Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

pelajaraannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa yang memaksakan kehendak dan tujuannya kepada mereka. 14 Peserta didik dalam pendidikan Islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat. 15 Menurut Samsul Nizar hakekat peserta didik adalah sebagai berikut: a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, melainkan ia memiliki dunianya sendiri. Hal ini perlu dipahami, agar perlakuan terhadap mereka dalam proses pendidikan tidak disamankan dengan pendidikan orang dewasa b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap- tahap perkembangan dan pertumbuhannya. Pemahaman ini perlu diketahui agar aktivitas pendidikan Islam dapat di sesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang umumnya dialami peserta didik. c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani. d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual, baik yang disebabkan faktor bawaan maupun lingkungan ia tinggal. e. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama; jasmaniah dan rohaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dapat dikembangkan melalui proses pembiasaan dan latihan. Sementara unsur rohani berkaitan dengan daya akal dan daya rasa. Daya akan dapat dikembangkan melalui proses intelektualisme yang menekankan pada ilmu-ilmu rasional, dan daya rasa dapat dikembangkan melalui pendidikan ibadah dan akhlak. f. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi firtrah yang perlu dikembangkan secara terpadu. Fungsi 14 Abdul Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada: 2011 cet II h. 113 15 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2010 cet I, h. 173 pendidikan dalam hal ini adalah membantu dan membimbing peserta didik agar dapat mengembangkan dan mengarahkan potensi yang dimilikinya, sesuai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tanpa harus mengabaikan fungsi-fungsi kemanusiannya. 16 Sedangkan menurut Hasan Basri hakekat peserta didik adalah : a. Peserta didik adalah darah daging sendiri, orang tua adalah pendidik bagi anak-anaknya maka semua keturunannya menjadi peserta didiknya di dalam keluarga. b. Peserta didik adalah semua anak yang berada dalam bimbingan pendidik di lembaga pendidikan formal maupun nonformal, seperti di sekolah, pondok pesantren, tempat pelatihan, sekolah keterampilan, tempat pengajian anak-anak seperti TPA, majelis taklim, dan sejenis. c. Peserta didik secara khusus adalah orang-orang yang belajar di lembaga pendidikan tertentu yang menerima bimbingan, pengarahan, nasehat, pembelajaran, dan berbagai hal yang berkaitan dengan proses kependidikan. Beliau juga membagi peserta didik berdasarkan sifat-sifatnya yang berbeda, yaitu : a. Peserta didik yang belum mengerti apa pun tentang ilmu pengetahuan atau peserta didik yang hanya mengenal sesuatu, tetapi belum mengerti dan memahami sesuatu. Peserta didik yang duduk di taman kanak- kanak atau sekolah dasar sesungguhnya sebagai peserta didik yang belum mengerti dan memahami sesuatu, bahkan huruf pun belum mengenal. b. Peserta didik yang baru mengenal dan mengetahui tetapi belum begitu memahami ilmu pengetahuan yang dimaksudkan. c. Peserta didik yang sudah mengenal, mengetahui, memahami, tetapi belum mengamalkannya dalam kehidupan 16 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teorotis dan Praktis Jakarta, Ciputat Pers: 2002 cet I, h. 48-50 d. Peserta didik yang telah memahami ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam kehidupan. 17 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya persepsi siswa adalah suatu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh siswa menggunakan alat indera terhadap stimulus yang didapatkan di lingkungan belajar mereka.

B. Nilai Pendidikan Akhlak

1. Pengertian Nilai

Segala sesuatu yang ada dalam semesta, langsung atau tak langsung, disadari maupun tidak disadari manusia mengandung nilai. 18 Secara umum, ruang lingkup pengertian nilai adalah tak terbatas. Segala sesuatu dalam alam raya adalah bernilai. Nilai seluas potensi kesadaran manusia. Variasi kesadaran manusia sesuai dengan individualitas dan keunikan kepribadiannya. Semua adalah perwujudan kesadaan nilai dalam masing-masing pribadi. 19 Sjarkawi mendefinisikan nilai dari segi bahasa, nilai atau value bahasa inggris atau valare bahasa latin berarti berguna, mampu, berdaya berlaku dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan dapat menjadi objek kepentingan. 20 Nilai-nilai sedemikian universal dan tak terbatas. Tetapi ada pula orang yang membatasi nilai-nilai dalam arti-arti tertentu, yakni sebagai norma tertentu. Definisi nilai sendiri menurut Richard Eyre adalah: Yang dimaksud dengan nilai adalah standar-standar perbuatan dan sikap yang menentukan siapa kita, bagaimana kita hidup, dan bagaimana kita meperlakukan orang lain. Tentu saja, nilai-nilai yang lebih baik bisa menjadikan orang lebih baik, hidup lebih baik, dan memperlakukan orang lain secara lebih baik. Sedangkan yang dimaksudkan dengan moralitas adalah perilaku yang diyakini banyak orang sebagai benar dan sudah terbukti tidak menyusahkan orang lain, bahkan sebaliknya. 21 17 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, CV Pustaka Setia: 2009, cet I, h. 90 18 Muhammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya, Usaha Nasional: 1988 cet IV h. 130 19 Ibid, h. 130-131 20 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak ; Peran Moral Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, cet I h. 29 21 Sutardjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter: Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta, RajaGrafindo Persada: 2012 cet I h. 57 Steeman sendiri mendefinisikan nilai sebagai berikut: Nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada hubungan yang amat erat antara nilai dan etika. 22 Nilai merupakan preferensi yang tercermin dari prilaku seseorang, sehingga seseorang akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu tergantung pada sistem nilai yang dipegangnya. 23 Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan keluhuran budi serta akan menjadi sesuatu yang dapat dihargai dan dijunjung tinggi. 24 Dalam pandangan Kalven nilai mempunyai peranan begitu penting dan banyak di dalam hidup manusia, sebab nilai selain sebagai pegangan hidup, menjadi pedoman penyelesaian konflik, memotivasi dan mengarahkan hidup manusia. 25 Menilai berarti menimbang-nimbang dan membandingkan sesuatu dengan yang lainnya untuk kemudian mengambil sikap atau keputusan. Hasil pertimbangan itulah yang disebut nilai. 26

2. Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan adalah bagian dari proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. 27 Pendidikan berasal dari kata didik, yaitu memelihara dan memberi latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan ialah proses membimbing manusia dari kegelapan, kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas pendidikan baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia tempat mereka hidup 28 . Sedangkan pendidikan dalam perspektif Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan pada ajaran Islam. Karena ajaran Islam berdasarkan al-Qur’an, Sunnah, 22 Sjarkawi, op.cit, h. 56 23 Ibid 24 Ibid 57 25 Ibid, h. 59 26 Muhammad Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, Jakarta, RajaGrafindo Persada: 2002 cet I h. 187 27 Fadillah Suralaga, op.cit, h. 39 28 Ibid, hal 21