Hubungan SPL dan Klorofil-a terhadap Hasil Tangkapan dan Ukuran
karena variasi suhu yang terjadi masih dapat ditolerir oleh ikan yang ada di perairan Utara Aceh, sehingga ikan-ikan tersebut tidak perlu bermigrasi akibat
perubahan suhu yang terjadi.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan ukuran panjang ikan terhadap SPL diperoleh bahwa ikan pada ukuran tertentu menyukai
suhu pada kisaran tertentu pula. Hasil penelitian Silvia 2009 terlihat bahwa SPL berpengaruh terhadap ukuran ikan cakalang, dimana ikan cakalang yang
berukuran kecil lebih menyukai suhu yang hangat dan ikan cakalang yang berukuran besar lebih menyukai suhu yang lebih panas. Akan tetapi pada
penelitian ini tidak dijumpai kisaran berapa yang disukai oleh ikan layang dengan ukuran tertentu. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini ukuran panjang ikan
layang yang tertangkap memiliki ukuran yang relatif sama dan termasuk kedalam ukuran yang tidak layak tangkap. Atas dasar inilah diperlukan suatu pengelolaan
yang serius baik dari masyarakat atau pun pemerintah setempat untuk penanggulangan terjadinya usaha tangkapan ikan yang berlebih over fishing
dengan ukuran panjang yang tidak layak tangkap demi menjaga keberlangsungan adanya populasi ikan di perairan Utara Aceh.
Berdasarkan Gambar 12 terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a pada perairan Utara Aceh berada pada kisaran 0,2 mgm
3
. Kisaran ini cukup memadai bagi suatu perairan, sehingga walaupun ada fluktuasi klorofil-a yang terjadi di
suatu perairan tidak akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gower 1992, yang menjelaskan bahwa konsentrasi dari
pigmen-pigmen klorofil-a di perairan dapat dikaitkan dengan produksi ikan, dimana konsentrasi klorofil-a 0,2 mgm
3
menunjukkan kehidupan fitoplankton memadai untuk menopang atau mempertahankan kelangsungan perkembangan
perikanan komersial. Klorofil sebesar 0,2 mgm
3
mampu menunjang untuk penangkapan ikan dalam skala ekonomis Anonim 2003 dalam Almuas 2005.
Safruddin dan Zainuddin 2008 juga berpendapat bahwa keberadaan konsentrasi klorofil-a sebesar 0,2 mgm
3
mengindikasikan keberadaan plankton yang cukup untuk menjadi kelangsungan hidup ikan-ikan ekonomis penting.
Dalam kontek hubungan antara klorofil-a terhadap hasil tangkapan, disini konsentrasi klorofil yang terdapat di suatu perairan tidak akan langsung
mempengaruhi keberadaan jumlah ikan yang berada pada perairan tersebut. Hal ini dikarenakan adanya lag atau waktu dimana konsentrasi klorofil yang terdapat
di suatu perairan akan mengalami suatu proses terlebih dahulu yakni fitoplankton terlebih dahulu dimakan oleh zooplankton, crustacea kecil juvenil serta ikan
kecil, dan selanjutnya dimakan oleh tingkat tropik diatasnya yaitu ikan-ikan besar, dimana hal tersebut nantinya akan berdampak pada keberadaan ikan stok pada
suatu perairan.
Untuk melihat lag atau waktu yang terjadi selama pemindahan senyawa organik dari fitoplankton klorofil sampai kepada tingkat trofik pemangsa
digunakan analisis korelasi runut waktu time series. Hasil yang diperoleh melalui analisis cross correlation adalah tidak terlihat lag atau waktu dimana
konsentrasi klorofil-a akan berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan. Hal ini kemungkinan besar terjadi karena sedikitnya waktu penelitian yang dilakukan
yakni hanya tiga bulan Januari-Maret 2012 sehingga tidak terlihat jelas kapan waktu klorofil-a akan mempengaruhi hasil tangkapan ikan layang, dan juga
konsentrasi klorofil-a selama penelitian yang ada di perairan utara Aceh sudah termasuk kepada kategori cukup 0,2 mgm
3
untuk memenuhi kehidupan organisme laut. Time lag yang erat kaitannya dengan rantai makanan pada
perairan Utara Aceh akan terlihat pengaruhnya terhadap jumlah hasil tangkapan ikan layang diduga akan terjadi pada bulan-bulan berikutnya dimana dibutuhkan
waktu untuk memindahkan senyawa organik dari fitoplankton ke tingkat tropik yang lebih tinggi Gambar 26.
Time lag berkaitan dengan migrasi yang dilakukan oleh ikan-ikan kecil. Pada saat konsentrasi klorofil-a tinggi berarti perairan tersebut mengandung
banyak fitoplankton. Fitoplankton yang melimpah di perairan menjadikan perairan tersebut menjadi daerah untuk melakukan pemijahan spawning bagi ikan-ikan
kecil. Selanjutnya setelah memijah ikan tersebut melakukan pertumbuhan dan akhirnya dewasa Simbolon 2009.
Gambar 26 Grafik korelasi silang antara klorofil-a dan hasil tangkapan. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana
diperoleh nilai korelasi r dan koefisien determinasi R
2
untuk masing-masing variabel. Pengaruh variabel SPL terhadap hasil tangkapan ikan layang bulan
Januari-Maret 2012 diperoleh koefisien korelasi R sebesar 0,087 dan Koefisien determinasi R
2
atau R Square sebesar 0,008 yang digunakan untuk mengetahui persentase pengaruh variabel independent SPL terhadap variabel dependent
hasil tangkapan. Pengaruh variabel independent terhadap perubahan variabel dependent adalah 0,8 sedangkan sisanya yaitu 99,2 dipengaruhi oleh variabel
lain selain SPL Lampiran 11. Persamaan regresi yang diperoleh dari perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:
Y = 769,569 – 11,564X Pengaruh variabel SPL terhadap variabel ukuran panjang ikan layang
bulan Januari-Maret 2012 diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,050 dengan koefisien determinasi R
2
atau R Square sebesar 0,002. Pengaruh variabel independent SPL terhadap variabel dependent ukuran panjang adalah 0,2
sedangkan sisanya yaitu 99,8 dipengaruhi oleh variabel lain selain SPL dan klorofil-a Lampiran 12. Persamaan regresi yang diperoleh dari perhitungan
tersebut adalah sebagai berikut:
Y= 17,486 – 0,025X
Dari kedua persamaan regresi linier sederhana diatas menunjukkan bahwa hubungan SPL terhadap hasil tangkapan dan ukuran panjang ikan layang
mempunyai hubungan yang negatif atau tidak erat, dengan kata lain SPL tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan dan ukuran panjang ikan layang.
Pengaruh klorofil-a terhadap hasil tangkapan bulan Januari-Maret 2012 diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,062 dan koefisien determinasi R
2
atau R Square sebesar 0,004. Pengaruh variabel independent klorofil-a terhadap
perubahan variabel dependent hasil tangkapan adalah 0,4 sedangkan sisanya yaitu 99,6 dipengaruhi oleh variabel lain selain klorofil-a Lampiran 13.
Persamaan regresi yang diperoleh dari perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:
Y = 470,030 – 119,742X
Pengaruh klorofil-a terhadap ukuran panjang ikan layang bulan Januari- Maret 2012 diperoleh koefisien korelasi r sebesar 0,002 dengan koefisien
determinasi R
2
atau R Square sebesar 0,000. Pengaruh variabel independent klorofil-a terhadap variabel dependent ukuran panjang adalah 100
dipengaruhi oleh variabel lain selain klorofil-a Lampiran 14. Persamaan regresi yang diperoleh dari perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:
Y= 16,795 – 0,013X
Dari kedua persamaan regresi diatas menunjukkan bahwa klorofil-a mempunyai hubungan yang negatif terhadap hasil tangkapan dan ukuran panjang
ikan layang. Hal ini menunjukkan bahwa klorofil-a tidak memiliki hubungan yang nyataerat terhadap hasil tangkapan dan ukuran panjang ikan layang.