Karakteristik Industri Alas Kaki

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Karakteristik Industri Alas Kaki

Gambaran mengenai industri alas kaki di Indonesia sangat beragam dan tersebar di berbagai propinsi dalam bentuk industri kecil, menengah dan besar dengan pembagian masing- masing segmen industri. Menurut data kementrian perindustrian Menperin, Industri alas kaki nasional saat ini berjumlah 386 perusahaan yang tersebar di beberapa propinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara, dimana Jawa Timur merupakan klaster Industri sepatu terbesar dengan wilayah produksi tersebar mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Pasuruan, Magetan, Malang dan Jombang SNI Penguat Daya Saing Bangsa, 2009 Industri alas kaki dalam skala kecil memiliki karakteristik bersifat padat tenaga kerja, sensitif terhadap perubahan model dan menggunakan teknologi yang sederhana. Biasanya industri alas kaki dalam skala kecil merupakan usaha warisan keluarga yang melibatkan seluruh anggota keluarga dan memiliki pekerja kurang dari 20 orang. Usaha tersebut masih belum bisa berkembang menjadi lebih besar karena masih kurangnya kesadaran dalam mengutamakan kualitas produk serta keterbatasan modal dan kesulitan pemasaran dan distribusi penjualan produk alas kaki. cakupan mengenai industri alas kaki dalam skala usaha kecil terdiri dari beberapa jenis diantaranya sepatu kulitkasual dan sandal kulit yang sebagian besar diperuntukkan bagi konsumen lokal. Berbeda dengan industri alas kaki dalam skala kecilUKM, Industri alas kaki dalam skala usaha besar pada umumnya berupa pabrikan untuk membuat produk bermerek branded berdasarkan job order dari pemegang merek terkenal buyer di luar negeri, contohnya produk alas kaki Nike, Adidas atau Reebok. Keseluruhan desain , bahan baku dan teknologi bersumber dari pihak principal buyer sehingga tidak memberikan keleluasaan bagi pabrikan untuk mengembangkan merek dan desain sendiri. Jenis produk yang dihasilkan oleh industri besar pada umumnya berupa sepatu olah raga, alas kaki yang berbahan sintetis atau karet dan sepatu kulit yang dirancang khusus misalnya ski-boot untuk melayani pasar internasional terutama Amerika dan Uni-Eropa. Dalam perkembangannya industri alas kaki merupakan industri yang memiliki kelemahan dan kelebihan, adapun kelebihan yang dimiliki oleh industri alas kaki yaitu: 1. Permintaan produk alas kaki dunia secara umum dari tahun ke tahun terus meningkat. 2. Kebutuhan alas kaki nasional diperkirakan akan terus meningkat 3. Industri alas kaki banyak menyerap tenaga kerja 4. Tersedianya SDM yang mudah untuk dididik menjadi tenaga kerja terampil dengan upah yang bersaing. 5. Telah berkembangnya industri kulit imitasi synthetis berkualitas baik sebgai bahan baku bagi industri alas kaki non kulit. Sedangkan untuk kelemahan yang dimiliki oleh industri alas kaki adalah sebagai berikut : 1. Membanjirnya produk impor di pasar dalam negeri dengan harga murah yang masuknya diduga secara illegal atau tidak wajar yang mendistorsi pasar industri alas kaki nasional. 2. Masih tingginya ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong serta komponen terutama bagi produk tujuan ekspor karena terbatasnya kemampuan industri pemasok dalam negeri. 3. Kemampuan dan perkembangan indsutri pendukung masih terbatas, sehingga ketergantungan terhadap impor tinggi terutama untuk produk tujuan ekspor. 4. Masih terbatasnya kemampuan SDM dalam penguasaan teknologi peroduksi dan desain, sehingga lamban dalam mengantisipasi perkembangan kebutuhan pasar. 5. Masih terbatasnya kemampuan Industri Kecil dan Menengah IKM disebabkan antara lain: a. Peralatan produksi yang dimiliki sangat sederhana b. Belum dikelola secara professional dan sebgaian dianggap sebgai usaha sampingan. c. Profesionalisme dan jiwa kewirausahaan masih lemah. d. Kemampuan SDM terbatas. e. Kemampuan penguasaan jaringan pasar dan promosi lemah. f. Lemahnya akses dengan sumber pembiayaan. 6. Terbatasnya kemampuan untuk menciptakan dan mempromosikan merk sendiri melalui kepersertaan pada pameran internasional di dalam maupun di luar negeri Road Map Industri Alas Kaki, 2007. Sedangkan jika dibandingkan dengan negara-negara pesaing utama Indonesia seperti Cina, beberapa hal yang membuat industri di negara tersebut lebih maju jika dibandingkan dengan Indonesia yaitu : 1. Cina mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar, sehingga menciptakan permintaan pasar dalam negeri yang besar, selain itu pertumbuhan ekonomi di negara tersebut cukup signifikan. 2. Pengaruh masuknya modal asing yang disertai dengan alih teknologi dan peran aktif dari investornya telah menghasilkan keterampilan dan produktivitas kerja yang meningkat dengan upah buruh yang masih relatif rendah. 3. Daya beli masyarakat Cina yang rendah, maka diperlukan harga sepatu yang murah, sehingga tuntutan kualitasnya tidak terlalu tinggi. 4. Cina mempunyai Hongkong sebagai salah satu pintu gerbang pasar internasionalnya. 5. Pemerintah Cina memberikan dukungan penuh kepada sektor Industri sepatunya Depperindag, 2000.

4.1.1. Penyerapan Tenaga Kerja industri alas kaki.

Salah satu kelebihan yang dimiliki industri alas kaki yaitu Industri alas kaki merupakan salah satu industri yang bersifat padat karya, dimana penyerapan tenaga kerja pada sektor industri ini sangatlah besar. Berdasarkan Gambar 4.1 penyerapan tenaga kerja pada komoditi alas kaki dari Tahun 2000 sampai dengan 2007 cenderung fluktuatif, jumlahnya cenderung mengalami penurunan terus- menerus dari Tahun 2000 sampai dengan 2005. Sumber : Badan Pusat Statistik 2008 Gambar 4.1. Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang komoditi Alas Kaki Tahun 2000-2008 Orang Pada Tahun 2005 terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sebesar 6,37 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya, adanya masalah perburuhan yang mengakibatkan stagnasi produksi menjadi semakin tidak terhindarkan. Berbagai kondisi tersebut pada akhirnya tentu menyebabkan banyak industri sepatu dan alas kaki domestik yang harus mengurangi produksinya bahkan mengalami kebangkrutan 1 . Data pada Aprisindo sendiri menunjukan terjadinya pengurangan jumlah perusahaan pada Tahun 2005, jika pada Tahun 2003 jumlah perusahaan yang menjadi anggota dalam organisasi tersebut sebanyak 107 perusahaan maka pada tahun 2005 hanya tinggal 98 unit perusahaan. pengurangan jumlah perusahaan secara tidak langsung berdampak pada besarnya jumlah tenaga kerja. Setelah mengalami penurunan jumlah tenaga kerja terus- menerus sampai pada Tahun 2005, menginjak tahun berikutnya jumlah tenaga kerja pada Tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 12,78 persen, namun untuk tahun berikutnya mengalami penurunan sebesar 10,70 persen pada Tahun 2007. 1 http:nanug-gemblongs.blogspot.com200606produk-alas-kaki-indonesia-ancaman.html 50000 100000 150000 200000 250000 300000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 J u m la h Te n a g a K er ja Tahun banyaknya jumlah tenaga kerja Pada Tahun 2008 jumlah tenaga kerja kembali mengalami kenaikan sebesar 4,8 persen, meningkatnya jumlah tenaga kerja pada Tahun 2008 secara tidak langsung disebabkan oleh adanya kenaikan upah buruh di Cina khususnya di sektor alas kaki yang menjadikan beberapa pabrik besar mengalihkan modal usahanya ke negara lain yang mampu menawarkan tenaga kerja yang lebih murah, hal ini tentu memberikan peluang bagi Indonesia mengingat pasokan tenaga kerja yang cukup besar dan juga upah yang stabil 2 .

4.1.2. Jumlah Perusahaan Industri Alas Kaki.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik untuk industri besar sedang, data mengenai jumlah perusahaan alas kaki cenderung fluktuaif nilainya Gambar 4.2. Jumlah perusaahan alas kaki cenderung menurun dari Tahun 2001 sampai dengan Tahun 2005. Sumber : Badan Pusat Statistik 2008 Gambar 4.2. Jumlah Perusahaan Industri Besar dan Sedang Komoditi Alas Kaki Tahun 2000-2008 Unit Namun, jumlahnya kembali meningkat tajam ketika memasuki Tahun 2006, kenaikan jumlah perusahaan alas kaki tertinggi berada pada Tahun 2006 dimana pertumbuhan jumlah perusahaan mencapai 74 persen, bertambahnya jumlah 2 http:ekonomi.kompasiana.commanajemen20100608menggeser-made-in-china 100 200 300 400 500 600 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 J um la h perus a ha a n Tahun Perkembangan jumlah perusahaan Industri alas kaki perusahaan tersebut disebabkan karena adanya minat investor dari negara luar yang membuka perusahaannya di Indonesia. 3 Pada Tahun 2007 jumlah perusahaan alas kaki kembali menurun dari sebelumnya berjumlah 569 perusahaan pada Tahun 2006 menjadi 535 perusahaan, penurunan jumlah perusahaan semakin menurun pada Tahun 2008, jumlahnya menjadi 437 perusahaan atau turun 11,58 persen.

4.1.3. Efisiensi Industri Alas Kaki.

Efisiensi merupakan perbandingan yang terbaik antara input masukan dan output hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan, seperti halnya juga hasil optimalnya yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas 4 . Badan Pusat Statistik merumuskan nilai efisiensi berdasarkan perbandingan antara nilai input terhadap nilai output, dengan kata lain semakin kecil nilai efisiensi menandakan kegiatan proses produksi semakin efisien, semakin efisien menandakan perusahaan mampu memproduksi suatu produk dengan input yang rendah serta mampu menghasilkan output yang tinggi. Sumber : Badan Pusat Statistik 2008 Gambar 4.3. Nilai Efisiensi Industri Besar dan Sedang Komoditi Alas Kaki Tahun 2000-2008 3 http:m.inilah.comreaddetail138penjualan-produsen-alas-kaki-melonjak 4 http:dansite.wordpress.com20090328pengertian-efisiensi 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Nila i Efisien si Tahun Nilai Efisiensi Industri Alas Kaki Jika dilihat berdasarkan nilai efisiensi dari produk alas kaki di Indonesia, nilainya menunjukkan angka yang cenderung fluktuatif, pada Tahun 2000 nilai efisensi produk alas kaki mencapai 0,58. Sedangkan pada Tahun 2001 nilai efisiensi masih tetap berada pada kisaran tersebut atau tetap pada nilai 0,58. Memasuki Tahun 2002 nilai efsiensi menurun menjadi 0,67 sedangkan Tahun 2003 nilai efisensi kembali membaik menjasi 0,60. Pada Tahun 2004 efisiensi kembali menurun menjadi 0,65 dan nilainya kembali membaik pada Tahun 2005 nilai efisiensinya mencapai 0,61 dan 0,55 pada Tahun 2006. Memasuki Tahun 2007 nilai efisensi kembali menurun menjadi 0,57 dan semakin menurun menjadi 0,63 pada Tahun 2008. Adanya pengaruh dari krisis keuangan global ternyata membawa dampak terhadap besarnya nilai output yang dihasilkan dari industri alas kaki.

4.1.4 Perkembangan Investasi Sektor Industri Alas Kaki

Perkembangan investasi dalam sektor industri alas kaki beberapa tahun terakhir memiliki nilai yang sangat kurang terutama investasi PMDN dengan trend jumlah proyek dan nilai investasi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan investasi PMA. Pada Tabel 4.1 terlihat pada Tahun 2001 jumlah proyek PMDN yang disetujui berjumlah 2 unit dengan nilai investasi sebesar 16,8 juta US. Sedangkan pada tahun yang sama jumlah proyek dan nilai investasi PMA sebesar 8 unit dan 21,4 juta US. Selanjutnya pada tahun 2002 jumlah proyek PMDN meningkat menjadi 3 unit dengan nilai investasi sebesar 117,6 juta US. Pada tahun yang sama jumlah proyek pada PMA justru mengalami penurunan dari 8 unit menjadi 6 unit walaupun jumlah proyeknya mengalami penurunan namun nilai investasinya justru mengalami peningkatan sebesar 57,4 juta US. Tabel 4.1 perkembangan Realisasi Investasi Industri Alas Kaki Tahun PMDN PMA Jumlah Proyek Nilai Investasi Juta US Jumlah Proyek Nilai Investasi Juta US 2001 2 16,8 8 21,4 2002 3 117,6 6 57,4 2003 1 1,0 7 5,8 2004 2 24,5 6 13,2 2005 1 14,6 6 47,8 2006 1 4,0 11 51,8 2007 2 58,5 10 95,9 2008 2 10,1 20 145,8 Sumber : BKPM,2008 Trend investasi yang cenderung menurun disebabkan oleh rendahnya minat investor terutama investor dalam negeri pada beberapa tahun terkahir. Pada Tahun 2006 jumlah proyek dan investasi khususnya PMA mengalami peningkatan, peningkatan ini lebih disebabkan oleh adanya kebijakan anti dumping Uni Eropa terhadap Cina dan Vietnam yang memberikan peluang bagi industri alas kaki nasional untuk merebut pasar Eropa. Berdasarkan laporan Aprisindo Asosiasi Persepatuan Indonesia, sedikitnya 50 perusahaan alas kaki merelokasi pabrik dari Cina dan menanam investasi di Indonesia 5 . Pada Tahun 2007 jumlah proyek dan nilai investasi pada PMDN mengalami peningkatan, nilai investasi pada tahun tersebut mencapai 58,5 juta US. Sedangkan nilai investasi pada PMA juga mengalami peningkatan sebesar 95,9 juta US. Memasuki tahun 2008 jumlah proyek pada PMDN sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar 2 unit namun nilai investasinya cenderung mengalami penurunan yang cukup tajam dengan nilai 10,1 juta US. Berbeda 5 50 Pabrik Sepatu Akan Masuk Ke RI. Jumat 19 Mei 2006www.kompas.com dengan PMDN nilai investasi dan jumlah proyek pada PMA justru mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah proyek mencapai 20 unit dengan nilai investasi mencapai 145,8 juta US. Adanya peningkatan pada investasi PMA lebih disebabkan oleh adanya peningkatan minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Pada tahun 2008, sedikitnya 25 perusahaan sepatu asing sudah menandatangani kontrak untuk berinvestasi di Indonesia. Dari 25 perusahaan tersebut, 10 perusahaan melakukan perluasan usaha dan 15 perusahaan lain merupakan investor baru. Total investasi yang akan ditanamkan oleh ke-25 perusahaan tersebut mencapai US 170 juta dengan total kapasitas produksi per tahun mencapai 287 juta pasang 6 .

4.2. Perkembangan Perdagangan Alas kaki Dunia Tahun 2000- 2009