Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Analisis Data

kesesuaian dan skor. Parameter kesesuaian untuk kegiatan wisata bahari didasarkan pada dua hal, yakni parameter yang terkait dengan obyek utama wisata bahari dan faktor-faktor lingkungan yang terkait dengan kelestarian obyek wisata, dan kenyamanan berwisata Davis and Tisdell 1995. Besaran nilai bobot paramater tersebut didasarkan pada pertimbangan : parameter utama kegiatan wisata bahari yang pengaruhnya dominan mempunyai faktor pembobot tertinggi bobot 5; parameter pendukung yang pengaruhnya relatif sama dengan parameter yang lain mempunyai faktor pembobot yang sama bobot 3; dan parameter pendukung yang kurang dominan mempunyai faktor pembobot yang terkecil bobot 1. Terdapat 3 kelas kesesuaian, dimana pemberian skor dari yang tertinggi skor 5 untuk parameter yang sesuaisangat sesuai Kelas S1, skor 3 untuk sesuai bersyarat Kelas S2, dan terendah skor 1 untuk kategori tidak sesuai Kelas S3, dan satu kelas N yang sangat tidak sesuai. Selanjutnya menentukan indeks kesesuaian pemanfaatan untuk ekowisata bahari dimodifikasi dari Index Overlay Model- IOM Bonham and Carter 1994; Vinh et al. 2008, dengan formulasi sebagai berikut: IKWB = 100 max 1 x N S B n j j j ∑ = ............................................................ 3.1 dimana: IKWB = Indeks Kesesuaian Wisata Bahari kategori ke-i, i = 4 kategori B = bobot parameter ke-j Sj = skor setiap parameter ke-j N max = nilai maksimum bobot dikali skor per kategori wisata bahari Tabel 4. Matriks Kesesuaian Area untuk Wisata Bahari kategori Wisata Selam No Parameter Bobot Kelas S1 Skor Kelas S2 Skor Kelas S3 Skor Kelas N Skor 1. Kecerahan perairan 5 80 3 50 – 80 2 20 - 50 1 20 2. Tutupan kom. karang 5 75 3 50-75 2 25-50 1 25 3. Jenis life form 3 12 3 7 – 12 2 4 – 7 1 4 4. Jenis ikan karang 3 100 3 50 – 100 2 20 - 50 1 20 5. Kecepatan arus cmdt 1 0-15 3 15 – 30 2 30 - 50 1 50 6. Kedalaman ter. karang m 1 6 – 15 3 15 - 20 2 20 – 30 1 30 Sumber: diadaptasi dari Yulianda, 2007. Tabel 5. Matriks Kesesuaian Area untuk Wisata Bahari kategori Wisata Pantai No Parameter Bobot Kelas S1 Skor Kelas S2 Skor Kelas S3 Skor Kelas N Skor 1. Kedalaman perairan m 5 0-3 3 3-6 2 6 – 10 1 10 2. Tipe pantai 5 Pasir putih 3 Pasir putih, sdkt karang 2 Pasir hitam, berkarang, sdkt terjal 1 Lumpur, berbatu, terjal 3. Lebar pantai m 5 15 3 10 - 15 2 3 - 10 1 3 4. Material dasar perairan 3 Pasir 3 Karang berpasir 2 Pasir berlumpur 1 Lumpur 5. Kecepatan arus mdt 3 0-0,17 3 0,17-0,34 2 0,34-0,51 1 0,51 6 Kemiringan pantai 0 3 10 3 10 - 25 2 25 - 45 1 45 7 Kecerahan perairan m 1 10 3 5-10 2 3-5 1 2 8. Penutupan lahan pantai 1 Kelapa, lahan terbuka 3 Semak, belukar, savana 2 Belukar tinggi 1 Hutan bakau, pemukiman, pelabuhan 9 Biota berbahaya 1 Tidak ada 3 Bulu babi 2 Bulu babi, ikan pari 1 Bulu babi, ikan pari, lepu, hiu 10 Ketersediaan air tawar jarakkm 1 0.5 km 3 0.5-1 km 2 1-2 1 2 Sumber: diadaptasi dari Yulianda, 2007 Tabel 6. Matriks Kesesuaian Area untuk Wisata Bahari kategori Wisata Snorkling No Parameter Bobot Kelas S1 Skor Kelas S2 Skor Kelas S3 Skor Kelas N Skor 1. Kecerahan perairan 5 100 3 80 - 100 2 20 - 50 1 20 2. Tutupan komunitas karang 5 75 3 50-75 2 25-50 1 25 3. Jenis life form 3 12 3 7 - 12 2 4 – 7 1 4 4. Jenis ikan karang 3 50 3 30 - 50 2 10 - 30 1 10 5. Kecepatan arus cmdt 1 0-15 3 15 - 30 2 30 – 50 1 50 6. Kedalaman terumbu karang m 1 1 – 3 3 3 - 6 2 6 – 10 1 10 7. Lebar hamparan datar karang m 1 500 3 100-500 2 20 – 100 1 20 Sumber: diadaptasi dari Yulianda, 2007 Selanjutnya menentukan indeks kesesuaian pemanfaatan untuk ekowisata bahari dimodifikasi dari Index Overlay Model- IOM Bonham and Carter 1994; Vinh et al. 2008, dengan formulasi sebagai berikut: IKWB = 100 max 1 x N S B n j j j ∑ = ............................................................ 3.1 dimana: IKWB = Indeks Kesesuaian Wisata Bahari kategori ke-i, i = 4 kategori B = bobot parameter ke-j S = skor setiap parameter ke-j N max = nilai maksimum bobot dikali skor per kategori wisata bahari Kelas kesesuaian kawasan PPK dibedakan berdasarkan kisaran nilai indeks kesesuaiannya. Ketentuan untuk masing-masing kegiatan wisata bahari: S1 = Sangat sesuai, dengan nilai 80 – 100 S2 = Sesuai, dengan nilai 60 - 80 S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 - 60 N = Tidak sesuai, dengan nilai 35 Tahapan selanjutnya yakni basis data untuk masing-masing parameter kesesuaian kawasan wisata disusun dalam bentuk tema layer dalam bentuk digital yang dapat didigitasi on screen menggunakan software Arc View menjadi peta digital. Tahapannya meliputi: 1 registrasi, koordinat peta analog disamakan terlebih dahulu dengan koordinat peta yang akan didigitasi; 2 digitasi, merubah peta analog menjadi peta digital digitasi on screen; 3 editing, memperbaiki hasil digitasi; 4 anotasi, untuk memasukkan data atribut; 5 tipologi; 6 transparansi untuk mengubah koordinat derajat menjadi koordinat meter UTM dan; 7 edgematching untuk mengembangkan peta jika terdiri atas beberapa lembar Wahyudi 2006. Penggunaan perangkat lunak Er Mapper untuk merubah posisi geometri. Hasilnya berupa terklasifikasi yang dapat digitasi on screen sehingga menghasilkan peta digital yang dipakai sebagai peta tematik atau layer. Peta hasil digitasi dan peta hasil klasifikasi diintegrasikan untuk menghasilkan peta awal atau peta dasar. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan per stasiun digunakan untuk interpolasi data yaitu memasukkan setiap data parameter melalui titik-titik pengamatan menjadi suatu area polygon dengan menggunakan metode Nearest Neighbour . Data dalam bentuk spasial peta digital inilah yang siap dipakai sebagai tematiklayer dalam analisis kesesuaian.

3.3.3. Analisis Daya Dukung Ekologi Wisata Bahari

Daya dukung ekologi pada kegiatan wisata bahari adalah kemampuan alam untuk mentolerir kegiatan wisata yang dapat mempengaruhi keseimbangan sumberdaya dan lingkungan, serta terjaga keasliannya misalnya kawasan konservasi. Berdasarkan defenisi tersebut, maka analisis daya dukung ekologi ditujukan untuk menganalis jumlah maksimum wisatawan yang melakukan kegiatan wisata bahari di dalam suatu kawasan ekosistem terumbu karang, mangrove dan pantai berpasir, tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem tersebut. Gangguan keseimbangan ini diakibatkan oleh kerusakan biofisik ekosistem secara langsung dan secara tidak langsung, misalnya melalui pencemaran karena limbah. Berdasarkan sumber gangguan ekosistem tersebut, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kawasan obyek wisata ekosistem yang rentan terhadap kerusakan langsung dan pendekatan maksimum beban limbah. Estimasi daya dukung kawasan konservasi untuk kegiatan wisata bahari menurut Bouilon 1985 dalam Libosada Jr 1998 dan Yulianda 2007, dapat diketahui melalui persamaan: LtWp LpWt K DDK = …………………………………………………3.2 Dimana : DDK = Daya dukung kawasan K = Maksimum wisatawan per satuan unit area Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu Nilai maksimum wisatawan K per satuan unit area Lt untuk setiap kategori wisata bahari disajikan pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Potensi Maksimum Wisatawan per Unit Area per Kategori Wisata Jenis Kegiatan K orang Unit Area Lt Keterangan Selam 2 1000 m2 Setiap 2 org dalam 100 m x 10 m Snorkling 1 250 m2 Setiap 1 org dalam 50 m x 5 m Rekreasi Pantai 1 50 m 1 org setiap 50 m panjang pantai Sumber: WTO, 1992; diadaptasi dari Yulianda, 2007. Sementara waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata selam, snorkeling, dan wisata pantai yang dilakukan oleh wisatawan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel 8. Waktu yang Dibutuhkan untuk setiap Kegiatan Wisata No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Wp -jam Total waktu 1 hari Wt-jam 1. Selam 2 8 2. Snorkling 3 6 3. Rekreasi Pantai 3 6 Sumber: diadaptasi dari Yulianda, 2007.

3.3.4. Analisis Daya Dukung Fisik Wisata Bahari

World tourism organization WTO, 1981 dalam Wong 1991 memberikan standar pembangunan resort-resort di kawasan pantai dan pulau- pulau kecil guna membatasi jumlah wisatawan pada suatu kawasan. Hal ini ditujukan agar daya tarik sumberdaya di kawasan tersebut secara sosial berkelanjutan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat lokal. Daya dukung fisik di sini menunjukkan besaran kawasan yang dapat dipakai untuk infrastrukturfasilitas wisata tanpa mengganggu kenyamanan penduduk setempat atau wisatawan lain. Adapun standar kebutuhan ruang fasilitas untuk wisata bahari dapat dilihat pada tabel 9. Berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan Ruang pada pasal 29 disebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau dianalogikan dengan areal terumbu karang pada ekosistem laut dan pesisir. Proporsi 30 tiga puluh persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin