Suhu permukaan laut SPL
yang ada Laevestu dan Hela 1970. Selanjutnya, dikatakan bahwa perubahan suhu perairan yang sangat kecil ±0,02
o
C dapat menyebabkan perubahan densitas populasi ikan di suatu perairan. Lavestu dan Hayes 1981 juga mengatakan
bahwa ikan-ikan pelagis tertentu akan bergerak menghindari suhu yang lebih tinggi atau mencari daerah yang kondisi suhunya lebih rendah.
Sverdrup et al. 1961 menyatakan bahwa pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut berakibat dalam hal laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan
dan proses fisiologis hewan, khususnya aktivitas metabolisme dan siklus reproduksi. Menurut Laevastu 1993, pengaruh suhu terhadap ikan dapat
mempengaruhi proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan
syaraf.
Suhu air laut di lapisan permukaan sangat dipengaruhi oleh jumlah cahaya yang diterima dari sinar matahari. Menurut Laevastu dan Hela 1970 perubahan
SPL, selain disebabkan oleh jumlah cahaya yang diterima dari matahari, juga dipengaruhi oleh keadaan alam dan lingkungan sekitar di daerah perairan tersebut.
Pengaruh arus, keadaan awan, penaikan massa air dan pencairan es di kutub juga mempengaruhi suhu di permukaan laut.
Suhu perairan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan aktivitas, mobilitas, gerakan ruaya, penyebaran, kelimpahan penggerombolan, maturasi,
fekunditas, dan pemijahan masa inkubasi, penetasan telur serta kelulusan hidup larva ikan Gastellu dan Mardio 1983. Suhu perairan sangat berpengaruh secara
langsung terhadap kehidupan sumberdaya hayati laut. Pengaruh tersebut meliputi laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologis hewan, khususnya
metabolisme dan siklus reproduksi Amri 2002. Menurut Nontji 1993, data suhu perairan dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala
fisika di dalam wilayah perairan tersebut, melainkan dapat juga digunakan untuk mempelajari kehidupan hewan dan tumbuhan yang menempatinya.
Suhu dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menduga keberadaan organisme di suatu perairan, khususnya ikan. Tinggi rendahnya SPL pada suatu
perairan, terutama, dipengaruhi oleh radiasi matahari. Perubahan intensitas cahaya
akan mengakibatkan terjadinya perubahan suhu air laut, baik secara horizontal, mingguan, bulanan maupun tahunan Laevestu dan Hela 1970.
Harsanugraha dan Parwati 1996 menyatakan ada dua cara untuk menentukan SPL, yaitu pertama metode perkiraan estimasi dengan
memanfaatkan wahana satelit penginderaan jauh dan kedua metode pengukuran langsung konvensional dengan menggunakan alat-alat pengukur temperatur di
permukaan laut. Data SPL yang diperoleh dengan metode konvensional disebut data in-situ, sedangkan yang diperoleh dengan metode metode perkiraan
estimasi disebut pendekatan SPL eks-situ. Dari pola distribusi SPL dengan menggunakan satelit tersebut dapat dilihat fenomena-fenomena yang terjadi di
perairan tersebut, seperti upwelling, front, dan pola arus permukaan. Perairan yang mempunyai fenomena-fenomena tersebut umumnya merupakan perairan yang
subur. Perairan yang subur biasanya merupakan daerah penangkapan ikan karena ikan cenderung bermigrasi ke perairan yang subur.
Laevastu dan Hela 1970 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi SPL adalah kondisi meteorologi, arus permukaan, ombak,
upwelling, divergensi, konvergensi, dan perubahan bentuk es di daerah kutub. Faktor-faktor meteorologi yang mempunyai peranan dalam hal ini adalah curah
hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas matahari. Dengan demikian, SPL biasanya mengikuti pola musiman. Lavestu dan
Hela 1970 juga mengatakan bahwa untuk meramalkan berhasil atau tidaknya suatu penangkapan ikan harus memperhatikan 1 suhu optimum dari semua jenis
ikan yang menjadi tujuan penangkapan, 2 pengamatan hidrografi dan meteorologi untuk memberikan keterangan mengenai isothermal permukaan, dan
3 perubahan keadaan hidrografi harus dapat diramalkan.
Menurut Gunarso 1985 fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting dalam upaya merangsang dan menentukan
pengkonsentrasian gerombolan ikan. Oleh karena itu, suhu memegang peranan dalam penentuan daerah penangkapan ikan.
Suhu perairan berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan laut. Pengaruh tersebut meliputi laju fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi
hewan, khususnya metabolisme dan siklus reproduksi. Ikan mempunyai kisaran
suhu optimum untuk hidupnya. Pengetahuan tentang suhu optimum ini bermanfaat dalam peramalan keberadaan kelompok ikan sehingga dapat dengan
mudah dilakukan penangkapan Amri 2002.