7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia
Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi
terbesar dalam hidangan dan merupakan sumber energi terbesar. Sedangkan pangan utama adalah pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar
penduduk serta dalam situasi normal tidak dapat diganti oleh jenis komoditas lain Hessie, 2009. Usahatani padi merupakan tanaman pangan utama negara
Indonesia yang mempunyai berbagai kendala antara lain : usahatani masih bersifat subsisten, mutu produksi yang rendah, modal kecil dan akses terhadap perbankan
sulit, posisi tawar yang masih rendah, penggunaan teknologi yang masih sederhana serta akses terhadap sarana produksi yang sulit. Selain itu berbagai
kebijakan pemerintah mengenai perberasan nasional kurang menguntungkan bagi petani yang menyebabkan jumlah petani semakin kecil karena usahatani padi
dianggap kurang menjanjikan Lidia, 2008. Lahan yang digunakan dalam usahatani juga menjadi permasalahan.
Tanaman padi dapat dibudidayakan dilahan kering atau lahan basah sawah. Namun di Indonesia budidaya padi lebih dominan dilakukan di lahan sawah. Data
Departemen Pertanian 2007 menunjukkan bahwa di Indonesia penggunaan ladang sebagai tempat budidaya padi sekitar 9 persen dari total luas penanaman
padi di seluruh Indonesia. Dari segi penggunaan benih, petani biasanya menggunakan benih dari
hasil pertanaman sebelumnya, sehingga kualitas benih yang digunakan relatif tidak bagus. Hal ini dilakukan untuk menghemat biaya. Akibat dari penggunaan
benih dari hasil pertanaman sebelumnya ini menyebabkan hasil produksi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penggunaan benih unggul dan bersertifikat dapat
meningkatkan produktivitas lahan sehingga hasil panen akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi. Keunggulan penggunaan benih unggul dan
bersertifikat antara lain : keturunan benih diketahui, mutu benih terjamin dan kemurnian
genetiknya dapat
diketahui, pertumbuhan
benih seragam,
menghasilkan benih sehat dengan akar yang banyak ketika ditanam pindah dapat
8
tumbuh lebih cepat dan tegar, panen serempak, serta produktivitas tinggi. Namun akses petani untuk mendapatkan benih unggul dan bersertifikat yang dapat
menunjang produktivitas dapat dikatakan sulit. Selain itu harga sarana produksi pertanian relatif mahal. Kelangkaan pupuk serta harga pupuk yang tinggi sering
terjadi saat musim tanam tiba yang menyebabkan petani tidak dapat menerapkan dosis pemupukan sesuai anjuran yang diberikan. Hal ini yang pada akhirnya
mempengaruhi produksi usahatani padi dan produktivitas padi. Sejak tahun 1990-an, Indonesia mengalami kekurangan pasokan beras
yang menyebabkan Indonesia harus mengimport beras. Kekurangan pasokan beras ini terjadi karena kebutuhan beras yang meningkat yang tidak disertai oleh
peningkatan produksi. Kebutuhan beras yang meningkat diakibatkan wilayah konsumsi beras yang semakin luas dan jumlah penduduk yang bertambah setiap
tahun. Sedangkan produksi padi yang fluktuatif disebabkan berbagai masalah antara lain konversi lahan, penurunan kualitas lahan dan lain-lain.
Dalam upaya peningkatan produksi beras, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melakukan uji coba Program Pengelolaan Tanaman
Terpadu PTT pada tahun 2002-2003 di 28 kabupaten
2
. Hasil penelitian memberikan hasil yang tidak mengecewakan dengan peningkatan pendapatan
petani rata-rata sekitar 15 persen dan hasil panen rata-rata 19 persen bila dibandingkan dengan cara tradisional. Selain masalah produksi dan produktivitas,
usahatani padi juga mengalami masalah dari sisi petani. Pada umumnya usahatani padi di Indonesia masih bersifat subsisten artinya produksi yang dihasilkan
dikonsumsi terlebih dahulu baru kemudian sisanya akan dijual. Petani yang subsisten disebabkan oleh kepemilikan lahan yang sempit
yaitu kurang dari 0,5 Ha. Selain itu usahatani yang dilakukan dianggap sebagai kegiatan yang dilakukan secara turun temurun sehingga usahatani dilakukan atas
dasar faktor kebiasaan. Kedua hal tersebut membuat petani tidak memperhatikan dengan teliti mengenai jumlah penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani
agar usahatani yang dilakukan menguntungkan.
2
Departemen Pertaniana Dirjen Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan
http:pse.litbang.deptan.go.idindpdffilesFAE23-2d.pdf [Diakses
Tanggal 3 Maret 2011]
9
Alih fungsi lahan juga menjadi masalah dalam upaya memenuhi kebutuhan beras. Petani yang lahannya sempit merasa bahwa lahannya sudah
tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga petani menganggap bahwa nilai ekonomis dari lahan mereka akan lebih tinggi dijual menjadi areal
perumahan, industri atau perkantoran Lastary, 2006.
2.2 Karakteristik Tanaman Padi