Parameter Kesesuaian Pemanfaatan untuk Wisata Bahari

5 Tersedianya program-program kegiatan ekowisata yang sesuai kondisi sumber daya alam di dalam kawasan; dan tersedianya fasilitas pendukung yang memadai, terutama sarana dan prasarana wisata.

2.5.2. Parameter Kesesuaian Pemanfaatan untuk Wisata Bahari

Kesesuaian pemanfaatan wisata bahari berbeda untuk setiap kategori wisata. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokkan atas wisata bahari dan wisata pantai. Wisata bahari merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan potensi sumberdaya laut dan dinamika air laut. Sedangkan wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan potensi sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai Hutabarat dkk. 2009. Berdasarkan kondisi daerah kajian penelitian, setiap kegiatan wisata bahari dibagi dua kategori yakni kategori wisata selam dan wisata snorkeling kegiatan wisata bahari, dan kategori wisata mangrove dan rekreasi pantai kegiatan wisata pantai. Potensi utama untuk menunjang kegiatan pariwisata di wilayah pesisir dan laut adalah kawasan terumbu karang, pantai berpasir putih atau bersih, dan lokasi- lokasi perairan pantai yang baik untuk berselancar. Keragaman spesies pada terumbu karang dan ikan hias merupakan obyek utama yang menciptakan keindahan panorama alam bawah laut yang luar biasa bagi para penyelam dan para wisatawan yang melakukan snorkeling Dahuri 2003. Secara umum, jenis dan nilai setiap parameter kesesuaian untuk kegiatan wisata bahari kategori wisata selam dan wisata snorkeling hampir sama. Parameter yang dipertimbangkan dalam menilai tingkat kesesuaian pemanfaatan kedua kategori kegiatan wisata bahari tersebut adalah: 1. Kondisi kawasan penyelaman yakni menyangkut keadaan permukaan air gelombang dan arus. Gelombang besar dan arus yang kuat dapat membawa para penyelam ke luar kawasan wisata. Kekuatan arus yang aman bagi wisatawan maksimum 1 knot 0.51 mdetik, sesuai sampai sangat sesuai yakni di bawah 0.34 mdetik Davis and Tisdell 1995. 2. “Kualitas” daerah penyelaman yakni menyangkut jarak pandang yang layak sesuai di bawah permukaan air underwater visibility, dalam hal ini tergantung tingkat kecerahan dan kedalaman perairan, dan tutupan komunitas karang dan life form marine life Davis and Tisdell 1995; Davis Tisdell 1996. Jarak pandang yang layak untuk wisata bahari 10-20 m. Hal ini terkait dengan penetrasi matahari terhadap biota dasar permukaan air maksimum 25 m. Marine National Park Division 2001 menyatakan bahwa kedalaman 2-5 m sangat sesuai untuk melakukan wisata snorkeling, sementara wisata selam biasanya dilakukan pada kedalaman 5-10 m. Di atas kedalaman air tersebut, pengaruh gelombang juga semakin besar dan kemungkinan keberadaan hewan berbahaya sangat besar sehingga dapat mengancam para penyelam dan snorkeler. Davis and Tisdell 1995, alasan orang berpartisipasi dalam melakukan kegiatan Scuba Self Contained Underwater Breathing Apparatus-Diving adalah karena hasrat untuk mencari “pengalaman di belantara laut”, ketertarikan terhadap ekologi perairan laut, sebagai sarana olahraga yang ‘berbeda dan spesial’ dengan olahraga lainnya, pesona bawah laut formasi geologi dan kehidupan laut terumbu karang, hiu, dan spesies ikan lainnya, untuk tujuan hobi fotografi bawah laut, dan petualang dengan resiko tertentu. Dahuri 2003, sumberdaya hayati pesisir dan lautan seperti populasi ikan hias, terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove, dan berbagai benteng alam pesisir coastal landscape unik lainnya, membentuk suatu pemandangan alamiah yang begitu menakjubkan untuk kegiatan wisata bahari. Luas kawasan terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai 85 000 km 2 Selain kawasan terumbu karang, Indonesia merupakan tempat komunitas mangrove terluas di dunia 4.25 juta ha yang mewakili 25 dari luas mangrove dunia 75 dari luas mangrove di Asia Tenggara. Diperkirakan dalam ekosistem ini dijumpai 202 jenis vegetasi mangrove. Areal mangrove yang luas tidak hanya berperan dalam menyediakan habitat untuk berbagai macam biota, tetapi juga menciptakan keindahan, kenyamanan, dan kesegaran lingkungan atmosfir di wilayah pesisir dan laut. Hutan mangrove sering dijadikan hutan wisata yang dapat berfungsi sebagai tempat rekreasi memancing, lintas alam, dan koleksi flora dengan keanekaragaman spesies terumbu karang mencapai 335-362 spesies karang scleractinian kepulauan Togean 262 spesies dan 263 spesies ikan hias, umumnya berada di Kawasan Timur Indonesia. maupun fauna untuk ilmu pengetahuan Dahuri 2003. Parameter yang digunakan untuk menilai kesesuaian pemanfaatan wisata bahari kategori wisata mangrove, meliputi Ayob 2004: 1. Apa yang diharapkan seseorang dengan berkunjung ke kawasan hutan mangrove, tergantung kepentingan dan tingkat pendidikannya. Ada yang ber- kepentingan melihat sejumlah dan jenis burung migrasi dan atau menetap, melihat lebih dekat mangrove, dan bagaimana nira diambil langsung dari nipah. 2. Selain itu, beberapa pengunjung lebih suka melakukan ‘trekking’ di jembatan bakau sambil mendengarkan burung berkicau, dan menggunakan boat untuk menjelajahi setiap bagian hutan mangrove, serta menikmati makanan laut yang diperoleh dari kawasan mangrove Marine National Park Division 2001. 3. Ketebalan dan kerapatan mangrove dapat mempengaruhi sistem ekologi pada kawasan tersebut, termasuk keberadaan hewan lain seperti burung, kadal, ular, monyet, kepiting, udang dan beberapa moluska Hutabarat dkk. 2009. Bengen dan Retraubun 2006, jenis dan pertumbuhan hutan mangrove di PPK dibatasi oleh ketersediaan air tawar, pasokan sedimen bahan organik dari daratan dan jenis substrat pasir, sehingga jenis mangrove yang dominan adalah dari genus Avicennia api-api dan Sonneratia. Obyek wisata bahari lain yang berpotensi besar adalah wilayah pantai. Wilayah pantai menawarkan jasa dalam bentuk panorama pantai yang indah, tempat permandian yang bersih, serta tempat melakukan kegiatan berselancar air Dahuri 2003. Parameter yang digunakan untuk menilai kesesuaian pemanfaatan wisata bahari kategori rekreasi pantai, meliputi Hutabarat dkk. 2009: 1. Kondisi geologi pantai menyangkut tipe substrat pasir, lebih lebar, kemiringan pantai idealnya 25 o 2. Kondisi fisik menyangkut kedalaman perairan, kecepatan arus dan gelombang, kecerahan perairan dan ketersediaan air tawar maksimum 2 km Wong 1991. dan material dasar perairan pantai idealnya berpasir Wong 1991. 3. Kondisi biota menyangkut tutupan lahan pantai oleh tumbuhan dan keberadaan biota berbahaya menyangkut kenyamanan dan keselamatan wisatawan.

2.6. Daya Dukung Wisata Bahari