masyarakat terhadap model pengelolaan minawisata bahari yang akan dikembangkan, identifikasi konflik pemanfaatan, sistem pengelolaan yang diinginkan, serta
kemungkinan dampaknya bagi masyarakat.
3.3.5.3. Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan yang dilakukan dalam penelitian ini juga menggunakan metoda Analisis Deskriptif. Data yang digunakan sebagai dasar
untuk melakukan analisis ini didapat dengan melakukan wawancara langsung dengan stakeholders
dan dengan menggunakan kuesioner. Informasi yang akan digali dari
stakeholders antara lain : bagaimana bentuk kelembagaan baik formal maupun non
formal yang diinginkan oleh masyarakat terkait dengan model pengelolaan ekowisata bahari, identifikasi semua aturan-aturan regulasi yang terkait yang
dapat menunjang model pengelolaan yang akan dibangun, mengkaji peranan berbagai institusi dan kelembagaan yang terkait dengan model pengelolaan yang
akan dibangun.
3.3.6. Optimasi Pengelolaan Wisata Bahari
Penentuan tingkat optimal dari pengelolaan ekowisata bahari di kawasan Gili Indah dianalisis menggunakan pendekatan Sistem Dinamik yang dibangun
dengan bantuan perangkat lunak Stella versi 9.0.2. Konsep utama siste m dinamik adalah bagaimana semua elemen atau obyek dalam suatu sistem
saling berinteraksi satu dengan yang lainnya melalui lingkaran loop feedback, dimana perubahan satu variabel akan mempengaruhi terhadap variabel lainnya
dalam kurun waktu perencanaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi variabel aslinya, demikian selanjutnya saling mempengaruhi antar variabel
berlanjut sepanjang kurun waktu perencanaan. Untuk membangun sistem pengelolaan wisata bahari di kawasan Gili Indah dilakukan pengembangan
model guna mempresentasikan peubah ekologi, ekonomi, dan sosial, serta interkasi di dalamnya, sehingga ditetapkan menggunakan model simbolik yang
menggunakan persamaan matematis. Secara global, model akan menggambarkan interaksi antar komponen yang bersifat timbal balik dan masing-
masing komponen mempunyai gugus formula sendiri-sendiri, namun saling terkait pada satu atau lebih peubah tertentu.
69
4. KEADAAN UMUM KAWASAN WISATA GILI INDAH 4.1. Kondisi Fisik Lingkungan.
4.1.1. Letak Geografis dan Batas Kawasan.
Kawasan Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan atau disebut juga Gili
Indah ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam Laut TWAL berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 85Kpts-II1993 tanggal 16 Februari 1993
selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 99Kpts-II2001 tanggal 15 Maret 2001 ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut TWAL
dengan luas sekitar 2.954 hektar. Penentuan status TWAL tersebut adalah berdasarkan kriteria penentuan kawasan konservasi laut yang memiliki
keanekaragaman biota laut dan lingkungan yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.
Berdasarkan pada wewenang pengelolaannya, awalnya kawasan ini berada di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam KSDA Nusa
Tenggara Barat. Berdasarkan berita acara serah terima kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian dari Departemen Kehutanan RI kepada Departemen Kelautan
dan Perikanan RI No. BA.01Menhut-IV2009 dan No. BA.108MEN.KPIII2009 tertanggal 4 Maret 2009 , maka pengelolaan TWAL Gili Indah diserahkan kepada
Departemen Kelautan dan Perikanan. TWAL Gili Indah yang luasnya sekitar 2.954 hektar meliputi luas daratan
665 ha dan lautan seluas 2.289 hektar. Luas daratan terdiri dari Gili Air 175 ha dengan keliling pulau sekitar 5 km, Gili Meno sekitar 150 ha dengan keliling
pulau sekitar 4 km dan Gili Trawangan sekitar 340 ha dengan keliling pulau sekitar 7,5 km. Secara geografis TWAL Gili Indah terletak pada 8º 20 - 8º 23
′ LS dan 116º00
′ - 116º 08′ BT. Secara geografis kawasan Wisata Gili Indah ini termasuk dalam wilayah
Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Propinsi Nusa Tenggara Barat dengan batas-batas sebagai berikut ; sebelah Barat berbatasan dengan Selat
Lombok, sebelah Utara dengan Laut Bali, sebelah Timur dengan Tanjung Sire Desa Pemenang Barat, dan sebelah Selatan dengan Teluk Kombal. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini.