Klorofil-a Penginderaan Jauh .1 Sistem penginderaan jauh

1966. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografis suatu perairan. Menurut Nybakken 1992, plankton memiliki peranan penting dalam ekosistem laut karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Pada ekosistem laut, tipe jejaring makanan yang umum terjadi membentuk limas pakan food pyramid. Hal ini diakibatkan oleh semakin bergerak ketingkat lebih tinggi, perpindahan senyawa organik yang terjadi berlangsung tidak efisien. Nontji 2005 memperkirakan bahwa tingkat efisiensi perpindahan senyawa organik dari satu tingkat ke tingkat diatasnya hanya sekitar 10 saja dan 90 lainnya hilang sebagai energi panas Gambar 6. Pada tipe rantai makanan lautan, produsen pertama dimulai dari tumbuhan hijau atau fitoplankton, yang selanjutnya akan dimakan oleh konsumen pertama sampai kepada konsumen tertinggi Gambar 7. Atas : Limas pakan food pyramid. PP = Produsen primer berupa fitoplankton. H = Herbivora berupa zooplankton. K1 = Karnivora pertama berupa ikan-ikan kecil. H2 = Karnivora kedua berupa ikan-ikan yang lebih besar. K3 = Karnivora ketiga berupa ikan besar. Sumber: Nontji 2005 Gambar 6 Piramida makanan pada ekosistem laut. Fitoplankton Zooplankton Karnivora I Karnivora II Karnivora III Sumber: Nybakken 1992 Gambar 7 Rantai makanan di lautan. K3 K2 K1 H PP Laju produktivitas primer di lingkungan laut ditentukan oleh berbagai faktor fisika. Faktor fisika utama yang mengontrol produksi fitoplankton di perairan eutropik adalah pencampuran vertikal, penetrasi cahaya di kolom air, dan laju tenggelam fitoplankton Gabric dan Parslow 1989. Selanjutnya, laju produktivitas primer di laut juga dipengaruhi oleh sistem angin muson. Hal ini berhubungan dengan daerah asal massa air diperoleh. Dari pengamatan sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Indonesia diperoleh bahwa konsentrasi klorofil-a yang tertinggi dijumpai pada muson tenggara. Pada saat tersebut terjadi upwelling di beberapa perairan, terutama di perairan Indonesia Timur, sedangkan klorofil-a terendah dijumpai pada muson barat laut. Pada saat itu di perairan Indonesia tidak terjadi upwelling dalam skala yang besar sehingga nilai konsentrasi nutrien di perairan lebih kecil Amri 2002. Asikin 1971 mengatakan bahwa migrasi ikan layang secara langsung dipengaruhi oleh migrasi missal fitoplankton yang kemudian diikuti oleh zooplankton. Biasanya pada daerah yang kaya fitoplankton dan zooplankton, keberadaan ikan sangat melimpah. Suwargana et al. 2002 menjelaskan bahwa kajian mengenai hubungan antara sebaran klorofil-a dan ikan pelagis dengan beberapa parameter oseanografi fisika, kimia dan biologi sangat penting untuk diketahui guna mengidentifikasi parameter fisika-kimia yang memiliki peranan besar terhadap sebaran klorofil-a pada musim tertentu. Selain itu, kajian ini juga penting untuk mengetahui karakteristik massa air di daerah itu. Informasi itu dapat dimanfaatkan dalam upaya pengembangan pengelolaan sumber daya perairan, khususnya, bagi industri penangkapan dan juga dapat digunakan untuk memudahkan dalam menentukan daerah penangkapan pada musim tertentu.

2.5 Alat Tangkap Purse Seine

Secara umum kapal-kapal yang mendaratkan hasil tangkapan ikan layang di Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Lampulo adalah dari jenis armada purse seine. Purse seine adalah jenis alat tangkap yang khusus digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang bersifat pelagic schoaling species, yang ikan-ikan tersebut membentuk gerombolan shoal serta berada di dekat permukaan air Ayodhyoa 1981. Layang bersifat suka hidup bergerombol. Cara hidup yang demikian ini dimanfaatkan oleh nelayan untuk melakukan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap purse seine. Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah alat tangkap purse seine. Menurut Ayodhyoa 1981 prinsip penangkapan ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, lalu jaring bagian bawah dikerutkan sehingga ikan-ikan terkumpul pada bagian kantong. Dengan kata lain, diperkecilnya ruang gerak ikan sehingga akhirnya ikan tertangkap. Jadi, mata jaring hanyalah sebagai penghadang ikan dan bukan sebagai penjerat. Pukat cincin purse seine di Aceh memiliki panjang antara 600-1350 m, dan lebarnya rata-rata 60-85 m. Badan purse seine terdiri dari lima bagian, setiap bagian memiliki ukuran mata mesh size yang berbeda. Panjang dari setiap bagian purse seine adalah 50 m Gambar 8. Srampad selvage yang dipasang pada bagian atas, samping kirikanan dan bawah dari badan purse seine yang bertujuan untuk memperkuat purse seine pada waktu dioperasikan terutama pada saat hauling. Selvage ini terbuat dari bahan polyethylene ukuran mata 2 inci, di bagian atas 10 mata, samping kirikanan 20 mata dan bawah 15 mata. Bentuk tali kang tali ring adalah kaki tunggal yang berfungsi untuk mengantungkan cincin pada tali ris bawah. Tali ris ini terbuat dari bahan polyethylene dengan diameter 15 mm dan panjangnya 100 cm. Tali kolor purse line digunakan untuk mengerutkan purse seine bagian bawah pada waktu hauling setelah purse seine selesai dilingkarkan. Dengan terkumpulnya ring, maka purse seine bagian bawah akan terkumpul menjadi satu dan purse seine berbentuk seperti mangkuk. Panjang tali kolor ini 1,5 kali lebih panjang daripada purse seine, umumnya tali tersebut terbuat dari bahan polyethylene dan kuralon berwarna putih dengan diameter 35 mm Gambar 8. Pelampung yang digunakan terbuat dari polyvinil chlorida berwarna putih atau coklat dengan diameter 12 cm, panjangnya ± 20 cm, berbentuk lonjong yang dipasang pada tali ris atas dengan jarak antar pelampung 35-40 cm. Pemberat yang digunakan terbuat dari timah dan cincin yang digantung dengan tali kang yang berfungsi sebagai tempat lewatnya tali kolor purse line sewaktu hauling agar purse seine bagian bawah terkumpul. Cincin ini terbuat dari besi putih atau