)

Lampiran 7. Uji Regresi Berganda Nilai

Willingness to Accept Responden

1.

Uji Normality

RESI 1 P e rc e n t 40000 30000 20000 10000 0 -10000 -20000 -30000 -40000 99, 9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1 Mean > 0,150 - 2,17369E- 11

StDev 11305

N 80

KS 0, 069

P- Valu e

Pr obability Pl ot of RESI 1

Nor mal

Dari gambar : plot mengikuti garis lurus

sisaan menyebar normal.

H

0

= sisaan menyebar normal

H

1

= sisaan tidak menyebar normal

Hasil: p-value>0.150> =0.05

terima H

0

sisaan menyebar normal

2.

Uji autokorelasi

DW = 2,14894

Du = 1,801

DW= n-k-1

=

80-6-1

=73


(3)

3.

Uji Multikolineritas

Regression Analysis: WTA versus BIYA; TANG; PDDK; PEKS; JARK;

NOLH

The regression equation is

WTA = 12860 + 0,343 BIYA + 7482 TANG + 2380 PDDK - 3308 PEKS - 15,5 JARK - 957 NOLH

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 12860 11312 1,14 0,259 BIYA 0,34279 0,06141 5,58 0,000 2,2

TANG 7482 1300 5,75 0,000 1,1

PDDK 2380,3 494,8 4,81 0,000 2,2

PEKS -3308 2855 -1,16 0,250 2,1

JARK -15,462 4,862 -3,18 0,002 1,1

NOLH -957 2679 -0,36 0,722 2,4

S = 11760,7 R-Sq = 75,7% R-Sq(adj) = 73,7% Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 6 31490342409 5248390402 37,95 0,000 Residual Error 73 10096845091 138312946

Total 79 41587187500 Source DF Seq SS

BIYA 1 23252791600 TANG 1 2700032019 PDDK 1 3795576533 PEKS 1 299865073 JARK 1 1424421546 NOLH 1 17655639 Unusual Observations

Obs BIYA WTA Fit SE Fit Residual St Resid 5 50000 100000 76281 3450 23719 2,11R 8 20000 100000 67858 4190 32142 2,92R 9 69000 40000 73025 3450 -33025 -2,94R 23 15000 100000 63017 4155 36983 3,36R 40 5000 50000 67688 6117 -17688 -1,76 X R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 2,14894

Dilihat dari hasil analisis regresi berganda nilai VIF <5, hal ini menunjukan tidak

terjadi multikolerasi


(4)

4.

Uji kehomogenan ragam ( heteroskedastisitas)

Residual P e r ce n t 40000 20000 0 -20000 -40000 99,9 99 90 50 10 1 0,1 Fitted Value R e s id u a l 100000 80000 60000 40000 20000 40000 20000 0 -20000 -40000 Residual F r e q u e n c y 32000 16000 0 -16000 -32000 30 20 10 0

Obser vation Or der

R e si d u a l 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 40000 20000 0 -20000 -40000

Normal Probabilit y Plot of t he Residuals Residuals Versus t he Fit t ed Values

Hist ogram of t he Residuals Residuals Versus t he Order of t he Dat a

Residual Plots for WTA

Dapat dilihat dari plot residual VS Fitted value. Karena plot ini bersifat acak atau

tidak membentuk suatu pola tertentu berarti asumsi kehomogenan ragam

terpenuhi.

Gambar kanan atas: plot menyebar acak/tidak membentuk pola tertentu

homoskedastisitas/ragam sisaan homogen


(5)

(6)