V. ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI ALAS KAKI INDONESIA DI
PASAR AMERIKA SERIKAT
5.1 Perbandingan Keunggulan Komparatif Produk Alas Kaki Indonesia
Dan Cina
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui keunggulan komparatif produk alas kaki pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
analisis RCA Revealed Comparative Advantage. RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas
terhadap dunia. Besarnya hasil dari nilai RCA menggambarkan kinerja ekspor suatu negara dimana nilai RCA yang lebih besar dari satu mengindikasikan bahwa
produk tersebut memiliki keunggulan komparatif dan kinerja ekpor yang baik. Berdasarkan hasil estimasi dari RCA khususnya pada kedua komoditi
utama yakni untuk HS 640319 atau Sepatu olah raga yang menggunakan bahan kulit, dan HS 640219 atau Sepatu olah raga yang menggunakan bahan kulit atau
plastik dapat diketahui baik Indonesia maupun Cina sama-sama memiliki daya saing yang kuat di pasar tujuan ekspor utama yaitu pasar Amerika Serikat, hal ini
terlihat dari nilai RCA yang selalu menghasilkan nilai yang positif atau lebih dari satu, walaupun nilai RCA menunjukkan nilai yang lebih dari satu atau dengan
kata lain daya saing dari alas kaki Indonesia cukup baik dipasar tujuan ekspor utama namun pergerakan nilai RCA Indonesia cenderung terus menurun dari
tahun ke tahun. Sama seperti penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Khair 2000 yang melakukan penelitian mengenai daya saing ekspor alas kaki ke pasar
Amerika dimana hasil dari kalkulasi dengan menggunakan analisis RCA
menunjukkan daya saing alas kaki Indonesia di pasar Amerika Serikat menunjukkan nilai RCA yang semakin menurun.
Pada komoditi HS 640319 Indonesia dan Cina merupakan dua negara yang saling bersaing dalam memperebutkan pangsa pasarnya di Amerika Serikat.
Berdasarkan besarnya nilai ekspor, Cina selalu menempati urutan pertama sebagai pemasok terbesar yang selanjutnya disusul dengan negara Indonesia yang selalu
menempati urutan ke dua. Namun besarnya nilai ekspor negara Cina tidak ditunjukkan dengan
besarnya nilai RCA karena pada perbandingannya dengan negara Indonesia, hasil nilai RCA Cina dan Indonesia sangat berbeda jauh, walaupun keduanya sama-
sama memiliki nilai yang positif atau lebih dari satu, dalam hal ini ternyata nilai RCA Indonesia menunjukkan nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan
negara Cina, hal ini lebih disebabkan adanya kontribusi ekspor yang sangat rendah dari produk alas kaki Cina komoditi HS 640319 terhadap keseluruhan total
ekspor produk dari negara Cina ke Amerika Serikat. Tingginya nilai RCA Indonesia dibandingkan dengan Cina menandakan
Indonesia merupakan negara yang unggul secara komparatif dalam mengekspor produk alas kaki ke pasar Amerika Serikat jika dibandingkan dengan negara Cina.
Tabel 5.1. Berdasarkan pangsa pasar relatif komoditi alas kaki Indonesia dan Cina berdasarkan HS 640319 dapat diketahui dengan cara menghitung besarnya
indeks RCA dimana nilai indeks RCA yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa ekspor alas kaki Indonesia mengalami peningkatan relatif jika
dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga mengekspor alas kaki ke Amerika Serikat, sehingga dapat dikatakan pangsa pasarnya meningkat.
Tabel 5.1 Keunggulan Komparatif Alas kaki komoditi HS 640319 Indonesia Dan Cina Ke pasar Amerika Serikat.
Tahun Indonesia
Cina RCA
Indeks RCA RCA
Indeks RCA 1999
40.00 -
11.45 -
2000 44.72
1.118 13.03
1.138 2001
46.59 1.042
12.12 0.930
2002 42.22
0.906 10.22
0.843 2003
42.48 1.006
8.87 0.868
2004 41.47
0.976 7.65
0.863 2005
36.86 0.889
7.05 0.922
2006 34.66
0.940 6.33
0.897 2007
29.63 0.855
6.01 0.949
2008 25.57
0.863 4.62
0.769 2009
39.60 1.549
4.79 1.038
Adapun analisis selanjutnya yang lebih spesifik dapat dijelaskan berdasarkan masing-masing periode, adalah sebagai berikut :
a Periode 1999- 2000 :
Selama tahun 1999 sampai 2000 nilai RCA Indonesia mengalami kenaikan dari 40,00 menjadi 44,72. Begitu juga besarnya indeks RCA komoditi alas kaki
untuk HS 640319 adalah sebesar 1,118. Indeks RCA yang menunjukkan angka lebih dari satu menandakan peningkatan pangsa pasar yang dimiliki oleh negara
Indonesia untuk komoditi HS 640319 di pasar Amerika Serikat. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya seharusnya Indonesia dapat mengekspor alas
kaki sebesar US 418,54 juta akan tetapi pada tahun 2000 Indonesia hanya mampu mengekspor sebesar US 392,19 juta hal ini berarti ada bagian sebesar
US 26,35 juta yang seharusnya milik Indonesia namun beralih ke negara pesaing. Lampiran 7.
Jika dibandingkan dengan Cina, baik Indonesia maupun Cina pada periode ini sama-sama memiliki nilai RCA dan indeks RCA yang meningkat. Besarnya
nilai RCA Cina menunjukkan peningkatan yaitu dari 11,44 menjadi 13,03. Hal ini
juga diikuti dengan besarnya indeks RCA yang menunjukkan nilai 1,138. Besarnya nilai indeks RCA yang lebih besar dari satu menandakan pangsa pasar
produk Cina meningkat di negara Amerika Serikat. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya harusnya Cina dapat mengekspor sebesar US 728,34 namun
realisasinya Cina hanya mampu mengekspor senilai US 701,90 juta hal ini menandakan ada nilai sebesar US 26,44 juta yang beralih ke negara pesaing
Lampiran 8. Pada periode ini Indonesia dan Cina sama-sama memiliki pangsa pasar
yang kuat, hal ini ditandai dengan besarnya nilai indeks RCA, akan tetapi pada tahap ini Indonesia tidak mampu memenuhi pangsa pasar karena nilai ekspor
Indonesia untuk komoditi HS 640319 yang menurun, jika dibandingkan dengan kenaikan total seluruh komoditi yang diekspor.
b Periode 2000-2001:
Pada periode ini nilai RCA Indonesia meningkat dari 44,72 menjadi 46,59 besarnya indeks RCA menunjukkan 1,042 , walaupun indeks RCA lebih kecil dari
tahun sebelumnya, namun besarnya indeks RCA masih menunjukkan nilai yang lebih dari satu, dengan nilai ini dapat dikatakan pangsa pasar alas kaki Indonesia
di Amerika masih baik, atau dengan kata lain daya saing penjualan produk alas kaki Indonesia masih bersaing di pasar tujuan ekspor utama. Untuk
mempertahankan pangsa pasarnya Indonesia harus mengekspor US 358,12 juta, namun pada Tahun 2001 Indonesia mampu mengekspor sebesar US 363, 20 juta.
Hal ini menunjukkan ada bagian sebesar US 5,08 juta dari negara pesaing yang beralih ke Indonesia Lampiran 7.
Jika dibandingkan dengan negara Cina, nilai RCA Cina pada periode ini justru menurun dari 13,02 menjadi 12,11. Begitu juga nilai indeks RCA yang
menunjukkan nilai 0,934. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan pangsa pasar negara Cina yang melemah. Melemahnya pangsa pasar Cina lebih
disebabkan oleh adanya penurunan impor Amerika Serikat sebesar 8,69 persen begitu juga adanya penurunan nilai ekspor negara Cina yang menurun sebesar
5,75 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya seharusnya Cina cukup mengekspor US 640,92 juta namun realisasinya Cina mampu mengekspor
hingga US 661,53 juta hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 20,60 juta yang beralih dari negara pesaing ke negara Cina Lampiran 8.
Pada periode ini Indonesia dan Cina sama-sama memiliki kelebihan supply dimana besarnya nilai ekspor lebih besar dari nilai minimal seharusnya namun
untuk besarnya nilai ekspor negara China lebih unggul.
c Periode 2001-2002 :
Pada periode 2001 sampai 2002 nilai RCA Indonesia menurun dari 46,59 menjadi 42,22 penurunan nilai RCA juga diikuti dengan penurunan indeks RCA
alas kaki sebesar 0,906 hal ini berarti daya saing dari komoditi alas kaki Indonesia menurun diikuti pangsa pasar komoditi alas kaki Indonesia yang melemah di pasar
Amerika Serikat, walaupun pada periode ini nilai impor Alas kaki Amerika Serikat meningkat sebesar 0,78 persen, namun hal ini tidak diikuti oleh kenaikan
ekspor Indonesia karena nilai ekspor alas kaki Indonesia menurun sebesar 16,56 persen. untuk mempertahankan pangsa pasarnya seharusnya Indonesia
mengekspor sebesar US 366,04 persen namun pada tahun 2002 Indonesia hanya
mampu mengekspor sebesar US 311,59 juta hal ini menunjukkan ada bagian sebesar US 54,45 juta yang beralih ke negara pesaing, atau dengan kata lain
Indonesia tidak dapat mempertahankan pangsa pasarnya Lampiran 7. Jika dibandingkan dengan Cina sama seperti Indonesia, pada periode ini
nilai RCA Cina kembali menunjukkan penurunan, begitu juga dengan besarnya Indeks RCA sebesar 0,843. Nilai indeks RCA yang kurang dari satu sebenarnya
menunjukkan pangsa pasar alas kaki Cina yang melemah, namun besarnya indeks RCA yang kurang dari satu bukan karena melemahnya pangsa pasar dari negara
Cina melainkan lebih disebabkan oleh adanya kenaikan dari nilai ekspor komoditi alas kaki yang diikuti juga dengan kenaikan total ekspor seluruh komoditi alas
kaki dari negara Cina ke Amerika Serikat. Impor negara Amerika Serikat meningkat sebesar 0,78 persen, diikuti juga dengan besarnya kenaikan nilai
ekspor negara Cina yaitu sebesar 5,49 persen Lampiran 8. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya minimal Cina dapat mengekspor
komoditi senilai US 666,69 juta namun realisasinya Cina mampu mengekspor hingga US 697,90 juta hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 31,21 juta
yang beralih dari negara pesaing ke negara Cina, pada periode ini Indonesia kehilangan pangsa pasarnya sebesar US 54,45 juta di duga sebagian pangsa pasar
negara Indonesia beralih ke negara Cina.
d Periode 2002-2003 :
Pada periode ini nilai RCA Indonesia kembali meningkat dari 42,22 menjadi 42,48 peningkatan ini diikuti oleh indeks RCA yang kembali menguat
sebesar 1,006 hal ini menunjukkan pangsa pasar alas kaki dari negara Indonesia
kembali menguat. Menguatnya kembali nilai Indeks RCA kemungkinan lebih disebabkan oleh adanya Impor alas kaki negara Amerika Serikat meningkat
sebesar 11,28 persen, begitu juga nilai ekspor negara Indonesia yang meningkat 0,72 persen. untuk mempertahankan pangsa pasarnya seharusnya Indonesia
mampu US 346,74 juta namun realisasinya Indonesia hanya mampu mengekspor US 313,85 juta hal ini berarti US 32,89 Juta milik Indonesia beralih ke negara
pesaing Lampiran 7. Jika dibandingkan dengan Indoneisa pada periode ini nilai RCA Cina
kembali menurun, dan besarnya indeks RCA menunjukkan nilai sebesar 0,868. Namun besarnya Indeks RCA kurang dari satu bukan berarti pangsa pasar dari
negara Cina melemah melainkan karena meningkatnya nilai ekspor Cina yang diikuti dengan meningkatnya kontribusi total ekspor seluruh produk dari Cina ke
Amerika sehingga adanya hal ini berdampak langsung terhadap besarnya nilai RCA. Impor Amerika Serikat meningkat sebesar 11,28 persen, peningkatan ini
juga diikuti dengan besarnya peningkatan ekspor Cina ke Amerika dimana besarnya ekspor Cina meningkat 17,81 persen.
Untuk mempertahankan pangsa pasarnya Cina dapat mengekspor sebesar US 776,64 juta namun pada tahun 2003 Cina mampu mengekspor hingga US
822,25 juta hal ini membuktikan ada nilai sebesar US 45,51 juta yang beralih dari negara pesaing ke negara Cina Lampiran 8. Jika dibandingkan dengan
Indonesia pangsa pasar Indonesia pada periode ini beralih ke negara pesaing sebesar US 32,89 juta, hal ini diduga sebanyak nilai tersebut pangsa pasar
Indonesia beralih ke negara Cina.
e Periode 2003-2004 :
Pada periode ini nilai RCA menurun dari 42,48 menjadi 41,47, adanya penurunan nilai RCA menandakan daya saing Indonesia yang menurun, indeks
RCA meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 0,976. Nilai indeks RCA yang kurang dari satu menunjukkan pangsa pasar alas kaki Indonesia yang melemah.
Namun besarnya penurunan nilai RCA dan indeks RCA berbanding terbalik dengan besarnya nilai ekspor Indonesia karena pada periode ini nilai ekspor alas
kaki Indoneisa justru meningkat sebesar 6,67 persen. Sehingga penurunan nilai RCA pada periode ini diduga lebih disebabkan oleh adanya peningkatan ekspor
alas kaki Indonesia yang diikuti juga dengan peningkatan total ekspor seluruh komoditi dari Indonesia ke Amerika Serikat. Jumlah ekspor seharusnya untuk
mempertahankan pangsa pasar adalah sebesar US 329,78 juta namun realisasinya Indonesia mampu mengekspor US 334,81 juta hal ini menunjukkan sebesar US
5,03 juta beralih ke Indonesia Lampiran 7. Jika dibandingkan dengan Cina sama seperti tahun sebelumnya nilai RCA
kembali menurun pada periode ini, besarnya indeks RCA menunjukkan nilai sebesar 0,862. Menandakan pangsa pasar Cina yang melemah. Hal ini dibuktikan
dengan menurunnya jumlah ekspor Cina sebesar 7,05 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya Cina dapat mengekspor sebesar US 863,98
juta namun realisasinya Cina mampu mengekspor lebih tinggi sebesar US 880,23 juta hal ini menunjukkan walaupun nilai ekspor Cina menurun namun Cina masih
tetap mampu mempertahankan pangsa pasarnya, adanya nilai sebesar US 16,25 juta beralih dari negara pesaing ke negara Cina Lampiran 8.
Pada periode ini Indonesia juga memiliki pangsa pasar yang kuat dimana ada nilai sebesar US 5,03 juta yang beralih dari negara pesaing ke Indonesia.
Dalam hal ini Cina dan Indonesia sama-sama unggul dalam memperebutkan pangsa pasar hanya saja Cina masih lebih unggul dari Indonesia.
f Periode 2004-2005 :
Pada periode ini besarnya nilai RCA Indonesia kembali mengalami penurunan yaitu dari 41,46 menjadi 36,86. Besarnya penurunan nilai RCA diikuti
juga dengan besarnya penurunan Indeks RCA yaitu 0,888, penurunan dari indeks RCA menandakan daya saing dari produk alas kaki Indonesia melemah.
Walaupun besarnya nilai impor Amerika Serikat mengalami peningkatan sebesar 13,19 persen, namun besarnya kenaikan dari nilai ekspor Indonesia hanya 0,71
persen atau lebih kecil dari besarnya kenaikan persentase impor Amerika. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya Indonesia seharusnya mampu
mengekspor komoditi alas kaki sebesar US 378,96 juta namun ekspor yang dapat dilakukan Indonesia pada Tahun 2005 hanya sebesar US 337,19 juta, dalam hal
ini sebanyak US 41,77 juta milik Indonesia beralih ke negara pesaing, atau dengan kata lain Indonesia tidak mampu mempertahankan pangsa pasarnya
Lampiran 7. Jika dibandingkan dengan Indonesia, pada periode ini nilai RCA Cina juga
kembali mengalami penurunan, begitu juga Indeks RCA yang nilainya sebesar 0,921 namun besarnya indeks RCA yang kurang dari satu bukan berarti
disebabkan oleh menurunnya pangsa pasar dari komoditi alas kaki yang dieskpor, karena pada Tahun 2005 ekspor negara Cina untuk komoditi alas kaki beserta
keseluruhan total ekspor justru mengalami peningkatan. Impor Amerika Serikat meningkat sebesar 13,19 persen diikuti dengan kenaikan ekspor Cina sebesar
20,95 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya minimal Cina dapat mengekspor
sebesar US 996,32 juta namun realisasinya Cina mampu mengekspor hingga US 1,064 milyar. Hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 68,36 juta yang
beralih dari negara pesaing ke negara Cina, dalam hal ini Cina mampu meningkatkan kekuatan pangsa pasarnya Lampiran 8. Jika dibandingkan dengan
Indonesia pada periode ini Indonesia kehilangan pangsa pasarnya senilai US 41,77 juta diduga besarnya nilai ini beralih ke negara Cina.
g Periode 2005-2006 :
Pada periode 2005 sampai 2006 nilai RCA Indonesia tetap mengalami penurunan yaitu dari 36,86 pada Tahun 2005 menjadi 34,66 pada Tahun 2006.
Besarnya penurunan nilai RCA tidak diikuti dengan penurunan indeks RCA karena besarnya Indeks RCA pada tahun 2006 menunjukkan nilai sebesar 0,940.
Walaupun Indeks RCA lebih meningkat dari tahun sebelumnya akan tetapi besarnya indeks RCA yang menunjukkan nilai kurang dari satu mengindikasikan
adanya daya saing yang melemah. Walaupun besarnya impor Amerika Serikat mengalami kenaikan sebesar 5,24 persen, namun kenaikan ekspor Indonesia
hanya sebesar 0,28 persen. untuk mempertahankan pangsa pasarnya Indonesia seharusnya mampu mengekspor sebesar US 354,87 juta, namun realisasinya
Indonesia hanya mampu mengekspor sebesar US 338,16 juta, hal ini berarti ada bagian senilai US 16,72 juta yang beralih ke negara pesaing Lampiran 7.
Sama seperti periode sebelumnya nilai RCA dan Indeks RCA Cina kembali menurun, nilai Indeks RCA yang menunjukkan nilai 0,896
mengindikasikan pangsa pasar Cina yang melemah, namun penurunan nilai ini bukan disebabkan oleh adanya penurunan pangsa pasar, sebab pada periode ini
nilai ekspor komoditi alas kaki dan total keseluruhan komoditi yang diekspor justru meningkat. Diduga nilai indeks RCA lebih kecil dari satu disebabkan oleh
kenaikan jumlah ekspor dan keseluruhan total ekspor. Impor Amerika Serikat meningkat 5,24 persen, begitu juga nilai ekspor negara Cina untuk komoditi alas
kaki HS 640319 yang meningkat sebesar 4,9 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya minimal Cina dapat mengekspor
sebesar US 1,120 milyar namun realisasinya Cina hanya mampu mengekspor sebesar US 1,116 milyar. Hal ini menunjukkan Cina kehilangan pangsa pasarnya
sebesar US 3,53 juta Lampiran 8. Indonesia dan Cina sama-sama kehilangan pangsa pasarnya pada periode ini namun untuk besarnya nilai Indonesia lebih
unggul.
h Periode 2006 -2007 :
Pada periode ini nilai RCA Indonesia kembali menujukkan penurunan dari 34,66 menjadi 29,63, besarnya penurunan ini juga diperlihatkan berdasarkan nilai
Indeks RCA yang juga menurun 0,854, penurunan indeks RCA dan berkisar pada nilai yang kurang dari satu menunjukkan pangsa pasar alas kaki Indonesia yang
melemah. Melemahnya pangsa pasar Indonesia pada periode disebabkan oleh adanya nilai ekspor Indonesia menurun sebesar 34,63 persen. Jumlah minimum
ekspor Indonesia untuk mempertahankan pangsa pasar adalah sebesar US 294,
22 juta, namun realisasinya Indonesia hanya mampu mengekspor sebesar US 251,17 juta, hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 43,06 juta yang beralih ke
negara pesaing Lampiran 7. Jika dibandingkan dengan Indonesia pada periode ini nilai RCA dan
Indeks RCA Cina masih sama seperti periode sebelumnya Indeks RCA belum menunjukkan nilai lebih dari satu atau masih berada pada nilai 0,949 hal ini
menunjukkan adanya daya saing yang melemah. Impor Amerika Serikat pada periode ini menurun sampai 12,99 persen, penurunan impor juga diikuti dengan
penurunan ekspor negara China sebesar 8,75 persen. Walaupun nilai ekspor Cina menurun namun Cina masih dapat memenuhi
pangsa pasar di Amerika, karena untuk mempertahankan pangsa pasar Cina harus mengekspor sebesar US 971,86 namun pada tahun 2007 Cina mampu
mengekspor hingga US 1,019 milyar. Hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 47,38 juta yang beralih dari negara pesaing ke negara Cina Lampiran 8. Pada
periode ini Indonesia kehilangan pangsa pasarnya hingga US 43,06, diduga pangsa pasar Indonesia beralih ke Cina pada tahun 2007.
i Periode 2007-2008 :
Pada periode ini nilai RCA masih menunjukkan penurunan dari 29,63 menjadi 25,57, besarnya indeks RCA menunjukkan nilai 0,862. Nilai Indeks RCA
yang kurang dari satu menandakan pangsa pasar Indonesia tetap melemah pada tahun 2008. Besarnya impor Amerika Serikat meningkat sebesar 7,05 persen,
namun peningkatan impor Amerika tidak diikuti dengan kenaikan ekspor Indonesia karena pada tahun 2008 besarnya nilai ekspor mengalami penurunan
sebesar 0,12 persen, . untuk mempertahankan pangsa pasarnya Indonesia harus mampu mengekspor sebesar US 268,86 juta namun pada kenyataannya
Indonesia hanya mampu mengekspor sebesar US 250,86 juta, berarti ada bagian senilai US 18 juta yang beralih ke negara pesaing Lampiran 7.
Jika dibandingkan dengan Indonesia pada periode ini nilai RCA dan Indeks RCA Cina masih menurun, Indeks RCA berada pada angka 0,769. Hal ini
dapat dikatakan adanya penurunan pangsa pasar dari negara Cina, impor Amerika Serikat untuk komoditi alas kaki HS 640319 meningkat sebesar 7,05 persen,
namun peningkatan ini tidak terlihat pada nilai ekspor China, karena pada tahun 2008 nilai ekspor China untuk komoditi ini menurun sampai 14,04 persen.
Untuk mempertahankan pangsa pasarnya harusnya Cina mampu mengekspor hingga US 1,091 milyar namun realisasinya Cina hanya mampu
mengekspor senilai US 876,07 juta. Hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 214,99 juta yang beralih ke negara pesaing Lampiran 8. Jika dibandingkan
dengan Indonesia, pada periode ini Indonesia juga kehilangan pangsa pasarnya sebesar US 18 juta, dalam hal ini Cina dan Indonesia sama-sama kehilangan
pangsa pasarnya. Namun Cina lebih banyak kehilangan pangsa pasarnya jika dibandingkan dengan Indonesia.
j Periode 2008-2009 :
Pada periode ini besarnya nilai RCA kembali mengalami peningkatan yaitu dari 25,57 menjadi 39,60 besarnya kenaikan RCA juga diikuti dengan
besarnya kenaikan indeks RCA yaitu 1,548. Kenaikan nilai RCA dan Indeks RCA menunjukkan daya saing negara Indonesia yang menguat. Pada tahun 2009 nilai
impor Amerika menurun sebesar 41,81 persen sedangkan ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,07 persen, walaupun kenaikan dari nilai ekspor
tidak terlalu besar namun hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi daya saing dan pangsa pasar alas kaki Indonesia di pasar Amerika Serikat. Untuk
mempertahankan pangsa pasarnya Indonesia hanya cukup mengekspor alas kaki senilai US 145,97 juta, namun pada Tahun 2009 Indonesia mampu mengekspor
hingga US 253,57 juta. Hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 107,60 juta yang beralih dari negara pesaing ke Indonesia sehingga pangsa pasar Indonesia
menguat Lampiran 7. Jika dibandingkan dengan Indonesia sama halnya dengan Indonesia Pada
periode ini nilai RCA Cina dan Indeks RCA menunjukkan peningkatan, besarnya Indeks RCA mencapai nilai 1,037. Nilai yang lebih dari satu menunjukkan
adanya peningkatan pangsa pasar dari negara Cina. Namun realisasinya tidak demikian, karena pada periode ini besarnya nilai ekspor Cina baik ekspor untuk
komoditi alas kaki dan keseluruhan ekspor total mengalami penurunan. hal ini lebih disebabkan karena adanya krisis keuangan global yang melanda Amerika
sehingga daya beli masyarakat yang menurun. Besarnya impor Amerika Serikat pada periode ini menurun hingga 41,81 persen. begitu juga nilai ekspor komoditi
alas kaki yang mengalami penurunan sampai 28,80 persen. Walaupun ekspor negara Cina mangalami penurunan namun Cina masih
tetap dapat
mempertahankan pangsa
pasarnya, karena
untuk dapat
mempertahankan pangsa pasarnya minimal Cina dapat mengekspor hingga US 509,75 namun realisasinya Cina mampu mengekspor hingga US 623,72 juta
Lampiran 8. Bila dibandingkan dengan Cina peningkatan pangsa pasar Cina
lebih unggul daripada Indonesia, karena pada periode ini Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya hingga US 107,60 juta.
Selanjutnya keunggulan komparatif untuk komoditi HS 640219 atau sepatu olah raga yang menggunakan bahan kulit atau plastik. Sama seperti
komoditi HS 640319, berdasarkan hasil kalkulasi dari RCA pada komoditi HS 640219, nilai RCA Indonesia masih menunjukkan nilai yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan negara Cina sebagai negara pesaing terkuatnya. Adanya kondisi ini lebih disebabkan karena rendahnya kontribusi ekspor
dari sepatu olah raga yang menggunakan bahan kulit atau plastic Cina jika dibandingkan dengan besarnya total ekspor seluruh komoditi Cina ke Amerika
Serikat. Untuk negara Cina besarnya presentase rata-rata kontribusi ekspor untuk spesifikasi komoditi HS 640219 hanya sebesar 0,28 persen berbeda sekali dengan
negara Indonesia yang presentase rata-ratanya mencapai 0,94 persen.
Tabel 5.2 Keunggulan Komparatif Alas kaki komoditi HS 640219 Indonesia Dan Cina Ke pasar Amerika Serikat.
Tahun Indonesia
Cina RCA
Indeks RCA RCA
Indeks RCA 1999
44.22 -
11.38 -
2000 46.58
1.053 12.67
1.114 2001
45.12 0.969
12.48 0.985
2002 32.44
0.719 11.14
0.892 2003
42.15 1.299
9.16 0.822
2004 29.46
0.699 8.38
0.915 2005
22.69 0.770
7.45 0.889
2006 14.09
0.621 7.35
0.987 2007
10.10 0.717
6.42 0.873
2008 10.24
1.014 4.91
0.765 2009
16.84 1.645
6.04 1.231
Berdasarkan Tabel 5.2 besarnya indeks RCA Cina sangat fluktuatif, dan juga besar nilainya selalu menunjukkan kurang dari satu kecuali Tahun 2000 dan
2009. Hal ini bukan berarti pangsa pasar untuk komoditi sepatu olah raga yang menggunakan bahan kulit dan plastik rendah, karena pangsa pasar dari komoditi
tersebut selalu meningkat tiap tahun kecuali periode 2007-2008 dan 2008-2009. Penjelasan lebih spesifik dapat dijelaskan berdasarkan masing-masing periode,
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a Periode 1999-2000 :
Pada periode ini nilai RCA Indonesia untuk komoditi HS 640219 atau alas kaki yang menggunakan bahan kulit atau plastik mengalami kenaikan yaitu dari
44,22 menjadi 46,58, besarnya kenaikan nilai RCA juga berdampak terhadap besarnya indeks RCA, indeks RCA menunjukkan nilai sebesar 1,053 atau dengan
kata lain besarnya indeks RCA yang lebih besar dari satu menunjukkan adanya pangsa pasar dari komoditi alas kaki Indonesia di pasar Amerika Serikat yang
menguat. untuk mempertahankan pangsa pasarnya minimal Indonesia harus mampu mengekspor sebesar US 154,91 juta namun pada tahun 2000 Indonesia
hanya mampu mengekspor US 136,75, hal ini berarti ada nilai sebesar US 18, 16 juta yang beralih ke negara pesaing atau dengan kata lain Indonesia tidak
mampu mempertahankan pangsa pasarnya Lampiran 7. Jika dibandingkan dengan Indonesia pada periode ini besarnya nilai RCA
Cina juga menunjukkan kenaikan, hal ini menandakan daya saing dari produk alas kaki yang menguat, selain itu besarnya indeks RCA sebesar 1,113 menunjukkan
bahwa pangsa pasar China yang menguat. Besarnya impor Amerika Serikat mengalami peningkatan sampai 15,03 persen, hal ini juga berbanding lurus
dengan kenaikan ekspor China sebesar 8,46 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya harusnya Cina mampu
mengekspor hingga US 242,37 juta namun realisasinya Cina hanya mampu
mengekspor senilai US 228, 55 juta, hal ini membuktikan walaupun nilai ekspor Cina mengalami kenaikan namun Cina tetap tidak memenuhi pangsa pasarnya,
karena ada nilai sebesar US 13,83 juta yang beralih ke negara pesaing Lampiran 8. Indonesia dan Cina sama-sama kehilangan pangsa pasarnya pada
periode ini namun jika dibandingkan dengan Indonesia, berdasarkan nilai ekspornya Cina lebih sedikit kehilangan pangsa pasarnya.
b Periode 2000-2001:
Pada periode ini nilai RCA menunjukkan perubahan dari 46,58 menjadi 45,11 atau mengalami penurunan, penurunan ini juga berdampak pada besarnya
indeks RCA dimana nilai indeks RCA menunjukkan angka 0,968. Menurunnya indeks RCA yang berada pada nilai kurang dari satu menandakan adanya pangsa
pasar yang melemah dari alas kaki komoditi HS 640219 di Amerika. Pada tahun 2001 impor Amerika Serikat mnegalami kenaikan sebesar 2,66
persen, namun kenaikan impor tidak diiringi dengan kenaikan nilai ekspor Indonesia, karena ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 3,31 persen,
untuk mempertahankan pangsa pasarnya harusnya Indonesia mampu mengekspor hingga US 140,38 juta namun pada kenyataannya pada tahun 2001 Indonesia
hanya mampu mengekspor sebesar US 132, 36 juta. Hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 8,02 juta yang beralih ke negara pesaing Lampiran 7.
Tidak seperti periode sebelumnya, pada periode ini nilai RCA Cina mulai menurun, indeks RCA menunjukkan nilai 0,985. Namun penurunan indeks RCA
bukan disebabkan oleh Cina yang kehilangan pangsa pasarnya atau dengan kata lain pangsa pasarnya melemah, tetapi hal ini lebih disebabkan oleh adanya
kenaikan ekspor produk alas kaki Cina yang diikuti dengan kenaikan dari keseluruhan total komoditi yang diekspor dari Cina ke Amerika. Besarnya nilai
impor Amerika Serikat pada periode ini meningkat sebesar 2,66 persen, hal yang serupa juga ditunjukkan oleh besarnya kenaikan nilai ekspor dari China sebesar
12,22 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya Cina harus mengekspor sebesar
US 234,23 juta, namun pada tahun 2001 Cina mampu mengekspor hingga US 256,49 hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 21,87 juta yang beralih dari
negara pesaing ke negara Cina Lampiran 8. Jika dibandingkan dengan Indonesia pada periode ini Indonesia kehilangan pangsa pasarnya senilai US 8,02 juta,
diduga telah terjadi peralihan pangsa pasar dari Indonesia ke negara Cina sebesar US 8,02 juta.
c Periode 2001-2002:
Penurunan nilai RCA Indonesia berlanjut pada tahun berikutnya yaitu dari 45,11 pada tahun 2001 menjadi 32,44 pada tahun 2002, angka pada indeks RCA
juga menunjukkan penurunan menjadi 0,718.nilai indeks RCA yang kurang dari satu menandakan adanya pangsa pasar alas kaki komoditi HS 640219 Indonesia
yang melemah di pasar Amerika. Menurunnya pangsa pasar lebih disebabkan oleh penurunan dari impor
Amerika Serikat 5,17 persen, begitu juga penurunan nilai ekspor Indonesia sebesar 35,94 persen, Indonesia dapat mempertahankan pangsa pasarnya jika
mampu mengekspor sebesar US 125,51 juta namun pada kenyataanya Indonesia
hanya mampu mengekspor sebesar US 84,78 juta hal ini membuktikan adanya nilai sebesar US 40,73 persen yang beralih ke negara pesaing Lampiran 7.
Masih sama dengan periode sebelumnnya, pada periode ini nilai RCA Cina kembali menurun, indeks RCA menunjukkan nilai 0,892. Namun
menurunnya nilai indeks RCA bukan disebabkan oleh menurunnya pangsa pasar Cina, tetapi hal ini lebih disebabkan oleh adanya peningkatan nilai ekspor Cina
untuk komoditi alas kaki sebesar 5,00 persen diikuti besarnya kenaikan keseluruhan total ekspor komoditi dari Cina ke Amerika sebesar 28,87 persen.
Untuk mempertahankan pangsa pasarnya minimal Cina harus mengekspor hingga US 243,23 juta namun realisasinya Cina mampu mengekspor hingga US
269,32 juta Lampiran 8. Pada periode ini diduga terjadi peralihan pangsa pasar ke negara Cina dari Indonesia, karena Indonesia kehilangan pangsa pasarnya
sebesar US 40,73 juta.
d Periode 2002-2003:
Pada peiode ini nilai RCA kembali menguat yakni dari 32,44 menjadi 42,15. Besarnya indeks RCA pun kembali mengalami peningkatan yakni sebesar
1,299, adanya peningkatan pada nilai RCA dan juga indeks RCA menunjukkan daya saing yang kembali menguat disertai adanya peningkatan pangsa pasar,
menguatnya pangsa pasar alas kaki Indonesia lebih disebabkan karena adanya peningkatan impor sesebar 1.24 persen yang diikuti dengan peningkatan nilai
ekspor Indonesia yang menunjukkan kenaikan sebesar 18,32 persen. untuk mempertahankan pangsa pasarnya Indonesia dapat mengekspor US 85,84 juta
namun realisasainya Indonesia mampu mengekspor sampai US 100,32 juta hal
ini menunjukkan ada nilai sebesar US 14,48 juta yang beralih dari negara pesaing ke Indonesia atau dengan kata lain pangsa pasar Indonesia meningkat
Lampiran 7. Jika dibandingkan dengan Indonesia pada periode ini nilai RCA Cina
menurun dan besarnya indeks RCA menunjukkan angka 0,822, namun sama seperti periode sebelumnya besarnya indeks RCA yang kurang dari satu bukan
menandakan pangsa pasar Cina yang melemah melainkan karena adanya kenaikan nilai ekspor alas kaki HS 640219 ke pasar Amerika Serikat sebesar 1,49 persen,
diikuti juga dengan kenaikan total ekspor keseluruhan komoditi sebesar 32,22 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya Cina dapat mengekspor sebesar
US 272,67 juta namun pada periode ini Cina mampu mengekspor hingga US 273,34 juta, hal ini menunjukkan ada pangsa pasar dari negara lain sebesar US
0,68 juta yang beralih ke negara Cina Lampiran 8. Jika dibandingkan dengan Indonesia pada periode ini Indonesia dan Cina sama
– sama memiliki pangsa pasar yang meningkat, namun untuk besarnya nilai, Indonesia lebih unggul dari
Cina, karena Indonesia mampu meningkatkan pangsa pasarnya hingga US 14,48 juta.
e Periode 2003-2004:
Kenaikan nilai RCA Indonesia pada tahun 2003 ternyata tidak berlanjut di Tahun 2004 sebab nilai RCA pada Tahun 2004 menurun dari 42,15 menjadi
29,45 hal ini berdampak pada besarnya Indeks RCA yang juga mengalami penurunan, indeks RCA pada tahun 2004 menunjukkan nilai sebesar 0,698.
Dengan kata lain pangsa pasar alas kaki pada tahun 2004 kembali melemah.
Impor Amerika serikat menurun sebesar 8,25 persen begitu juga nilai ekspor Indonesia
yang menurun
sebesar 33,31
persen. Indonesia
mampu mempertahankan pangsa pasarnya dengan mengekspor sebesar US 92,04 juta
namun pada kenyataannya Indonesia hanya mampu mengekspor sebesar US 66,90 juta, hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 25,14 juta yang beralih ke
negara pesaing atau dengan kata lain Indonesia tidak mampu mempertahankan pangsa pasarnya Lampiran 7.
Sama halnya dengan Indonesia pada periode ini nilai RCA Cina kembali menurun, dan besarnya indeks RCA menunjukkan angka 0,915. Besarnya indeks
RCA yang menurun menandakan pangsa pasar Cina di Amerika Serikat kembali melemah, hal ini dapat terlihat dari nilai ekspor yang menurun 0,82 persen pada
tahun 2004. Besarnya penurunan nilai ekspor juga diikuti dengan penurunan nilai impor dari Amerika sebesar 8,25 persen.
Penurunan nilai ekspor Cina yang relatif kecil ternyata tidak membawa dampak yang cukup besar terhadap pangsa pasar Cina, karena untuk
mempertahankan pangsa pasar minimal Cina harus mengekspor sebesar US 250,79 juta, namun realisasinya Cina mampu mengekspor hingga US 271,09.
Dalam hal ini Cina mampu merebut pangsa pasar dari negara pesaing sebesar US 20,30 juta Lampiran 8. Jika dibandingkan dengan Indonesia pada periode ini
diduga terjadi peralihan pangsa pasar dari Indonesia ke Cina sebesar US 25,14 juta.
f Periode 2004-2005:
Pada periode ini nilai RCA Indonesia kembali melemah dari 29.45 menjadi 22,70. Indeks RCA juga menunjukan hal yang sama yaitu sebesar 0,770.
Besarnya indeks RCA yang kurang dari satu menunjukkan pangsa pasar alas kaki komoditi HS 640219 yang kembali melemah. Walaupun pada tahun 2005 impor
Amerika Serikat meningkat sebesar 22,75 persen namun nilai ekspor Indonesia justru menurun sebesar 5,34 persen. Untuk tetap dapat mempertahankan pangsa
pasarnya Indonesia harus mampu mengekspor sebesar US 82,12 juta namun pada kenyataanya Indonesia hanya mampu mengekspor sebesar US 63,32 juta
hal ini membuktikan adanya nilai yang beralih ke negara pesaing sebesar US 18,80 juta Lampiran 7.
Tidak berbeda dengan Indonesia Pada periode ini nilai RCA kembali menurun, dan besarnya Indeks RCA menunjukkan nilai sebesar 0,888. Jika dilihat
berdasarkan nilai Indeks RCA, besarnya indeks RCA yang kurang dari satu menunjukkan adanya pangsa pasar yang melemah, namun menurunnya nilai
Indeks RCA tidak menunjukkan adanya pangsa pasar yang melemah, karena pada periode ini nilai ekspor yang ditunjukkan justru meningkat sebesar 26,50 persen,
hal ini juga diikuti dengan kenaikan nilai ekspor total seluruh komoditi dari Cina ke Amerika sebesar 30,38 persen. Adanya peningkatan dari nilai ekspor diikuti
juga dengan peningkatan nilai impor Amerika Serikat sebesar 22,75 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya Cina dapat mengekspor sebesar
US 332,75 juta, namun realisasinya Cina mampu mengeskpor hingga US 342,94 juta Lampiran 8. Pada periode ini Indonesia kehilangan pangsa pasarnya
sebesar US 18,80 diduga peralihan pangsa pasar Indonesia beralih ke negara
Cina, karena pada Tahun 2005 ada nilai sebesar US 10,19 juta yang beralih dari negara pesaing ke negara Cina.
g Periode 2005-2006:
Nilai RCA kembali menunjukkan penurunan menjadi 14,09 dari 22,70. Begitu juga indeks RCA yang menunjukkan nilai sebesar 0,620 hal ini
menunjukkan daya saing dari alas kaki HS 640219 yang kembali menurun. Impor Amerika Serikat pada periode ini meningkat sebesar 1,42 persen namun
peningkatan impor ternyata tidak diikuti dengan peningkatan ekspor Indonesia karena pada tahun 2006 ekspor Indonesia justru menurun sebesar 5,34 persen. .
untuk mempertahankan pangsa pasarnya harusnya Indonesia mampu mengekspor hingga US 64,22 juta namun pada kenyataanya Indonesia hanya mampu
mengeskpor sebsar US 40,41 juta hal ini menunjukkan ada nilai sebesar US 23,81 juta yang beralih ke negara pesaing Lampiran 7.
Tidak berbeda dengan periode sebelumnya nilai RCA Cina menunjukkan yang lebih kecil dari tahun sebelumnya serta indeks RCA yang menunjukkan
angka 0,986. Namun hal ini bukan berarti telah terjadi penurunan daya saing atau penurunan pangsa pasar alas kaki untuk komoditi HS 640219 di pasar Amerika
Serikat. Justru pada periode ini telah terjadi peningkatan pangsa pasar sepatu olah raga yang menggunakan bahan kulit atau plastik, peningkatan ini diikuti oleh
peningkatan yang lebih besar pada pangsa pasar dari total ekspor Cina di pasar Amerika Serikat. Nilai ekspor Cina meningkat sebesar 11,22 persen, hal yang
sama juga ditunjukkan dengan kenaikan impor Amerika Serikat sebesar 1,42 persen.
Pada periode ini pangsa pasar Cina meningkat sebesar US 33,62 juta berbeda dengan Indonesia yang justru kehilangan pangsa pasarnya sebesar US
23,81 juta diduga terjadi peralihan pangsa pasar dari Indonesia ke Cina.
h Periode 2006-2007:
Sama seperti periode sebelumnya nilai RCA Indonesia pada periode ini juga menunjukkan angka yang semakin menurun yaitu dari 14,09 menjadi 10,09 ,
hal yang sama juga ditunjukkan dengan besarnya nilai indeks RCA dimana nilai indeks RCA pada periode ini adalah 0,716. Besarnya nilai indeks RCA yang
kurang dari satu menunjukkan adanya pangsa pasar alas kaki Indonesia yang melemah.
Nilai impor Amerika Serikat meningkat sebesar 8,35 persen, namun kenaikan impor tidak diimbangi dengan besarnya kenaikan ekspor negara
Indonesia karena pada tahun 2007 besarnya nilai ekspor Indonesia menurun sebesar 22,47 persen, untuk mempertahankan pangsa pasar harusnya Indonesia
mampu mengekspor hingga US 43,78 juta namun pada tahun 2007 Indonesia hanya mampu mengekspor hingga US 31,33 juta hal ini menunjukkan bahwa
pangsa pasar yang dimiliki Indonesia beralih ke negara pesaing sebesar US 12,45 juta Lampiran 7.
Jika dibandingkan dengan Indonesia nilai RCA Cina pada periode ini kembali menurun, dan Indeks RCA menunjukkan angka 0,873. Nilai RCA yang
kecil disertai Indeks RCA yang kurang dari satu bukan menandakan adanya penurunan daya saing maupun penurunan pangsa pasar Cina, sebab pada periode
ini besarnya nilai ekspor untuk sepatu olah raga dengan bahan kulit atau plastik
semakin meningkat, hal ini juga diikuti dengan kenaikan ekspor keseluruhan komoditi total dari Cina ke Amerika Serikat. Nilai ekspor Cina meningkat sampai
dengan 4,52 persen. pada periode ini juga terjadi peningkatan impor Amerika Serikat sebesar 8,35 persen.
Besarnya peningkatan impor ini ternyata tidak berpengaruh terhadap kenaikan pangsa pasar Cina karena pada Tahun 2007 Cina justru kehilangan
pangsa pasarnya hingga US 14,57 juta, sama halnya dengan Indonesia pada periode ini Indonesia juga kehilangan pangsa pasar yang tidak jauh berbeda
dengan Cina, Indonesia kehilangan pangsa pasarnya hingga US 12,45 juta, dalam hal ini melemahnya pangsa pasar Indonesia terlihat lebih kecil jika dibandingkan
dengan Cina.
i Periode 2007-2008:
Periode 2007 sampai 2008 merupakan periode dimana nilai RCA Indonesia kembali mengalami peningkatan dimana besarnya nilai RCA meningkat
dari 10,09 menjadi 10,24 hal ini dibuktikan juga dengan besarnya kenaikan indeks RCA yang meningkat menjadi 1,014. Hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar
Indonesia kembali menguat. Impor negara Amerika Serikat meningkat sebesar 9,14 persen, hal ini juga diikuti dengan besarnya kenaikan nilai ekspor Indonesia
sebesar 19,69 persen, untuk dapat mempertahankan pangsa pasar sebenarnya Indonesia hanya cukup mengekspor komoditi alas kaki HS 640219 sebesar US
34,19 juta namun pada Tahun 2008 Indonesia mampu mengekspor hingga US 37,50 juta. Hal ini menunjukkan adanya nilai sebesar US 3,31 juta yang beralih
dari negara pesaing ke Indonesia atau dengan kata lain pangsa pasar Indonesia menguat Lampiran 7.
Berbeda dengan Indonesia Pada periode ini nilai RCA kembali menurun dan indeks RCA menunjukkan angka 0,765, melemahnya nilai RCA dan indeks
RCA yang kurang dari satu menandakan adanya penurunan daya saing serta adanya kelemahan pangsa pasar Cina, hal ini terlihat dari besarnya penurunan
nilai ekspor sepatu olah raga yang menggunakan bahan kulit dan plastik. Walaupun besarnya impor Amerika Serikat meningkat sebesar 9,14
persen, namun Cina tidak dapat memenuhi pangsa pasarnya hingga US 435,15 juta karena pada periode ini Cina hanya mampu mengekspor hingga US 347,57
juta, dalam hal ini Cina kehilangan pangsa pasarnya sebesar US 87,57 juta. Jika dibandingkan dengan Indonesia walaupun pangsa pasarnya meningkat sedikit atau
sebesar US 3,31 juta, namun menurunnya pangsa pasar Cina menunjukkan adanya peralihan pangsa pasar dari Cina ke Indonesia.
j Periode 2008-2009:
Sama seperti periode sebelumnya nilai RCA Indonesia kembali menguat dengan nilai RCA dari 10,24 menjadi 16,84. Peningkatan nilai RCA diikuti
dengan peningkatan Indeks RCA yaitu senilai 1,644 hal ini menunjukkan daya saing dan pangsa pasarnya semakin menguat. Namun besarnya daya saing
Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan impor Amerika Serikat karena pada tahun 2009 impor Amerika Serikat menurun sampai 41,54 persen sedangkan nilai
ekspor Indonesia meningkat hingga 7,84 persen. Untuk mempertahankan pangsa pasarnya sebenarnya Indonesia hanya cukup mengekspor senilai US 21,92 juta
namun realisasinya Indonesia mampu mengekspor hingga US 40,44 juta hal ini menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia menguat karena adanya nilai sebesar
US 18,52 juta yang beralih dari negara pesaing ke Indonesia Lampiran 7. Untuk negara Cina Pada periode ini nilai RCA Cina kembali mengalami
peningkatan, beserta indeks RCA yang menunjukkan angka 1,231 namun peningkatan nilai RCA dan Indeks RCA bukan disebabkan oleh adanya
peningkatan pangsa pasar melainkan karena adanya penurunan nilai ekspor Cina dan juga penurunan seluruh komoditi yang diekspor dari Cina ke Amerika Serikat.
Menurunnya ekspor yang cukup besar ini lebih disebabkan karena adanya krisis keuangan global di Amerika Serikat dimana daya beli masyarakat Amerika
mengalami penurunan, hal ini terlihat dari nilai Impor Amerika yang menurun sebesar 41,54 persen.
Besarnya penurunan Impor Amerika Serikat dan penurunan ekspor Cina ternyata tidak membawa dampak untuk Cina dalam mempertahankan pangsa
pasarnya sebab dengan menurunnya jumlah ekspor Cina tetap mampu mempertahankan pangsa pasarnya, hal ini dibuktikan dengan adanya kenaikan
pangsa pasar Cina yang mencapai US 91,74 juta. Jika dibandingkan dengan Indonesia, pada periode ini pangsa pasar Indonesia dan China sama-sama
meningkat namun Cina masih tetap lebih unggul karena Indonesia hanya mampu meningkatkan pangsa pasarnya sebesar US 18,52 juta.
5.2. Analisis Constant Market Share Indonesia Dan Cina