Kearifan Lokal Awiq-awiq di Gili Indah

97 DesaKecamatan dan LSM. Aturan ini lahir karena adanya persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan. Aturan formal yang dibuat oleh pemerintah dianggap tidak mampu mengatasi persoalan- persoalan tersebut akibat dari lemahnya penegakan hukum. Dalam awiq-awiq ini memuat tentang pemeliharaan dan pengelolaan terumbu karang kaitannya dengan pemanfaatan sektor perikanan dan sektor pariwisata. Dalam awiq-awiq dijelaskan mengenai zonasi untuk beberapa jenis pengelolaan kawasan pesisir, yakni zona konservasi, zona pemanfaatan untuk wisata serta zona pemanfaatan bagi perikanan Awiq-awiq Desa Gili Indah, 2001. Diberlakukannya awiq-awiq rusaknya beberapa kawasan terumbu karang yang karena beberapa hal yaitu Satria et al, 2002: 1 Penangkapan ikan dengan menggunakan teknologi yang dapat merusak lingkungan seperti bom, potasium sianida atau penangkapan ikan secara destruktif lainnya yang dapar mengancam kelestarian laut. 2 Pengrusakan laut dengan menggunakan muroami, miniayem dan sejenisnya. 3 Pengambilan karang untuk bahan kapur dan bangunan yang dilakukan penduduk setempat maupun pengusaha lainnya yang dapat berpengaruh negatif bagi ekologi pesisir dan laut. 4 Aktivitas transportasi wisata pantai dan kegiatan penyelaman diving. Degradasi sumberdaya terumbu karang di kawasan Gili Trawangan sejak elnino 1998 lebih disebabkan karena faktor manusia. Degradasi yang disebabkan oleh faktor manusia hanya bisa dikendalikan oleh ketegasan dalam menjalankan aturan dan sanksi yang diberlakukan. Berbagai aturan telah dibuat dan disepakati untuk menjaga sumberdaya terutama terumbu karang, seperti awig-awig, aturan zonasi pemerintah, aturan yang dibuat eco trust dan lain-lain. Tapi masih ada pelanggaran terhadap aturan yang ada dan umumnya dilakukan oleh masyarakat dan pelaku wisata. pelanggaran tersebut menyebabkan atau mengancam keberlanjutan sumberdaya terutama terumbu karang. Pemberian sanksi terhadap pelanggaran lebih bertujuan untuk meningkatkan kesadaran atau mendidik dan tidak membuat jera terutama bagi para wisatawan untuk berkunjung atau menyelam di Gili Trawangan. Sanksi yang bisa diterapkan adalah sanksi materi atau denda, misalnya bagi setiap satu kali penyelam 98 memegang karang dikenakan sanksi denda Rp. 25 000. Dana tersebut digunakan untuk perbaikan atau rehabilitasi eksositem dan kegiatan konservasi yang lainnya.

4.6.2. Pemuda Sagtas Desa Gili Indah

Satuan Tugas atau Satgas Desa Gili Indah merupakan salah satu anggota dari Lembaga Musawarah Nelayan Lombok Utara LMNLU. Lembaga ini memiliki peranan yang sangat besar dalam terbentuknya LMNLU yang ada saat ini. Kelahiran lembaga ini lebih disebabkan karena kepentingan masyarakat setempat atas manfaat terumbu karang sebagai salah satu obyek wisata alam laut. Lembaga ini juga muncul akibat kerusakan terumbu karang akibat penangkapan ikan dengan potasium atau bahan peledak lainnya. Terumbu karang yang menjadi daya tarik wisatawan asing menjadi berkurang, menyebabkan pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sektor pariwisata di Gili Indah menurun. Keresahan masyarakat ini direspon oleh sekelompok pemuda desa Gili Indah untuk melakukan suatu tindakan untuk mencegah kerusakan terumbu karang yang lebih parah. Akhirnya mereka membentuk front yang disebut Front Satuan Tugas Gili Indah Satgas Gili Indah. Pemuda Satgas Gili Indah merupakan salah satu komponen masyarakat yang terlibat dalam program konservasi di Desa Gili Indah. Sebagian besar dari mereka adalah para pengusaha pariwisata yang memperoleh manfaat dari keberadaan sumberdaya di kawasan konservasi. Kesadaran akan pentingnya arti pelestarian sumber daya alam tersebut, khususnya terumbu karang yang terdapat di wilayah Taman Wisata Alam Laut Gili Indah menyebabkan mereka turut ambil bagian dalam program ini. Kegiatan ini sejalan dengan program konservasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Konservasi Sumberdaya Slam KSDA Nusa Tenggara Barat, sebagai instansi pemerintah yang mengelola Taman Wisata Alam Laut di wilayah Desa Gili Indah. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut, maka sekelompok pemuda tersebut membentuk yayasan yang memberikan perhatian khusus terhadap usaha pelestarian terumbu karang. Berdasarkan hasil musawarah pemuda Desa Gili Indah tanggal 16 Januari 2000 bertempat di Dusun Gili Trawangan, disepakati untuk membentuk Yayasan Front Pemuda Satgas Gili. Sumber anggaran operasional dari Front Pemuda Satgas Gili adalah partisipasi dari unsur 99 masyarakat, baik para pengusaha, perorangan, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM maupun pemerintah yang menaruh perhatian terhadap usaha pelestarian terumbu karang. Dengan dana tersebut diharapkan upaya pelestarian terumbu karang dapat diwujudkan, sehingga sumberdaya alam menjadi lestari dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan Desa Gili Indah menjadi lebih baik di masa kini dan masa yang akan datang. Lembaga ini kemudian diperkuat dengan aturan-aturan lokal yang dibuat bersama dengan masyarakat setempat. Pranata hukum adat ini disebut dengan awiq-awiq yang antara lain berisi sebagai berikut: 1. Apabila ditemukan dan terbukti ada oknum yang melakukan pengeboman dan pemotasan serta pangkapan ikan dengan menggunakan bahan beracun lainnya diharuskan membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut serta dibebani denda uang maksimal Rp.10.000.000,- Sepuluh Juta Rupiah untuk kemudian di lepas kembali. 2. Apabila oknum tersebut untuk kedua kalinya terbukti melakukan perbuatan itu lagi, dilakukan pengerusakanpembakaran terhadap alat serta sarana yang dipergunakan dalam kegiatannya. 3. Apabila setelah dikenakan sanksi pada poin pertama dan kedua tersebut diatas oknum tersebut masih dilakukan kegiatannya dan terbukti, maka kelompok nelayan akan menghakiminya dengan pemukulan masal tidak sampai mati. Hasil penelitian Satria et. al. 2005 menyatakan bahwa kesuksesan Awiq- awiq yang diterapkan dalam sistem community based management masih dipertanyakan. Antara lain kegagalan awiq-awiq dalam mengatasi konflik antar stakeholder dalam pengalokasian sumberdaya pesisir di Desa Gili Indah. Masalah hak pemanfaatan dan hak mengelola antar masyarakat masih sulit definisikan. Kekuatan hak kepemilikan masih sulit dalam penerapan community based management, khususnya dalam keanekaragaman sumberdaya seperti di Gili Indah. Faktor yang mempengaruhi lemahnya awiq-awiq di Gili Indah adalah karena dibuat tanpa memperhatikan aspirasi dari masyarakat setempat. Ketidakadilan antara pihak pengusaha dengan masyarakat nelayan disekitarnya tidak dipertimbangkan.