kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa yang berskala internasional melalui mekanisme perdagangan yang adil dan bebas, sekaligus
menjaga dan meningkatkan pendapatan riil masyarakat dalam jangka panjang. Dalam pasar yang semakin mengglobal, keberhasilan pelaku usaha suatu
negara sangat ditentukan oleh daya saing. Daya saing global pada dasarnya berhubungan dengan biaya sehingga yang memenangkan kompetisi adalah negara
yang mampu memasarkan produk dengan harga paling rendah atau berkualitas baik. Biaya berhubungan dengan harga faktor-faktor input seperti nilai tukar,
upah domestik, biaya material, produktivitas, kemampuan untuk memproduksi barang berkualitas, biaya transportasi, biaya komunikasi, kendala perdagangan,
strategi perdagangan, dan kemampuan untuk memenuhi spesifikasi pasar Butir- Butir Pemikiran Perdagangan Indonesia ,2009.
2.3 Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah suatu proses pertukaran barang perdagangan yang timbul antar negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
di negara-negara tersebut. Menurut Waluya 1995 perdagangan internasional dapat di definisikan terdiri dari kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara
asal yang melintasi perbatasan menuju suatu negara tujuan yang dilakukan oleh perusahaan multinasional corporation untuk melakukan perpindahan barang dan
jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan tekhnologi pabrik dan perpindahan merek dagang.
Terdapat beberapa hal yang mendorong terjadinya perdagangan internasional diantaranya dikarenakan perbedaan permintaan dan penawaran antar
negara. Perbedaan ini terjadi karena : a tidak semua negara memiliki dan mampu menghasilkan komoditi yang diperdagangkan, karena faktor-faktor alam negara
tersebut tidak mendukung, seperti letak geografis serta kandungan buminya dan b perbedaan pada kemampuan suatu negara dalam menyerap komoditi tertentu
pada tingkat yang lebih efisien.
P3 --------------------------------------------------------------------------- P2 -----------------------------------------------------------------------------------
P1 -------------------------------
Gambar 2.1 Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional
Sumber : Salvatore 1997 Gambar 2.1 menggambarkan perdagangan antara Negara P dan Negara Q.
D
p
dan S
p
adalah kurva penawaran dan permintaan untuk negara P dan D
Q
dan S
Q
adalah kurva penawaran dan permintaan untuk negara Q. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa adanya kondisi harga yang lebih besar dari P1, menyebabkan
negara P akan mengalami kelebihan penawaran dari komoditi X Alas Kaki, sehingga kurva penawaran ekspornya atau S yang diperlihatkan oleh panel B
mengalami peningkatan. Dilain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P
3
, maka negara Q akan mengalami peningkatan permintaan konsumen akan meminta lebih banyak
akibat harga yang relatif murah, sehingga tingkat permintaan lebih tinggi PxPy
PxPy PxPy
B E
A Ekspor
A” B
A E
S
D P3
A’ B’
E’ Impor
S
Q
D
Q
S
P
D
p
X X
X
Panel A Negara P
Panel B Panel C
Negara Q
daripada produksi domestiknya. Hal ini akan mendorong Negara Q untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi alas kaki tersebut dari negara
yang mengalami kelebihan produksi komoditi yaitu Negara P. Berdasarkan harga relatif P
1
, kuantitas komoditi alas kaki yang ditawarkan akan sama dengan kuantitas yang diminta. Pada saat berlangsungnya perdagangan
internasional antara Negara p dan Q tingkat harga berada di titik P
2
dan mengambil asumsi bahwa tidak ada biaya transportasi dalam proses perdagangan
tersebut, maka negara P akan mengekspor hasil kelebihan produksinya yang ditunjukkan oleh garis BE.
Sementara itu karena tingkat harga domestik Negara Q, maka negara Q akan mengimpor kekurangan produksinya sebesar garis B’E’. Hubungan
penawaran dan permintaan kedua negara tersebut pada tingkat harga P
2
akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik E Panel B. Kurva
S dan D pada panel B menunjukkan tingkat penawaran dan permintaan yang terjadi dalam perdagangan internasional. Pada tingkat keseimbangan, kuantitas
ekspor yang ditawarkan oleh Negara P sama dengan yang diminta Negara Q. Perdagangan internasional sebuah negara harus memiliki keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif guna menciptakan daya saing yang baik. Daya saing yang baik tercipta lewat mutu dan kualitas suatu produk serta besarnya
permintaan terhadap produk tersebut. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai teori keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.
2.3.1 Teori Keunggulan Komparatif
Teori ini merupakan teori yang menyempurnakan kelemahan dari teori keunggulan absolut yang dikemukakan oleh Adam Smith, David Ricardo dengan
teori comparative advantage atau keunggulan komparatif menganggap keabsahan teori nilai berdasar tenaga kerja labor theory of value yang menyatakan hanya
ada satu faktor produksi yang menentukan nilai suatu komoditas, yaitu faktor tenaga kerja. Menurut teori nilai tenaga kerja, nilai atau harga sebuah komoditi
tergantung dari jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk membuat komoditi tersebut Salvatore, 1997. Teori ini tidak dapat digunakan karena tenaga kerja
bukanlah satu-satunya faktor produksi dan tenaga kerja tidak bersifat homogen. Teori keunggulan komparatif ini didasari oleh beberapa asumsi yaitu 1
hanya terdapat dua negara dan dua komoditi, 2 perdagangan bersifat bebas, 3 terdapat mobilitas tenaga kerja yang sempurna di dalam negara namun tidak ada
mobilitas antara dua negara, 4 biaya produksi konstan, 5 tidak terdapat biaya transportasi, 6 tidak ada perubahan teknologi, 7 menggunakan teori nilai
tenaga kerja Salvatore, 1997 Pemikiran para ekonom klasik mengenai keunggulan komparatif masih
memiliki kekurangan karena menurut mereka keunggulan komparatif di suatu negara bersumber dari perbedaan tingkat produktivitas tenaga kerja satu-satunya
faktor produksi yang secara eksplisit mereka perhitungkan. Namun, penjelasan yang cukup rinci mengenai sebab-sebab perbedaan tingkat produktivitas itu
sendiri tidak diberikan. Hal ini lah yang menyebabkan munculnya penyempurnaan yang dilakukan oleh Eli Heckscher dan Bertil Ohlin, dimana menurut keduanya
sebuah negara mampu berproduksi dengan biaya yang lebih rendah mempunyai keunggulan komparatif pada produk-produk yang dalam proses produksinya
membutuhkan jumlah faktor produki factor endowments yang relatif banyak yang terdapat pada negara tersebut. Dengan kata lain suatu negara akan
mengeskpor komoditi yang peoduksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu yang bersamaan
negara tersebut akan mengimpor komoditi yang diproduksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu Salvatore, 1997.
2.3.2 Teori Keunggulan Kompetitif
Konsep mengenai keunggulan kompetitif dikemukakan oleh Porter 1990 dalam bukunya The Competitive Advantage Of Nations. Porter mendefinisikan
industri sebuah negara akan sukses secara internasional jika memiliki keunggulan kompetitif relatif terhadap para pesaing terbaik di seluruh dunia. Sebagai indikator
ia memilih keberadaan ekspor yang besar dan bertahan lama dan atau investasi asing diluar wilayah yang signifikan berdasarkan pada keterampilan dan aktiva
yang diciptakan di negara asal. Porter menyimpulkan bahwa beberapa negara berhasil dalam industri tertentu karena lingkungan asalnya bersifat forward-
looking , dinamis dan menantang. Secara spesifik, beberapa penentunya adalah
kondisi faktor, kondisi permintaan, industri terkait dan pendukung, strategi perusahaan, struktur dan persaingan. Sebagai tambahan terdapat dua variabel luar
: pemerintah dan peluang.
2.4 Analisis Keunggulan Komparatif RCA