0.6 Ukuran panjang ikan layang

Tabel 14 Penentuan DPI layang potensial berdasarkan ukuran panjang ikan No DPI Rata-rata TL cm Lm cm Kategori Skor 1 Pulo Beras 17,32 21,2 Tidak Layak 1 2 Sabang 17,39 21,2 Tidak Layak 1 3 Pulo Nasi 17,17 21,2 Tidak Layak 1 4 Lhok Nga 17,43 21,2 Tidak Layak 1 5 Laot Aceh 17,20 21,2 Tidak Layak 1 6 Peukan Bada 17,21 21,2 Tidak Layak 1 Berdasarkan Tabel 14 terlihat jelas bahwa ukuran panjang ikan layang yang tertangkap dengan menggunakan purse seine pada ke enam daerah penangkapan ikan termasuk ke dalam kategori tidak layak untuk ditangkap, dimana ukuran ikan layang yang ditangkap lebih kecil dari length of maturity Lm, dengan kata lain ikan layang tersebut masih pada tahap juvenil atau remaja. 3 SPL Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh rata-rata SPL pada masing- masing daerah penangkapan ikan layang selama bulan Januari sampai Maret 2012 disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Penentuan DPI layang potensial berdasarkan SPL No DPI Rata-rata SPL o C Kategori Skor 1 Pulo Beras 28,18 Optimum 5 2 Sabang 28,41 Optimum 5 3 Pulo Nasi 28,43 Optimum 5 4 Lhok Nga 28,77 Optimum 5 5 Laot Aceh 28,63 Optimum 5 6 Peukan Bada 28,69 Optimum 5 Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa SPL pada semua daerah penangkapan memiliki kondisi yang optimum untuk kehidupan ikan layang. Hal ini menjadikan lokasi semua lokasi daerah penangkapan di perairan Utara Aceh memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan daerah penangkapan ikan layang potensial. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanin 1984 yang mengatakan Suhu optimum ikan layang yang menjadi tujuan penangkapan adalah sekitar 20-30 o C. 4 Klorofil-a Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh konsentrasi klorofil-a pada masing-masing daerah penangkapan ikan layang selama bulan Januari sampai Maret 2012 disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Penentuan DPI layang potensial berdasarkan klorofil-a No DPI Rata-rata Klorofil-a mgm3 Kategori Skor 1 Pulo Beras 0,33 Sedang 3 2 Sabang 0,42 Sedang 3 3 Pulo Nasi 0,31 Sedang 3 4 Lhok Nga 0,22 Rendah 1 5 Laot Aceh 0,42 Sedang 3 6 Peukan Bada 0,30 Rendah 1 Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a pada semua daerah penangkapan ikan layang bervariasi yaitu termasuk kedalam kategori sedang dan rendah. Daerah penangkapan ikan layang yang termasuk ke dalam kategori sedang yaitu Pulo Beras, Sabang, Pulo Nasi dan Laot Aceh, sedangkan Lhok Nga dan Peukan Bada termasuk ke dalam kategori rendah. Penentuan nilai bobot dilakukan dengan menggabungkan nilai yang diperoleh dari ke empat kategori diatas hasil tangkapan ikan layang, ukuran panjang ikan layang, SPL dan klorofil-a pada setiap daerah penangkapan. Dari hasil penggabungan nilai bobot, maka selanjutnya akan diperoleh daerah penangkapan yang tergolong kedalam daerah tinggi potensial, sedang potensial dan rendah potensial. Berdasarkan Tabel 17 terlihat dari enam daerah penangkapan ikan layang hanya satu daerah penangkapan saja yang masuk ke dalam kategori daerah sedang potensial yaitu Pulo Beras dengan nilai bobot yaitu 14. Sedangkan yang lainnya masuk ke dalam kategori daerah kurang potensial, dengan nilai bobot yang dihasilkan untuk daerah penangkapan Sabang yaitu 10, untuk daerah penangkapan Pulo Nasi yaitu 10, untuk daerah penangkapan Laot Aceh 10 dan untuk daerah penangkapan Lhok Nga dan Peukan Bada yaitu 8. Adapun peta pendugaan daerah penangkapan ikan layang potensial pada periode Januari-Maret 2012 dapat dilihat pada Gambar 25.