Pendekatan Kontekstual Deskripsi Teoritik

11 dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Pendekatan ini selaras dengan konsep KBK yang sedang diberlakukan saat ini. Kehadiran KBK juga dilandasi oleh pemikiran bahwa berbagai kompetensi akan terbangun secara mantap dan maksimal apabila pembelajaran dilakukan secara kontekstual, yaitu pembelajaran yang di dukung situasi dalam kehidupan nyata. 8 Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kontekstual dipengaruhi oleh berbagai factor yang sangat erat kaitannya. Factor- faktor tersebut bisa datang dari diri peserta didik internal, dan dari luar dirinya atau dari lingkungan di sekitarnya eksternal. Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontektual. a Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada activating learning. b Pemerolehan pengetahuan yang sudah ada acquiring knowledge dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. c Pemahaman pengetahuan understanding knowledge, yaitu dengan cara menyusun 1 hipotesis 2 melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan validasi dan atas dasar tanggapan itu 3 konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. d Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut applaying knowledge. e Melakukan refleksi reflecting knowledge terhadap strategi pengetahuan tersebut. 9 8 Masnur Muslich. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,Jakarta, PT Bumi Aksara 2007, h, 41 9 Prof. Dr. Hamid Garmadi, M.Pd, Kemampuan Dasar Mengajar Landasan dan Konep Implementasi Bandung; Alfabeta 2009, h, 154 12 b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunnyai karakteristik sebagai berikut. a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah learning in real life setting. b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna meaningful learning. c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa learning by doing. d. Pembelajaran dilaksanankan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman learning in a group. e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam learning to know each other deepl f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif dan mementingkan kerja sama learning to ask, to inquiry, to work together g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan learning as an enjoy activity. 10 Secara sederhana Nurhadi 2002 mendeskripsikan karakteristik pembelajaran kontekstual dengan cara menderetkan sepuluh kata kunci, yaitu: 1. Kerja sama, 2. Saling menunjang, 3. Menyenangkan, tidak membosankan 10 Masnur Muslich. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,Jakarta, PT Bumi Aksara 2007, h, 42 13 4. Belajar dengan gairah, 5. Pembelajaran terintegrasi, 6. Menggunakan berbagai sumber, 7. Siswa aktif, 8. Sharing dengan teman, 9. Siswa kritis, dan 10. Guru kreatif 11 c. Prinsip Dasar Setiap Komponen Utama CTL Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pangetahuan bukan diperoleh dari informasi yang diberikan oleh orang lain termasuk guru, akan tetapi dari proses menemukan dan mengkontrusinya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan sengaja keunikannya. Siswa adalah organisme yang aktif yang memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya sendiri. Kalaupun guru memberikan informasi kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu agar lebih bermakna untuk kehidupan mereka. CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 komponen. Komponen-komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Selanjutnya ketujuh komponen ini akan diuraikan di bawah ini. 12 1 Konstruktivisme construktivisme. Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldawin dan dikembangkan oleh Jean Piaget menganggap bahwa pengetahuan itu terbentuk bukan hanya dari 11 Ibid h, 43 12 Kunandar, S.pd., M.Si. Guru Profesional, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada h, 305 14 objek semata, tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang diamatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Untuk lebih jauhnya Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut: a Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. b Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. c Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. 13 2 Menemukan inquiry. Inquiry adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak secara mekanis. Melalui proses mental itulah, diharapkkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental emosional, maupun pribadinya. Berbagai topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui proses inkuiri. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: 13 Ibid, h,307 15 a Merumuskan masalah. b Mengamati atau melakukan observasi c Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, bagan., tabel, dan lainnya. d Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada teman sekelas, guru atau audien yang lain. 14 3 Bertanya Questioning. Bertanya adalah induk dari strategi pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: a Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran. b Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. c Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu. d Memfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan. e Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu. 15 14 Ibid, h, 309-310 15 Ibid, h, 310-311 16 4 Masyarakat-belajar learning community. Dalam masyarakat belajar hasil pembelajaran diperoleh dari bekerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antar mereka yang tahu ke mereka yang belum tahu. Berbicara dan berbagi pengalaman dengan yang lain, bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan diri sendiri. 16 5 Pemodelan modelling. Pemodelan adalah proses pembelajaran degan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya, guru memberikan contoh bagaiman menjadi orang yang selalu melakukan akhlak terpuji. Proses pemodelan tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya didepan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Pemodelan merupakan komponen yang cukup penting dalam pembelajaran yang teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. 17 6 Refleksi reflection. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang diterima. 18 16 Ibid, h, 311 17 Ibid, h, 313 18 Ibid, h, 314 17 7 Penilaian Sebenarnya authentic assessment. Autentik assessemen adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Assessemen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran pada perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Melakukan penilaian yang sebenarnya, dari berbagai sumber dan dengan berbagai cara. Data kemajuan siswa dapat diperoleh dari partisipasi setiap siswa dalam kerja kelompok, lembar pengumpulan data deskriptif, dan cara siswa mempresentasikan temuanya. Suatu kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. 19

II. Penggunaan Ctl Dalam Pembelajaran Matematika

Menurut Howadr Tanner bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan pada dasarnya memiliki karakteristik individualistic dan social secara bersama-sama. Kreativitas dan peningkatan keampuan aturan guru untuk menjabatani antara penjelasan yang berdasarkan pengetahuan matematika, individual siswa dan situasi social yang mendukung dalam mengembangkan pembelajaran matematika yang mana akan siswa temukan dan siswa butuhkan untuk kehidupan mereka pada saat sekarang maupun pada saat mereka dewasa. Pembelajaran matematika dirasakan sebagai suatu jendela untuk melihat dunia luar sebagai bentuk bagaimana menemukan solusi untuk penyelesaian masalah. 20 Matematika adalah subjek yang sulit untuk di pelajari juga bahkan lebih sulit untuk diajarkan.”mathematics is a difficult subject of learn,and an even more difficult subject to teach well. Matematika sulit 19 Ibid, h,315 20 Gelar, Dwirahayu, Munasprianto Ramli, Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Tangerang; Project Implementation Committe, 2007 h, 87 18 sebab matematika berupa problem solving artinya bahwa matematika harus dapat menyelesaikan permasalah pada suatu situasi tertentu yang tidak dapat diselesaikan secara singkat melalui proses yang rutin. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pelajaran matematika merupakan ilmu terstruktur, jadi penyampaian materi harus berdasarkan pada usia pendidikannya. Jika siswa yang masih di tingkat dasar sudah di berikan konsep tingkat tinggi maka mereka tidak akan memahami konsep yang disajikan.sebagaimana diungkapakan oleh piaget bahwa ada empat tahap perkembangan kongnitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis menurut usia kalender yaitu: 1. Tahap sensori motor, dari lahir sampai usia 2 tahun. 2. Tahap pra operasi dari umur sekitar dua tahun sampai umur sekitar 7 tahun. 3. Tahap operasi kongkrit, dari sekitar umur 7 tahun sampai dengan sekitar umur 11 tahun. 4. Tahap operasi formal, dari sekitar umur 11 tahun keatas. 21 Menurut Elain B. Johnson 2006 bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contekstual Teaching and Learning CTL dianggap sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran matematika, artinya bagian-bagian dalam pembelajaran matematika jika digabungka akan menghasilkan pemahaman matematika yang lebih optimal. 22 Sejalan dengan hal tersebut Elain B. Johnson 2006 menambahkan bahwa ada tiga prinsip dalam pendidikan yaitu, Pertama, belajar menghasilkan perubahan perilakuanak didik yang relative permanent, artinya bahwa penggiat pendidikan dalam hal ini guru adalah sebagai pelaku perubahan. Kedua, anak didik memiliki potensi, gandrung, dan dan kemampuan yang merupakan benih kodrati untuk ditumbuh kembangkan tanpa henti. Proses belajar mengajar demikian 21 Ibid, h, 88 22 Elaine B, Johnson, Ph.D, Contextual Teaching Learning “menjadikan kegiatan belajar- mengajar mengasyikkan dan bermakna ”, Bandung: Kaifa, 200, h. 18 19 diungkapkan sebagai optimalisasi potensi diri sehingga dicapailah kualitas yang ideal apabila tidak dikatakan sempurrna dan relative permanent. Ketiga, perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami linear sejalan proses kehidupan. 23 Pembelajaran matematika yang dianggap sulit maka kita harus disampaikan. Siswa akan lebih mudah memahami konsep jika dibarengi dengan menggunakan konteks yang sesuai. Menentukan konteks dalam pembelajaran matematika tidak harus diambil dari dunia nyata, konteks dalam memahami matematika bisa menggunakan symbol-simbol yang telah difahami atau diketahui oleh siswa sebelumnya. Seiring dengan diberlakukannya kurikulum baru yaitu Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan KTSP dimana salah satu cirinya adalah menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Namun pada kenyataannya guru masih mendominasi pembelajaran di kelas. Guru kurang memiliki kreativitas dalam mengembangkan proses belajar mengajar, guru cenderung mengajarkan dengan menggunakan metode tradisional. Guru menjelaskan materi pelajaran matematika dengan memperkenalkan aturah-aturan baku atau bahkan rumus-rumus dalam menjelaskan matematika, selanjutnya siswa diberikan latihan soal yang harus diselesaikan matematika, selanjutnya siswa diberikan latihan soal yang harus dselesaikan dengan cara yang telah disamaikan oleh guru.

III. Model Inkuiri

a Pengertian dan Karakteristik Model Inkuiri Inquiry berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang berarti penyelidikan. Carin dan Sund 1975 mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of investigating a problem. Adapun Piaget mengemukakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin 23 Ibid, h, 18 20 melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. 24 Menurut Hacket, inkuiri digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran scientific inquiry oleh guru dan sebagai materi pembelajaran sains science as inquiry yang harus dipahami dan mampu dilakukan oleh siswa. 25 Inkuiri sebenarnya berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan eksperiment untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis. Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan- kecakapan intelektual kecakapan berfikir terkait dngan proses-proses berfikir reflektif. Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservassi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan 24 Dr. E. Mulyasa, M.Pd., Menjadi Guru Profsional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010,cet.1, h.108 25 Mohammad Jauhar, s.pd, Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstruktivistik, Jakarta : Prestasi Pustaka 2011, cet 1, h.65