dan kabupaten, atau biaya lokasi yang lebih kecil akan memerlukan biaya yang kecil untuk melindungi atau mempertahankan keberadaannya. Kawasan
konservasi yang berukuran kecil dapat mendukung kehidupan lebih banyak jenis biota dengan relung yang berbeda-beda serta tidak merusak semua kawasan
konservasi secara bersamaan bila terjadi bencana. Kawasan konservasi yang berukuran besar menuntut adanya zonasi kawasan untuk dapat mendukung
pengelolaan yang efektif bagi pemanfaatan secara berkelanjutan. Adanya zonasi maka pemanfaatan sumberdaya alam dapat dikontrol secara efektif untuk
mencapai sasaran dan tujuan konservasi. Berdasarkan arah pengembangan pariwisata, kawasan PPK jenis-jenis zonasi yang umum digunakan dalam
pengembangan pariwisata adalah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2004:
1. Zona Intensif
, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk dapat menerima kunjungan dan tingkat kegiatan yang tinggi dengan memberikan ruang yang
luas untuk kegiatan dan kenyamanan pengunjung. Dalam zona ini dapat dikembangkan sarana dan prasarana fisik untuk pelayanan pariwisata yang
umumnya tidak melebihi 60 luas kawasan zonasi intensif dan memperhatikan daya dukung lingkungan.
2. Zona Ekstensif, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk menerima
kunjungan dan tingkat kegiatan terbatas, untuk menjaga kualitas karakter sumber daya alam. Dalam zona ini kegiatan pengunjung harus dapat dikontrol
dan pembangunan sarana dan prasarana terbatas hanya untuk pengunjung kegiatan, seperti jalan setapak, tempat istirahat, menara pandang, papan
penunjuk dan informasi.
3. Zona Perlindungan, yaitu suatu kawasan yang dirancang untuk tidak
menerima kunjungan dan kegiatan pariwisata. Kawasan ini biasanya merupakan kawasan yang menjadi sumber air bagi kawasan seluruh pulau,
atau memiliki kerentanan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
2.2. Karakteristik Pulau-Pulau Kecil
Defenisi pulau menurut UNCLOS 1982, Bab VIII pasal 121 ayat 1, bahwa “pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi oleh
air dan selalu beradamuncul di atas permukaan air pasang tertinggi” IHO, 1993
dalam Bengen dan Retraubun, 2006. Pulau-Pulau Kecil PPK adalah kumpulan pulau-pulau gugusan pulau yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi
ekologis, ekonomi, sosial dan budaya, baik secara individuial maupun secara sinergis dapat meningkatkan skala ekonomi dari pengelolaan sumberdayanya
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002. Berdasarkan luasnya, PPK small island
memiliki luas daratan beserta kesatuan ekosistemnya yakni lebih kecil dari atau sama dengan 2.000 km
2
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 10.000 km
2
Pulau kecil memiliki karakteristik biofisik yang menonjol, yaitu 1 terpisah dari habitat pulau induk mainland island, sehingga bersifat insulat; 2
sumber air tawar terbatas, dimana daerah tangkapan airnya relatif kecil; 3 peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan
manusia; 4 memiliki sejumlah jenis endemik yang bernilai ekologis tinggi. Karakteristik lingkungan yang berkaitan erat dengan proses terbentuknya pulau
serta posisi atau letak pulau tersebut, sehingga secara geologi pulau-pulau tersebut memiliki formasi struktur yang berbeda dan dalam proses selanjutnya pulau-pulau
tersebut juga akan memiliki kondisi yang spesifik Bengen dan Retraubun, 2006. Dari segi budaya, masyarakat pulau kecil mempunyai budaya yang berbeda
dengan pulau kontinen dan daratan Beller et al., 1990. Interaksi manusia dengan lingkungan terjadi dalam suatu bentuk pola tingkah laku yang terlembagakan,
kemudian menghasilkan sistem adaptasi yang terpola dan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yakni budaya. Selanjutnya budaya terkait dengan adaptasi
manusia terhadap lingkungannya melalui sistem teknologi matapencaharian dan pola pemukiman, yang keduanya disebut juga sebagai cultural core Bengen dan
Retraubun, 2006. Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002; Brookfield 1990 dalam Dahuri,
2003 dan berpenduduk di bawah 500.000 orang Hess, 1990 dalam Bengen dan Retraubun, 2006 atau lebih kecil dari 200.000 jiwa Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2002.
Pulau-pulau kecil sebagai bagian dari pembangunan kelautan memiliki potensi yang sangat besar untuk dikelola dengan baik. Pulau kecil memiliki
karakteristik biofisik yang menonjol, yaitu 1 terpisah dari habitat pulau induk mainland island, sehingga bersifat insulat; 2 sumber air tawar terbatas, dimana
daerah tangkapan airnya relatif kecil; 3 peka dan rentan terhadap pengaruh eksternal baik alami maupun akibat kegiatan manusia; 4 memiliki sejumlah jenis
endemik yang bernilai ekologis tinggi Bengen, 2002. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pulau-pulau kecil memiliki satu atau lebih ekosistem dan sumberdaya
pesisir. Ekosistem pesisir bersifat alamiah ataupun buatan man-made. Ekosistem alami pulau-pulau kecil, antara lain; terumbu karang coral reef, hutan mangrove,
padang lamun seagrass beds, pantai berpasir sandy beach, pantai berbatu rocky beach, formasi pescaprea, formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta.
Sedangkan ekosistem buatan, antara lain; kawasan pariwisata, kawasan budidaya mariculture dan kawasan permukiman Bengen, 2000.
Pulau-pulau kecil mempunyai keunikan, baik fisik, geografis, sumberdaya alam maupun masyarakatnya. Pulau-pulau kecil memiliki karakteristik yang
sangat rentan terhadap berbagai pengaruh eksternal dan aktivitas pembangunan, serta mempunyai keterbatasan baik sumberdaya alamnya maupun sumberdaya
manusianya. Selain itu, wilayah ini memiliki keterkaitan ekologis, sosial ekonomi dan sosial budaya dengan ekosistem di sekitarnya. Dengan alokasi ruang yang
didasarkan pada daya dukung ekologis, jaringan sosial budaya antara masyarakat dan integrasi kegiatan sosial ekonomi yang sudah berlangsung selama ini, akan
memberikan pilihan investasi yang tepat Dahuri, 1998. Beberapa karakteristik yang dijumpai di pulau-pulau kecil dapat
dikategorikan ke dalam aspek lingkungan hidup dan sosial-ekonomi-budaya. Karakteristik yang berkaitan dengan lingkungan hidup menurut Brookfield 1990
dalam Dahuri 2003 antara lain: 1. Pulau-pulau kecil memiliki daerah resapan catchment area yang sempit,
sehingga sumber air tanah yang tersedia sangat rentan terhadap pengaruh intrusi air laut, terkontaminasi akibat nitrifikasi dan kekeringan.
2. Pulau-pulau kecil memiliki daerah pesisir yang sangat terbuka, sehingga lingkungannya sangat mudah dipengaruhi oleh gelombang yang berasal dari
badai cyclone dan tsunami. 3. Spesies organisme yang hidup di pulau-pulau kecil pada umumnya bersifat
endemik dan perkembangannya lambat, sehingga mudah tersaingi oleh organisme tertentu yang datang dari luas pulau.
4. Pulau-pulau kecil memiliki sumberdaya alam terrestrial yang sangat terbatas, baik yang berkaitan dengan sumberdaya alam mineral, air tawar maupun
kehutanan dan pertanian. Karateristik yang berkaitan dengan faktor sosial-ekonomi-budaya
menurut Hein 1990 dalam Dahuri 2003 antara lain adalah: memiliki infrastruktur yang terbatas, pasar domestikdan sumberdaya alam kecil sehingga
iklim usahanya kurang kompetitif, kegiatan ekonomi sangat terspesialisasi, tergantung pada bantuan luar meskipun memiliki potensi sebagai tempat yang
posisinya bernilai strategis dan jumlah penduduk tidak banyak dan biasanya saling mengenal satu sama lain serta terikat dengan hubungan persaudaraan.
Selama ini pulau-pulau kecil kurang mendapat sentuhan pembangunan sehingga sebagian masyarakatnya relatif hidup dalam kemiskinan. Menurut
Retraubun 2000, rendahnya sentuhan pembangunan ini didasarkan atas: 1. Kebanyakan pulau-pulau kecil tidak berpenghuni karena ukurannya relatif
sangat kecil. 2. Kalaupun berpenghuni, jumlah penduduknya sangat sedikit sehingga tidak
menjadi prioritas utama. 3. Kawasan ini cenderung terisolasi sehingga diperlukan investasi yang besar
untuk membangun prasarana perhubungan laut. 4. Kurangnya kepastian perlindungan hak dan kepastian berusaha.
5. Pembangunan nasional yang selama ini lebih berorientasi ke darat. Meskipun demikian, pulau-pulau kecil memiliki potensi ekonomi yang
tinggi namun mempunyai karakteristik yang sangat rentan terhadap aktivitas ekonomi. Kesukaran atau ketidakmampuan untuk mencapai skala ekonomi yang
optimal dan menguntungkan dalam hal administrasi, usaha produksi dan transportasi turut menghambat pembangunan hampir semua pulau kecil di dunia.
Daya dukung sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang sangat terbatas. Aktivitas sosial dan ekonomi pulau-pulau kecil merupakan interaksi kawasan
daratan terrestrial dengan lingkungan laut, sehingga hampir semua bentuk aktivitas pembangunan akan berdampak negatif terhadap kualitas lingkungan.
Potensi kerusakan sumberdaya alam yang sangat tinggi seperti kenaikan permukaan laut, badai tsunami, dapat dengan mudah terjadi apabila kualitas
lingkungan sudah menurun. Pendekatan ekosistem dalam penataan ruang wilayah pulau dan gugus pulau harus berdasarkan daya dukung ekologis, jaringan sosial
budaya dan integrasi kegiatan sosial ekonomi Dahuri, 2003.
2.3. Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil.