Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS
UNGGUL NASIONAL
(Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
JUNIASTI ZALUKHU H34067010
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
RINGKASAN
JUNIASTI ZALUKHU, Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA)
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup. Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan dan aksesibilitas beras harus terpenuhi untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduk. Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita.
Salah satu Kecamatan di Bogor yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas padi adalah Kecamatan Cibungbulang. Padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Cibungbulang. Permasalahan yang terjadi adalah Kecamatan Cibungbulang merupakan daerah endemik penyakit tungro pada padi. Penyebaran penyakit tungro dapat menurunkan produktivitas tanaman padi. Pemerintah Kabupaten Bogor mengatasi masalah ini dengan menganjurkan menggunakan varietas Bondoyudo dalam usahataninya karena merupakan varietas yang tahan tungro. Namun belum semua petani mau menggunakan varietas Bondoyudo karena petani belum yakin dengan produksi dan pemasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani, pendapatan usahatani, menganalisis faktor-faktor produksi dan menganalisis efisiensi tataniaga beras di Kecamatan Cibungbulang. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Pengambilan responden adalah secara acak (simple random sampling) sedangkan penentuan responden untuk analisis tataniaga adalah secara snow ball sampling. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usahatani. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis regresi linier berganda, analisis marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.
Input yang digunakan pada usahatani padi Varietas Bondoyudo terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Semua petani menggunakan benih bersertifikat karena merupakan benih subsidi dari pemerintah dalam rangka program budidaya varietas Bondoyudo yang tahan tungro Bentuk hasil panen dalam bentuk gabah kering panen (GKP).
Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani Bondoyudo adalah Rp 6.311.564 artinya pendapatan petani tanpa memperhitungkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 6.311.564 per hektar per musim tanam. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah 2,66. Artinya setiap pengeluaran biaya tunai satu satuan biaya akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,66 satuan penerimaan. Nilai R/C rasio atas biaya total adalah 1,50 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya total menghasilkan penerimaan 1,50 satuan penerimaan
(3)
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), NPK (X4), TSP (X5), pupuk organik (X6), furadan (X7), pestisida (X8) dan tenaga kerja (X9). Semua faktor-faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi padi Bondoyudo. Hasil regresi secara keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah (Y) = - 27 + 4080 (X1) + 130 (X2) - 1.0 (X3) - 4.02 (X4) - 14.9 (X5) + 2.2 (X6) - 14.3 (X7) - 134 (X8) + 0.50 (X9). Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh kefisien determinasi (R-Sq) sebesar 93,6 persen.
Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan (X1), benih (X2) dan pestisida (X8) berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP (X5) dan tenaga kerja (X9) berpengruh nyata pada selang kepercayaan 85 persen. Berdasarkan hasil analisis faktor produksi dengan menggunakan regresi linier sebaiknya petani meningkatkan penggunaan luas lahan, benih dan tenaga kerja. Selain itu petani sebaiknya mengurangi penggunaan pestisida dan TSP karena dapat mengurangi produksi padi Bondoyudo. Ini membuktikan bahwa Bondoyudo tidak perlu menggunnakan pestisida karena merupakan tanaman yang tahan hama dan penyakit.
Keberadaan beras Bondoyudo di pasar dapat diterima oleh konsumen karena memiliki bentuk yang sesuai dengan selera konsumen yaitu berbulir panjang dan ramping. Beras Bondoyudo di pasar digolongkan dalam beras IR karena memiliki bentuk bulir yang panjang dan ramping. Sedangkan beras yang memiliki bulir bulat disebut beras Sadane. Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga beras melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Saluran tataniaga beras Bondoydo terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani - pedagang pengumpul – konsumen; (2) petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – konsumen dan (3) petani – pedagang pengumpul – Pedagang Besar - Pengecer – Konsumen. Saluran yang memiliki nilai Farmer’s share dan rasio keuntungan/ biaya yang paling besar dan nilai margin tataniaga paling kecil adalah pada Saluran 1. Dengan demikian, Saluran 1 lebih efisien dibanding saluran tataniaga lainnya.
(4)
ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS
UNGGUL NASIONAL
(Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
JUNIASTI ZALUKHU H34067010
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(5)
Judul Skripsi : Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Nama : Juniasti Zalukhu
NRP : H34067010
Disetujui, Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
(6)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)” adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Juniasti Zalukhu
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tarurung pada tanggal 1 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Elisama Zalukhu dan Ibunda Nurlince Simanjuntak.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD No 174581 Sipahutar pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselasaikan pada tahun 2000 di SLTP N 1 Sipahutar. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Bintang Timur 1 Balige diselesaikan pada tahun 2003.
Penulis diterima di program Diploma pada Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2007 hingga tahun 2009.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Usahatani Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani dan pendapatan usahatani serta menganalisis tataniaga padi varietas Bondoyudo. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2009 Juniasti Zalukhu
(9)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, arahan dan waktu yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Popong Nurhayati, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.
4. Ir. Harmini, MSi atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 5. Papa dan Mama tercinta, Elwin, Jhon Henri, Juardi yang selalu mendoakan,
memberi semangat, mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.
6. Asbron Tinambunan yang selalu memberikan dukungan dan telah banyak membantu selama penulisan skripsi ini.
7. Bapak Adung dan keluarga besar Gapoktan Tani Bersatu yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data.
8. Felix Siregar yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penelitian. 9. Roiman yang telah membantu dalam penyediaan fasilitas selama
pengumpulan data.
10.Seluruh dosen agribisnis yang telah memberikan pendidikan yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis.
11.Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis.
12.Teman-teman kosan, Oppung dan Bu Juju dan rekan-rekan AGB dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Agustus 2009 Juniasti Zalukhu
(10)
x DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Gambaran Umum Komoditas Beras ... 10
2.1.1 Varietas Padi ... 10
2.1.2 Gambaran Umum Varietas Bondoyudo ... 12
2.2 Tinjauan Studi Terdahulu Mengenai Usahatani dan Tataniaga ... 12
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19
3.1.1 Konsep Usahatani ... 19
3.1.1.1 Analisis Biaya Usahatani ... 20
3.1.1.2 Analisis Pendapatan Usahatani ... 22
3.1.1.3 Analisis Penerimaan Usahatani ... 24
3.1.1.4 Analisis Faktor Produksi Usahatani ... 25
3.1.1.5 Analisis Model Produksi Usahatani ... 26
3.1.2 Tataniaga Pertanian... 29
3.1.2.1 Fungsi Tataniaga ... 30
3.1.2.2 Lembaga dan Saluran Tataniaga ... 31
3.1.2.3 Biaya dan Margin Tataniaga ... 32
3.1.2.4 Efisiensi Tataniaga ... 34
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 34
IV METODE PENELITIAN ... 37
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
4.2 Data dan Sumber Data ... 37
4.3 Metode Pengumpulan Data ... 37
4.4 Analisis Data ... 38
4.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani ... 38
4.4.1 Analisis Fator Produksi Usahatani ... 40
4.4.2 Analisis Tataniaga ... 43
4.5 Defenisi Operasional ... 45
(11)
ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS
UNGGUL NASIONAL
(Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
JUNIASTI ZALUKHU H34067010
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
RINGKASAN
JUNIASTI ZALUKHU, Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA)
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup. Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan dan aksesibilitas beras harus terpenuhi untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduk. Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per kapita.
Salah satu Kecamatan di Bogor yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas padi adalah Kecamatan Cibungbulang. Padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Cibungbulang. Permasalahan yang terjadi adalah Kecamatan Cibungbulang merupakan daerah endemik penyakit tungro pada padi. Penyebaran penyakit tungro dapat menurunkan produktivitas tanaman padi. Pemerintah Kabupaten Bogor mengatasi masalah ini dengan menganjurkan menggunakan varietas Bondoyudo dalam usahataninya karena merupakan varietas yang tahan tungro. Namun belum semua petani mau menggunakan varietas Bondoyudo karena petani belum yakin dengan produksi dan pemasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani, pendapatan usahatani, menganalisis faktor-faktor produksi dan menganalisis efisiensi tataniaga beras di Kecamatan Cibungbulang. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Pengambilan responden adalah secara acak (simple random sampling) sedangkan penentuan responden untuk analisis tataniaga adalah secara snow ball sampling. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran usahatani. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis regresi linier berganda, analisis marjin, farmer’s share dan rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga.
Input yang digunakan pada usahatani padi Varietas Bondoyudo terdiri dari benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Semua petani menggunakan benih bersertifikat karena merupakan benih subsidi dari pemerintah dalam rangka program budidaya varietas Bondoyudo yang tahan tungro Bentuk hasil panen dalam bentuk gabah kering panen (GKP).
Pendapatan atas biaya total diperoleh dari pengurangan penerimaan total dengan pengeluaran total. Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani Bondoyudo adalah Rp 6.311.564 artinya pendapatan petani tanpa memperhitungkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 6.311.564 per hektar per musim tanam. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah 2,66. Artinya setiap pengeluaran biaya tunai satu satuan biaya akan menghasilkan penerimaan sebesar 2,66 satuan penerimaan. Nilai R/C rasio atas biaya total adalah 1,50 artinya setiap pengeluaran satu satuan biaya total menghasilkan penerimaan 1,50 satuan penerimaan
(13)
Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan (X1), benih (X2), urea (X3), NPK (X4), TSP (X5), pupuk organik (X6), furadan (X7), pestisida (X8) dan tenaga kerja (X9). Semua faktor-faktor produksi tersebut merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi padi Bondoyudo. Hasil regresi secara keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah (Y) = - 27 + 4080 (X1) + 130 (X2) - 1.0 (X3) - 4.02 (X4) - 14.9 (X5) + 2.2 (X6) - 14.3 (X7) - 134 (X8) + 0.50 (X9). Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh kefisien determinasi (R-Sq) sebesar 93,6 persen.
Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan (X1), benih (X2) dan pestisida (X8) berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP (X5) dan tenaga kerja (X9) berpengruh nyata pada selang kepercayaan 85 persen. Berdasarkan hasil analisis faktor produksi dengan menggunakan regresi linier sebaiknya petani meningkatkan penggunaan luas lahan, benih dan tenaga kerja. Selain itu petani sebaiknya mengurangi penggunaan pestisida dan TSP karena dapat mengurangi produksi padi Bondoyudo. Ini membuktikan bahwa Bondoyudo tidak perlu menggunnakan pestisida karena merupakan tanaman yang tahan hama dan penyakit.
Keberadaan beras Bondoyudo di pasar dapat diterima oleh konsumen karena memiliki bentuk yang sesuai dengan selera konsumen yaitu berbulir panjang dan ramping. Beras Bondoyudo di pasar digolongkan dalam beras IR karena memiliki bentuk bulir yang panjang dan ramping. Sedangkan beras yang memiliki bulir bulat disebut beras Sadane. Lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga beras melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang terdiri dari fungsi pertukaran, fisik dan fasilitas. Saluran tataniaga beras Bondoydo terdiri dari tiga saluran yaitu (1) petani - pedagang pengumpul – konsumen; (2) petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – konsumen dan (3) petani – pedagang pengumpul – Pedagang Besar - Pengecer – Konsumen. Saluran yang memiliki nilai Farmer’s share dan rasio keuntungan/ biaya yang paling besar dan nilai margin tataniaga paling kecil adalah pada Saluran 1. Dengan demikian, Saluran 1 lebih efisien dibanding saluran tataniaga lainnya.
(14)
ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA PADI VARIETAS
UNGGUL NASIONAL
(Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
JUNIASTI ZALUKHU H34067010
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(15)
Judul Skripsi : Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Nama : Juniasti Zalukhu
NRP : H34067010
Disetujui, Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP. 19690410 199512 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
(16)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Usahatani dan Tataniaga Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)” adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2009
Juniasti Zalukhu
(17)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tarurung pada tanggal 1 Juni 1985. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Elisama Zalukhu dan Ibunda Nurlince Simanjuntak.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD No 174581 Sipahutar pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselasaikan pada tahun 2000 di SLTP N 1 Sipahutar. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Bintang Timur 1 Balige diselesaikan pada tahun 2003.
Penulis diterima di program Diploma pada Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sejak tahun 2007 hingga tahun 2009.
(18)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Usahatani Padi Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan usahatani dan pendapatan usahatani serta menganalisis tataniaga padi varietas Bondoyudo. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2009 Juniasti Zalukhu
(19)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, arahan dan waktu yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Popong Nurhayati, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam seminar proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.
4. Ir. Harmini, MSi atas kesediaannya menjadi dosen komite akademik dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 5. Papa dan Mama tercinta, Elwin, Jhon Henri, Juardi yang selalu mendoakan,
memberi semangat, mendukung penulis dengan penuh kasih sayang.
6. Asbron Tinambunan yang selalu memberikan dukungan dan telah banyak membantu selama penulisan skripsi ini.
7. Bapak Adung dan keluarga besar Gapoktan Tani Bersatu yang telah banyak membantu penulis selama pengumpulan data.
8. Felix Siregar yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penelitian. 9. Roiman yang telah membantu dalam penyediaan fasilitas selama
pengumpulan data.
10.Seluruh dosen agribisnis yang telah memberikan pendidikan yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis.
11.Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis.
12.Teman-teman kosan, Oppung dan Bu Juju dan rekan-rekan AGB dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Agustus 2009 Juniasti Zalukhu
(20)
x DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Gambaran Umum Komoditas Beras ... 10
2.1.1 Varietas Padi ... 10
2.1.2 Gambaran Umum Varietas Bondoyudo ... 12
2.2 Tinjauan Studi Terdahulu Mengenai Usahatani dan Tataniaga ... 12
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19
3.1.1 Konsep Usahatani ... 19
3.1.1.1 Analisis Biaya Usahatani ... 20
3.1.1.2 Analisis Pendapatan Usahatani ... 22
3.1.1.3 Analisis Penerimaan Usahatani ... 24
3.1.1.4 Analisis Faktor Produksi Usahatani ... 25
3.1.1.5 Analisis Model Produksi Usahatani ... 26
3.1.2 Tataniaga Pertanian... 29
3.1.2.1 Fungsi Tataniaga ... 30
3.1.2.2 Lembaga dan Saluran Tataniaga ... 31
3.1.2.3 Biaya dan Margin Tataniaga ... 32
3.1.2.4 Efisiensi Tataniaga ... 34
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 34
IV METODE PENELITIAN ... 37
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
4.2 Data dan Sumber Data ... 37
4.3 Metode Pengumpulan Data ... 37
4.4 Analisis Data ... 38
4.4.1 Analisis Pendapatan Usahatani ... 38
4.4.1 Analisis Fator Produksi Usahatani ... 40
4.4.2 Analisis Tataniaga ... 43
4.5 Defenisi Operasional ... 45
(21)
xi
5.1 Wilayah dan Topografi Kecamatan Cibungbulang ... 46
5.2 Profil Gabungan Kelompok Tani ... 47
5.3 Karakteristik Responden ... 49
5.3.1 Status Usaha ... 49
5.3.2 Umur ... 50
5.3.3 Pendidikan ... 50
5.3.2 Luas Areal Usahatani Padi ... 51
5.3.2 Pengalaman dalam Usahatani Padi ... 52
5.3.2 Status Kepemilikan Lahan ... 52
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
6.1 Keragaan Usahatani Padi Bondoyudo ... 53
6.1.1 Penggunaan Input ... 53
6.1.2 Teknik Budidaya ... 57
6.2 Analisis Usahatani Padi Bondoyudo ... 60
6.2.1 Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani ... 61
6.2.2 Analisis Faktor-faktor Produksi Usahatani ... 64
6.3 Analisis Tataniaga Beras Bondoyudo ... 67
6.3.1 Analisis Lembaga Tataniaga Beras Bondoyudo ... 67
6.3.2 Analisis Fungsi Tataniaga Beras Bondoyudo ... 69
6.3.3 Analisis Saluran Tataniaga Beras Bondoyudo... 70
6.3.4 Margin Tataniaga, Farmer’s Share dan Rasio Keuntungan ... 71
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 77
(22)
xii DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Indonesia Tahun 2006 - 2009 ... 2 2. Jumlah Impor Beras Dunia Tahun 2004 - 2008 ... 4 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi Padi
di Kabupaten Bogor Tahun 2004 - 2008 ... 6 4. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Jumlah Produksi Padi
di Kecamatan Cibungbulang Tahun 2004 - 2008 ... 6 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ... 18 6. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan
Tani Bersatu Menurut Status Usahatani ... 49 7. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota
Gapoktan Tani Bersatu Menurut Umur ... 50 8. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan
Tani Bersatu Menurut Pendidikan ... 51 9. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan
Tani Bersatu Menurut Pendidikan ... 51 10. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan
Tani Bersatu Menurut Pendidikan ... 52 11. Sebaran Jumlah Responden Petani Padi Bondoyudo Anggota Gapoktan
Tani Bersatu Menurut Pendidikan ... 52 12. Rata-rata Penggunaan Input Usahatani Padi Varietas Bondoyudo
per Hektar per Musim Tanam ... 53 13. Jumlah Penggunaan Tenaga Kerja dalam Proses Budidaya Padi
Bondoyudo ... 56 14. Rata-rata Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio ... 62 15. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Bondoyudo ... 64 16. Fungsi-fungsi Tataniaga Beras Bondoyudo ... 70 17. Biaya Tataniaga pada Masing-masing Lembaga Tataniaga ... 72 18. Margin tataniaga, farmer’s share dan rasio keuntungan/biaya
(23)
xiii DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi ... 28 2. Margin Tataniaga ... 33 3. Kerangka Pemikiran OperasionalPenelitian ... 36 4. Saluran tataniaga beras Varietas Bondoyudo... 70
(24)
xiv DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Setiap Provinsi
di Indonesia Tahun 2007 ... 79 2. Deskripsi Padi Varietas Bondoyudo ... 80 3. Contoh perhitungan ... 81 4. Data Karakteristik Petani Padi Bndoyudo ... 82 5. Data Penggunaan Input Usahatani Padi Bondoyudo ... 84 6. Data Produksi dan biaya Usahatani Padi Bondoyudo ... 86 7. Output MINITAB Analisis Produksi dengan Regresi Linier
Berganda ... 88 8. Kuisioner Usahatani Beras Varietas Unggul
Nasional ... 89 9. Kuesioner Tataniaga Beras Varietas Unggul
(25)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang harus dipenuhi untuk dapat mempertahankan hidup. Salah satu sasaran kebijakan pemerintah adalah menciptakan ketahanan pangan bagi penduduk. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu sasaran kebijakan ketahanan pangan menjadi isu dalam pembangunan dan merupakan faktor utama dalam pembangunan pertanian.
Secara umum, bahan pangan pokok mengandung karbohidrat karena berfungsi sebagai sumber energi. Di Indonesia, bahan pangan berkarbohidrat diantaranya padi-padian, umbi-umbian dan batang palma. Beras merupakan sumber energi paling penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Haryadi, 2008). Sebagai bahan pangan pokok, ketersediaan dan aksesibilitas beras harus terpenuhi untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduk.
Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun memacu tingginya permintaan (demand) beras sebagai bahan pangan pokok. Sementara laju pertumbuhan permintaan beras yang meningkat tidak diimbangi dengan ketersediaan (supply) beras. Ketidakseimbangan laju pertumbuhan permintaan dan kapasitas produksi beras menggambarkan ketidakmandirian pangan yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan kecenderungan pangan nasional impor terus meningkat. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dan terus berkembang, sektor pertanian (sebagai sumber penghasil dan penyedia utama pangan) diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup.
Menurut data Badan Pusat Statistik, tahun 2002 rata-rata konsumsi beras yang mencakup konsumsi langsung rumah tangga, konsumsi industri makanan, kebutuhan benih, susut dan kegunaan lain mencapai 115,5 kilogram per kapita per tahun. Pada tahun 2003 turun menjadi 109,7 kilogram per kapita per tahun tetapi tahun 2004 rata-rata konsumsi beras naik drastis menjadi 138,81 kilogram per kapita per tahun dan tahun 2005 naik menjadi 139,15 kilogram per kapita per
(26)
2 tahun1. Konsumsi beras nasional dinilai sangat tinggi dibandingkan negara lain di Asia seperti Jepang yang memiliki rata-rata konsumsi beras 60 kilogram per kapita per tahun dan Malaysia 80 kilogram per kapita per tahun.2
Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Indonesia menurutwilayah dapat dilihat pada tabel 1. Angka Sementara produksi padi tahun 2008 sebesar 60,25 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi tahun 2007, terjadi peningkatan sebanyak 3,09 juta ton (5,41 persen). Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan luas panen seluas 161,52 ribu hektar (1,33 persen) dan juga produktivitas sebesar 1,90 kuintal per hektar (4,04 persen). Kenaikan produksi padi tahun 2008 terdapat di beberapa provinsi, terutama di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Indonesia MenurutWilayah, 2007--2009
Uraian 2007 (Angka Tetap) 2008 (Angka Sementara) 2009 (Angka Ramalan) Perkembangan 2007-2008 2008-2009 Absolut % Absolut % 1. Luas Lahan
(ha) - Jawa - Luar Jawa - Indonesia 5.670.947 6.476.690 12.147.637 5.741.336 6.567.819 12.309.155 5.780.081 6.642.075 12.422.156 70.389 91.129 161.518 1,24 1,41 1,33 38.745 74.256 113.001 0.67 1.13 0.92 2.Produktivitas (ku/ha) - Jawa - Luar Jawa - Indonesia 53,72 41,21 47,05 56,34 42,49 48,95 56,21 42,82 49,05 2,62 1,28 1,90 4,88 3,11 4,04 -0,13 0,33 0,10 -0.23 0,78 0,20 3. Produksi (ton) - Jawa - Luar Jawa - Indonesia 30.466.339 26.691.096 57.157.435 32.344.208 27.906.865 60.251.073 32.488.878 28.443.034 60.931.912 1.877.869 1.215.769 3.093.638 6,16 4,55 5,41 144.670 536.169 680.839 0,45 1,92 1,13 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009
Keterangan: Bentuk Produksi Padi adalah Gabah Kering Giling (GKG)
Angka ramalan I produksi padi tahun 2009 diperkirakan sebesar 60,93 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi tahun 2008 (Angka sementara), terjadi peningkatan sebanyak 0,68 juta ton (1,13 persen). Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 113,00 ribu
1
Urgensi Menyelidiki Impor Beras. http://www.google.com Diakses pada 5 Mei 2009.
2
Konsumsi Beras Nasional dalam http://www.google.com// 139 Kg/Kapita. Diakses pada 14 Mei 2009
(27)
3 hektar (0,92 persen) dan juga produktivitas sebesar 0,10 kuintal/hektar (0,20 persen). Kenaikan produksi padi tahun 2009 diperkirakan terdapat di beberapa provinsi, terutama di Provinsi Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Riau.3
Peningkatan produksi beras di Indonesia beberapa tahun terakhir tetap tidak dapat mencukupi kebutuhan beras domestik. Tingginnya konsumsi beras penduduk Indonesia menyebabkan Indonesia harus mengimpor beras dari negara lain. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor beras terbesar di dunia. Berdasarkan data dari United States Department of Agriculture (USDA) yang ditampilkan pada Tabel 2 bahwa impor beras Indonesia mulai tahun 2004 hingga 2006 mengalami peningkatan dan baru mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 3000 ton.
Keterkaitan antara bahan pangan pokok dengan beras menimbulkan masalah ketika ketersediaan beras tidak memenuhi permintaan beras yang terus menerus meningkat. Pada periode 2000 hingga 2006, jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36 persen per tahun sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kilogram per kapita. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk menurun 0,03 persen per tahun, maka konsumsi beras pada tahun 2010, 2015, dan 2020 diproyeksikan berturut-turut sebesar 32,13; 34,12; 35,97 juta ton. Jumlah penduduk pada ketiga periode itu diperkirakan berturut-turut 235; 249; 263 juta jiwa. Tekanan terhadap kebutuhan beras akan berkurang apabila peningkatan produksi padi berhasil dicapai.4
3
Berita Resmi Statistik dalam http://www.bps.go.id// Diakses pada 28 Mei 2009
4
Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020 dalam http://www.puslittan.bogor.net/ diakses pada 26 Juni 2009
(28)
4 Tabel 2. Jumlah Impor Beras Dunia Tahun 2004 – 2008 (000 metric tons)
Negara 2004 2005 2006 2007 2008
Bangladesh 785 531 650 1.000 1.000
Brazil 547 691 800 800 800
Cameroon 350 300 300 300 300
Canada 321 333 335 365 365
China, Peoples Republic of 600 654 600 700 600
Cote d’Twoline 850 750 750 750 650
Cuba 736 504 600 700 600
EU-27 1.058 1,083 1000 1100 1100
Ghana 450 400 450 450 450
Hong Kong 315 309 315 315 315
Indonesia 500 639 1900 1600 1600
Iran 983 1,251 1100 900 900
Iraq 786 1,306 650 1100 1100
Japan 787 681 650 700 700
Korea,Democratic Peoples 191 41 400 400 400
Malasya 751 886 800 700 700
Mexico 553 586 600 625 625
Mozzambique 350 350 350 350 350
Nigeria 1.777 1,600 1700 1700 1600
Philppines 1.890 1,791 1900 1900 1900
Saudi Arabia 1.357 1,448 950 1015 1015
Sonegai 518 1,113 800 800 725
Singapure 375 375 375 375 375
South Africa, Republic of 850 963 900 950 900
Vietnam 320 350 450 450 450
Others 7.604 7,416 6997 7369 7319
Sumber: United States Department of Agriculture (USDA), “Grain: World Markets and Trade”
Kondisi semakin meningkatnya impor beras mendorong Indonesia untuk memproduksi beras guna mengurangi impor tersebut salah satunya dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi beras. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah mengeluarkan kebijakan untuk pengembangan komoditas padi. Kebijakan tersebut terdiri dari kebijakan dari sisi on farm yaitu menciptakan varietas-varietas unggul dan memberikan subsidi baik pupuk, benih maupun alat-alat pertanian. Sedangkan kebijakan dari sisi off farm diantaranya permodalan, penyuluhan dan tataniaga pertanian.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pertanian telah mengeluarkan kebijakan prioritas tahun 2009 diantaranya adalah menjamin ketersediaan pangan yang berasal dari produk dalam negeri dan meningkatkan
(29)
5 kesejahteraan dan pendapatan petani terdiri dari.5 Apabila tujuan tersebut tercapai maka Indonesia akan memiliki beras yang berdayasaing tinggi dengan stok yang mencukupi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, produk beras lokal tidak kalah bersaing dengan beras impor dan volume permintaan beras impor pun secara berangsur-angsur diharapkan menurun. Untuk itu, sistem tataniaga yang lebih tepat dan efisien diharapkan dapat berjalan dengan baik guna meningkatkan pendapatan petani serta menjamin posisi beras dalam negeri di pasar beras Indonesia. Usahatani dan tataniaga merupakan sub sistem yang terdapat pada sistem agribisnis dan kedua hal tersebut memiliki keterkaitan.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam rangka menciptakan ketersediaan pangan Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar, salah satu pulau yang dapat diandalkan dapat memenuhi kapasitas produksi beras adalah pulau Jawa. Pulau Jawa memiliki potensi lahan yang lebih baik dibandingkan luar pulau Jawa. Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa luas panen padi pulau Jawa lebih kecil dibandingkan dengan luar Jawa sementara produktivitas di pulau Jawa lebih tinggi, artinya pulau Jawa memiliki potensi yang besar dalam rangka meningkatkan produksi beras.
Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi padi terbesar di Indonesia. Pada Lampiran 1 dapat dilihat bahwa Jawa Barat memiliki luas panen terbesar di Indonesia dengan produktivitas 56,07 kuintal per hektar. Salah satu kabupaten yang merupakan sentra produksi padi di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor. Tabel 3 menunjukkan bahwa luas panen padi di Kabupaten Bogor cenderung berfluktuasi sementara produksi dan produktivitas mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bogor memiliki potensi sebagai sentra produksi padi.
5
Arah kebijakan pembangunan TPH dalam http://www.diperta.jabarprov.go.id/ diakses pada 25 Juni 2009
(30)
6 Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Bogor Tahun
2004 - 2008
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ku/ha)
2004 64.975 445.958 52,48
2005 79.636 419.339 52,66
2006 77.757 410.810 53,11
2007 86.888 448.724 56,25
2008 83.784 487.196 58,15
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009
Salah satu Kecamatan di Bogor yang memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas padi adalah Kecamatan Cibungbulang. Padi merupakan komoditas unggulan di Kecamatan Cibungbulang. Sejak tahun 2004 hingga tahun 2008, produktivitas padi di daerah ini mengalami peningkatan yang ditampilkan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa produktivitas padi di Kecamatan Cibungbulang berada di atas rata-rata produktivitas padi Kabupaten Bogor. Ini menunjukkan bahwa Kecamatan Cibungbulang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produktivitas padi Kabupaten Bogor.
Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kecamatan Cibungbulang Tahun 2004 - 2008
Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ku/ha)
2004 3.368 17.900 53,15
2005 3.091 16.766 54,24
2006 3.215 18.143 56,44
2007 3.618 21.497 59,42
2008 3.360 20.761 61,80
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009
Permasalahan yang terjadi adalah pada tahun 2008 penyakit tungro mulai mewabah di Kecamatan Cibungbulang. Kecamatan Cibungbulang merupakan salah satu wilayah yang endemik penyakit tungro pada padi. Penyebaran penyakit tungro dapat menurunkan produktivitas tanaman padi. Ini menjadi ancaman bagi kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan ketersedian beras sebagai sumber pangan dan dapat menurunkan pendapatan petani. Saat ini pemerintah Kabupaten Bogor telah berupaya untuk mengatasi penyebaran penyakit tungro tersebut. Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah dari sisi on farm yang salah satunya adalah menciptakan varietas padi yang unggul. Varietas Bondoyudo merupakan salah satu varietas padi yang tahan tungro. Varietas Bondoyudo
(31)
7 merupakan varietas padi hasil persilangan IR72/IR48525-100-14-2. Varietas Bondoyudo memiliki produktivitas 8,40 ton per hektar serta salah satu varietas yang tahan terhadap wereng coklat biotipe 3 dan tahan terhadap tungro.
Dalam Rasahan et al (1999), varietas merupakan salah satu faktor pendorong produktivitas. Penggunaan varietas yang memiliki siat-sifat unggul yang diinginkan merupakan teknologi andalan yang secara luas dapat digunakan masyarakat dan relatif murah. Pengembangan varietas unggul melalui rekayasa genetik dapat menyediakan benih yang memiliki kualitas yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan harga yang terjangkau. Menggunakan varietas unggul secara luas memungkinkan Kabupaten Bogor menjadi sentra produksi padi dan memberikan kontribusi bagi Indonesia dalam mencapai swasembada beras.
Pemerintah Kabupaten Bogor telah menganjurkan kepada petani untuk melakukan pergantian varietas tanaman padi dengan menggunakan varietas tahan tungro karena daerah Bogor merupakan daerah endemik tungro. Pengembangan varietas unggul ini dilakukan di beberapa kecamatan di daerah Bogor diantaranya Kecamatan Cibungbulang. Peluang pengembangan agribisnis padi khususnya Bondoyudo di Kecamatan Cibungbulang masih sangat terbuka mengingat potensi yang cukup besar untuk pengembangan komoditas tersebut. Kesesuaian ekosistem lahan pertanian di Kecamatan Cibungbulang baik kondisi iklim, tanah dan letak geografis merupakan faktor penting dalam memproduksi beras yang berkualitas. Selain itu ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas dan tenaga kerja pertanian yang cukup banyak juga merupakan potensi yang harus dimanfaatkan secara optimal.
Dinas pertanian Kabupaten Bogor telah mendistribusikan varietas Bondoyudo kepada petani melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sejak akhir tahun 2008. Salah satu Gapoktan yang sudah berusahatani padi varietas Bondoyudo adalah Gapoktan Tani Bersatu. Hingga saat ini 70 persen atau 105 orang anggota Gapoktan Tani Bersatu telah menggunakan Varietas Bondoyudo dalam usahatani. Petani masih ragu-ragu untuk menggunakan varietas Bondoyudo walaupun sudah dianjurkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena petani belum yakin dengan produktivitas dan tataniaga padi Bondoyudo.
(32)
8 Dalam Mubyarto (1972), sebanyak 80 persen dari total produksi padi Indonesia diperdagangkan oleh usaha-usaha tataniaga swasta dan selebihnya oleh Badan Urusan Logistik (Bulog). Pada saluran swasta, petani menjual padi/gabah kepada para tengkulak atau pedagang kecil yang ada di desa-desa atau khusus datang dari kota. Beras yang diperdagangkan melalui saluran pemerintah (Bulog) yaitu dengan adanya kontrak pembelian minimum lima tahun dengan pedagang-pedagang beras kecil atau penggilingan-penggilingan padi di ibukota kabupaten atau propinsi.
Sebagai bagian dari sistem agribisnis, usahatani dan tataniaga memiliki keterkaitan. Analisis usahatani dan tataniaga sangat bermanfaat bagi petani, pemerintah dan lembaga-lembaga lain yang terkait. Untuk itulah penelitian mengenai usahatani dan tataniaga padi varietas unggul tahan tungro seperti Bondoyudo perlu untuk dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana keragaan usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?
2. Bagaimana pendapatan usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?
4. Bagaimana efisiensi tataniaga beras Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Menganalisis keragaan usahatani padi di Kecamatan Cibungbulang. 2. Menganalisis pendapatan usahatani padi di Kecamatan Cibungbulang. 3. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani
padi Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu Kecamatan Cibungbulang 4. Menganalisis efisiensi tataniaga beras Bondoyudo di Kecamatan
(33)
9 1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam hal usahatani dan tataniaga beras varietas Bondoyudo seperti pihak petani, pemerintah, mahasiswa dan perguruan tinggi. Bagi petani, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat terutama dalam hal keputusan memilih varietas padi yang akan diproduksi. Keputusan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Bagi pemerintah terutama Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas program pemerintah dalam memperkenalkan varietas unggul nasional yaitu padi Bondoyudo telah tercapai atau tidak. Selain itu dapat digunakan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan produksi beras varietas Bondoyudo serta memperbaiki sistem tataniaga yang berlaku selama ini. Manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi-studi atau penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan usahatani dan tataniaga beras terutama untuk komoditas beras Bondoyudo.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya membahas tentang varietas Bondoyudo. Objek penelitian untuk analisis usahatani adalah petani yang berusahatani dan tergabung dalam Gapoktan Tani Bersatu. Sedangkan untuk analisis tataniaga adalah pedagang beras Bodoyudo yang diperoleh dari petani anggota Gapoktan Tani Bersatu.
(34)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Komoditas Padi
Tumbuhan padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan Graminae dan bersifat merumpun yang berasal dari Asia. Diantara tanaman padi terdapat varietas-varietas yang memiliki ciri masing-masing. Menurut Haryadi (2008), terdapat sekitar 2000 varietas padi dunia. Tanaman padi tradisional di Asia yang beriklim tropis bersifat tinggi dan lemah dengan daun-daun yang melengkung ke bawah dan masa dormansinya lama.
Beras merupakan komoditas pangan hasil olahan dari tanaman padi. Beras memiliki peran yang sangat besar terhadap ketahanan pangan bagi Indonesia. Ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi beras dengan jumlah yang aman, harga terjangkau dan bergizi. Pemenuhan kebutuhan pangan tergantung pada produksi beras dalam negeri namun apabila belum terpenuhi maka dilakukan impor beras. Beras adalah bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi manusia, sehingga beras menjadi salah satu bahan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Siregar H. (1981), beras memiliki rasa yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia dan memiliki kandungan gizi lebih tinggi daripada bahan makanan pokok lain seperti jagung, kentang dan ketela.
2.1.1 Varietas Padi
Varietas-varietas padi baru terutama dikembangkan untuk pembdidayaan padi yang rendah, yang hanya meliputi sekitar 28% dari seluruh lahan sawah di Asia tropis. Pada saat ini, Lembaga Penelitian Padi Internasional maupun Program Pengujian Padi Internasional mengadakan pengembangan varietas khusus yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan seperti kekerigan, kebanjiran atau genangan air yang dalam, suhu tinggi maupun rendah, dan keadaan-keadaan lahan yang beragam.
Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang penting untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani padi. Hal ini dikarenakan varietas unggul adalah galur hasil pemuliaan yang mempunyai satu atau lebih keunggulan khusus, seperti potensi hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, toleran terhadap cekaman lingkungan dan mutu produk tinggi.
(35)
11 Pengembangan varietas padi unggulan harus tetap dilakukan agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang tidak hanya ditujukan pada pemenuhan keinginan petani tetapi juga keinginan konsumen beras.
Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2008), varietas unggul terdiri dari beberapa macam diantaranya:
1. Varietas Unggul Nasional (UNGNAS) atau Varietas Unggul Biasa (improved national variety) atau Varietas Unggul Bogor seperti Bengawan, Si Gadis, Remaja dan Jelita. Varietas ini dihasilkan oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor sebelum tahun 1965 dan mempunyai daya produksi sedang.
2. Varietas Unggul Baru (VUB)
Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik umur kisaran 100 - 135 hari setelah sebar (HSS), anakan banyak (> 20 tunas/rumpun) dan bermalai agak lebat (± 150 butir gabah/malai). Varietas ini diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967, diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Filipina. Varietas ini mempunyai daya produksi yang tinggi dan responsif terhadap pemupukan tinggi (high yielding variety).
3. Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB)
Kelompok tanaman padi yang memiliki karakteristik postur tanaman tegap, berdaun lebar dan berwarna hijau tua, beranak sedikit (< 15 tunas/rumpun), berumur 100 - 135 HSS, bermalai lebat (± 250 butir gabah/malai) dan berpotensihasil lebih dari 8 ton gabah kering giling/ha. 4. Varietas Unggul Hibrida (VUH)
Kelompok tanaman padi yang terbentuk dari individu-individu generasi pertama (F1) asal suatu kombinasi persilangan dan memiliki karakteristik potensi hasil lebih tinggi dari varietas unggul inhibrida yang mendominasi areal pertanaman produksi padi.
5. Varietas Unggul Lokal
Varietas yang telah ada dan dibudidayakan secara turun-temurun oleh petani serta menjadi milik masyarakat dan dikuasai negara. Varietas ini tidak termasuk Varietas Unggul Nasional (UNGNAS), tetapi di daerah
(36)
12 tertentu mampu menghasilkan padi lebih tinggi atau menyamai padi UNGNAS.
2.1.2 Gambaran Umum Varietas Bondoyudo
Berdasarkan Balai Penelitian Tanaman Padi, dapat diketahui bahwa varietas Bondoyudo adalah varietas unggulan nasional yang diperkenalkan pada tahun 2000. Varietas Bondoyudo merupakan padi yang agak tahan terhadap wereng coklat biotipe tiga serta tahan terhadap tungro. Wilayah Bogor adalah daerah endemik tungro, sehingga pemerintah Bogor sangat menganjurkan untuk menggunakan varietas Bondoyudo dalam usahatani karena padi Bondoyudo sesuai untuk lahan endemik tungro wereng coklat. Bondoyudo merupakan padi dengan asal persilangan IR72/IR48525-100-1-2. Varietas padi ini juga baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 meter di atas permukaan laut.
Padi Bondoyudo memiliki produktivitas padi Bondoyudo adalah 8,40 ton per hektar untuk gabah kering giling, bobot 1000 butir adalah 21,3 gram dengan umur tanam selama 115 hari serta tinggi tanaman antara 97,3 centimeter hingga 116 centimeter. Bentuk tanaman padi Bondoyudo adalah tegak, warna kaki hijau, warna batang putih, warna daun telinga hijau, warna gabah kuning bersih dan bentuk gabah ramping. Pemasaran beras Bondoyudo diharapkan tidak menjadi kendala bagi petani padi Bondoyudo karena nasi Bondoyudo memiliki tekstur yang pulen dan kadar amilosa sedang.
2.2 Tinjauan Studi TerdahuluMengenai Usahatani dan Tataniaga
Damayanti (2007) menganalisis pendapatan dan efisiensi produksi usahatani padi sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi padi sawah per hektar adalah sebesar 6.492,12 kilogram dalam bentuk gabah kering panen (GKP) dengan harga jual rata-rata sebesar Rp 1.300,00 per kilogram. Maka total penerimaan petani per musim tanam adalah sebesar Rp 8.439.756,00 per hektar. Total biaya usahatani padi sawah yang dikeluarkan petani adalah sebesar Rp 4.843.447,00 per hektar yang terdiri dari total biaya tunai sebesar Rp 2.914.072,00 atau 60,17 persen dari total biaya usahatani. Sedangkan total biaya
(37)
13 tidak tunai diperhitungkan sebesar Rp 1.929.375,00 atau 39,83 persen dari total biaya usahatani. Pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 5.525.684,00 per hektar, pendapatan atas biaya total sebesar Rp 3.596.309,00 per hektar dan pendapata biaya tunai yang diperoleh sebesar Rp 2.876.596,00 per hektar. Nilai R/C rasio atas biaya tunai adalah sebesar 2,89 yaitu setiap satu satuan biaya tunai akan memberikan 2,89 satuan penerimaan dan nilai R/C rasio atas biaya total sebesar 1,74 adalah setiap pengeluaran satu satuan biaya total akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,74 satuan penerimaan.
Dari uji F terhadap data yang dikumpulkan diperoleh nilai F-hitung sebesar 15,52 dimana nilai tersebut nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan berkorelasi terhadap produksi padi sawah. Sedangkan pupuk SP-36, KCL, ZA, serta pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah. Nilai koefisien determinasi untuk pendugaan (R2 – adjusted) didapat sebesar 73,9 persen yang berarti 73,9 persen dari variabel produksi dapat dijelaskan oleh variasi variabel yang menerangkan yaitu luas lahan, pupuk urea, SP-36, KCL, ZA, pestisida dan tenaga kerja. Sedangkan 26,1 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain di luar model diduga berpengaruh terhadap padi sawah adalah tingkat kesuburan tanah, pengaruh iklim, serta intensitas serangan hama dan penyakit. Nilai kombinasi optimal dan penggunaan faktor produksi luas lahan sebesar 1,38 hektar, pupuk urea sebesar 345 kilogram, pupuk SP-36 sebesar 207 kilogram, pupuk ZA sebesar 138 kilogram, pestisida sebesar 2.175,97 milliliter dan tenaga kerja sebanyak 169,16 HOK.
Ridwan (2008) yang menganalisis usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik menunjukkan bahwa sistem usahatani padi ramah lingkungan yang dilakukan di kelurahan Situgede memiliki produktivitas lebih rendah daripada produktivitas padi anorganik. Usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik sama-sama menguntungkan. Berdasarkan analisis R/C rasio untuk usahatani padi ramah lingkungan diperoleh bahwa biaya tunai sebesar 2,392 untuk petani pemilik. Sedangkan untuk petani pemilik usahatani padi anorganik hanya sebesar 2,275. Artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan keuntungan lebih besar
(38)
14 dibandingkan dengan petani pemilik usahatani padi anorganik. Untuk petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar dibanding usahatani padi anorganik. Artinya usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani anorganik.
Untuk petani pemilik, nilai B/C rasio sebesar 1,132 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik memberikan tambahan manfaat yang lebih besar daripada tambahan biaya. Untuk petani penggarap nilai B/C rasio sebesar 0,801 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap memberikan tambahan manfaat yang lebih kecil dari pada tambahan biaya sehingga perubahan usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap akan memberikan kerugian apabila dilakukan.
Irawati (2006) yang menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) dan non program PTT. Berdasarkan hasil analisis pendapatan diperoleh bahwa pendapatan petani atas biaya tunai dan total pada non program PTT lebih tinggi dibandingkan dengan petani program PTT. Rata-rata pendapatan atas biaya tunai dan total pada petani program PTT masing-masing sebesar Rp 6.849.493,58 dan Rp 4.606.644,07. Sedangkan rata-rata pendapatan atas biaya tunai dan total pada petani non program PTT masing-masing sebesar Rp 7.683.263,14 dan Rp 4.743.219,76.
Nilai R/C rasio atas biaya tunai dan total untuk petani program PTT masing-masing sebesar 2,66 dan 1,72. Sedangkan untuk petani non program PTT nilai R/C rasio atas biaya tunai dan total masing-masing sebesar 2,97 dan 1,69. Artinya bahwa biaya tunai petani program PTT lebih kecil daripada biaya petani non program PTT. Sedangkan biaya total petani program PTT lebih tinggi daripada petani non program PTT. Petani program PTT pada kondisi optimal pendapatan total yang diterima lebih besar dibandingkan petani non program, masing-masing sebesar Rp 35.807.791,02 dan Rp 32.709.864,52. Dilihat dari nilai R/C rasio pada saat kondisi optimal, petani program juga lebih menguntungkan dari petani non program PTT dengan nilai masing-masing 2,49 dan 2,01.
(39)
15 Kombinasi kondisi optimal pada usahatani padi petani program PTT dapat tercapai apabila penggunaan lahan ditambah dari 1,15 hektar menjadi 1,21 hektar, benih ditingkatkan menjadi 716,36 kilogram dari 22,16 kilogram, penggunaan pupuk urea ditingkatkan dari 206,76 kilogram menjadi 1.671,43 kilogram. Pupuk SP-36 ditingkatkan dari 120,27 kilogram menjadi 303,59 kilogram. Pupuk NPK ditingkatkan penggunaannya dari 31,89 kilogram menjadi 56,91 kilogram. Obat padat dikurangi penggunaannya menjadi 0,002 kilogram dari 1,09 kilogram. Obat cair dan tenaga kerja penggunaannya ditingkatkan masing-masing menjadi 11,03 liter dan 490,39 jam kerja.
Kombinasi optimal pada usahatani padi non program PTT dapat tercapai apabila penggunaan lahan ditingkatkan menjadi 1,17 hektar menjadi 2,43 hektar. Penggunaan benih ditingkatkan menjadi 696,95 kilogram dari 19,87 kilogram, penggunaan pupuk urea ditingkatkan dari 24,19 kilogram menjadi 617,60 kilogram. Pupuk SP-36 dianggap sudah efisien sebesar 13,35 kilogram. Pupuk NPK ditingkatkan penggunaannya dari 277,16 kilogram menjadi 1.279,29 kilogram. Obat padat dikurangi penggunaannya menjadi 2,86 kilogram. Obat cair dan tenaga kerja penggunaannya ditingkatkan masing-masing menjadi 7,65 liter dan 1.051,58 jam kerja.
Gandhi (2008) menganalisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh petani pemilik jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan petani penggarap. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya rasio R/C atas biaya tunai maupun biaya total petani pemilik (2,42 dan 1,19) dari petani penggarap (1,07 dan 1,08). Berdasarkan analisis pendapatan, penerimaan dan rasio R/C atas biaya tunai dan atas biaya total, usahatani yang dilakukan oleh kedua jenis strata yaitu petani pemilik penggarap dan penggarap masih menguntungkan karena rasio R/C lebih besar dari satu. Hasil analisis tataniaga yang dilakukan adalah (1) saluran tataniaga yang terbentuk dialokasi penelitian adalah saluran tataniaga beras pandan wangi murni dan beras pandan wangi campuran. Jumlah saluran tataniaga beras pandan wangi campuran (10 saluran) lebih banyak dibanding dengan yang murni (6 saluran). Analisis margin tataniaga, biaya dan keuntungan tidak dilakukan pada saluran-saluran yang menjual beras pandan wangi campuran.
(40)
16 Lembaga-lembaga yang terkait dalam penyaluran beras dari tingkat petani hingga konsumen akhir adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah dan luar daerah, pasar swalayan dan pedagang pengecer daerah dan luar daerah. Sebaran nilai margin tataniaga beras pandan wangi murni jenis super dan kepala adalah 46,48 hingga 58,04 persen. Besar biaya dan keuntungan untuk beras jenis super adalah 13,12 dan 43,41 persen.
Riyanto (2005) menganalisis pendapatan usahatani dan pemasaran padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani kelompok I (luas lahan < 0,34 hektar), II (luas lahan 0,34 hektar), III (luas lahan > 0,34 hektar) bernilai positip dan lebih besar dari pendapatan biaya atas biaya totalnya. Nilai R/C rasio pada petani kelompok I adalah 1,81 atas biaya tunai artinya dan 1,34 atas biaya total dan nilai tersebut lebih rendah dari nilai R/C rasio petani II dan petani III. Usahatani pada kelompok I lebih menguntungkan dibandingkan dengan kelompok II dan III.
Pola pemasaran yang terbentuk terdapat dua pola yaitu pola pemasaran I dan pola pemasaran II. Nilai margin pada pola pemasaran I adalah nilai terbesar yaitu 582,50. Begitu juga dengan rasio antara biaya dan keuntungan. Hal ini membuktikan bahwa saluran pemasaran I lebih efisien daripada pola pemasaran II. Pada salah satu kecamatan yaitu kecamatan Salem, pola pemasaran yang paling banyak digunakan adalah pola pemasaran II yaitu sebesar 63,33 persen dari total petani. Namun margin dan efisiensi pemasaran pola I memiliki nilai yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa pola pemasaran I paling efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran II.
Marhaeni (2007) menganalisis factor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani pisang (Musa paradisiaca). Berdasarkan hasil regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan usahatani pisang (Y) adalah pendidikan petani responden (X1), pengalaman usahatani petani (X2), luas lahan total yang dikuasai oleh petani (X3), luas lahan yang ditanami pisang (X4), tenaga kerja yang dominan (X6). Dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) didapatkan hasil regresi secara keseluruhan, yaitu Y = -119088 + 195977 X1 – 2881 X2 – 19,5 X3 + 1949 X4 + 2,23 X5 + 0,0470 X6. Berdasarkan pendugaan model linier berganda
(41)
17 diperoleh koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 70,6 persen variabel. Hal ini menunjukkan bahwa 70,6 persen variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
Fator-faktor seperti luas lahan pisang, tenaga kerja pisang dan pendapatan non pisang dominan berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani pisang pada tingkat kepercayaan 90 persen. Adapun factor pendidikan, pengalaman dalam usahatani dan luas lahan total yang dikuasai oleh petani tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani pisang berdasarkan hasil analisis pendapatan, usahatani pisang ini menguntungkan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah kesamaan komoditas dan alat analisis. Sedangkan perbedaannya adalah lokasi dan varietas yang diteliti. Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, dapat dilihat bahwa usahatani padi relatif menguntungkan yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio satu sampai dua serta analisis tataniaga pada penelitian terdahulu lebih efisien pada saluran yang pendek. Maka melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui apakah usahatani padi pada Gapoktan Tani Bersatu lebih menguntungkan daripada usahatani padi pada penelitian terdahulu. Selain itu, untuk mengetahui apakah analisis tataniaga pada Gapoktan Tani Bersatu memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan pada analisis tataniaga pada penelitian terdahulu.
(42)
18 Secara ringkas studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama
Penulis Tahun Judul
Metode Analisis
Riyanto 2005 Analisis Pendapatan Usahatani dan
Pemasaran Padi (Kasus: Tujuh Desa, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah). R/C rasio, margin tataniaga Ira Novita Irawati
2006 Analisis Pendapatan dan Efisiensi
Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usahatani Padi Program PTT dan Non Program PTT (Kasus: Penerapan Program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu/PTT di Kabupaten Karawang)
Analisi Pendapatan, R/C rasio, analisis fungsi produksi, Prima Gandhi
2007 Analisis Usahatani dan Tataniaga padi
Varietas Unggul (Studi Kasus Padi Pandan Wangi di Kecamatan Warungkondang, Kabu, Cianjur). R/C rasio, margin tataniaga, farmer’s share Hesti Ratih Marhaeni
2007 Faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usahatani pisang (Musa
paradisiaca) (kasus Kelurahan Rancamaya, Kecamatan Bogor, Jawa Barat)
Analisis efisiensi usahatani dan regresi linier Fitria Silvi Damayanti
2008 Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Produksi
Usahatani Padi Sawah (Kasus: Di Desa Purwoadi, Kecamatan Trimurjo, Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung)
R/C rasio dan Uji F
Ridwan 2008 Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan
Dan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat. Kota Bogor)
(43)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Konsep Usahatani
Usahatani merupakan seluruh proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan atau sekumpulan orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain di samping bermotif mencari keuntungan (Soeharjo dan Patong, 1973). Pada umumnya ciri-ciri usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan petani terbatas, kurang dinamik sehingga berakibat pada rendahnya pendapatan usahatani (Soekartawi et al, 1986). Keterbatasan modal seringkali menjadi penyebab petani tidak mampu membeli teknologi. Sehingga kegiatan usahatani biasanya dilakukan dengan menggunakan teknologi yang dimiliki petani.
Tujuan setiap petani dalam melaksanakan usahataninya berbeda-beda (Soeharjo dan Patong, 1973). Apabila dorongannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga baik melalui atau tanpa peredaran uang, maka usahatani yang demikian disebut usahatani pencukup kebutuhan keluarga (Subsistence Farm). Sedangkan bila motivasi yang mendorongnya untuk mencari keuntungan maka disebut usahatani komersial (Comercial Farm).
Faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain teknologi, penggunaan input, dan teknik bercocok tanam. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari iklim, cuaca, hama dan penyakit. Ada empat unsur pokok dalam usahatani yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi (Hernanto, 1989) yaitu :
1) Lahan
Lahan usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan dan sawah. Tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atau tumpangsari.
(44)
20 2) Tenaga Kerja
Jenis tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP ; 1 ternak = 2 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP. 3) Modal
Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit (kredit bank, pelepas uang/keluarga/tetangga), hadiah, warisan, usaha lain ataupun kontrak sewa. 4) Pengelolaan atau manajemen
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi : (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar pengalaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain : (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) tataniaga hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada : (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani.
3.1.1.1 Analisis Biaya Usahatani
Soeharjo dan Patong (1973) menggolongkan biaya usahatani berdasarkan sifatnya. Biaya usahatani berdasarkan sifatnya digolongkan sebagai berikut:
(45)
21 1. Biaya tetap dan biaya variabel
Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, sewa tanah, dan sebagainya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya variabel terdiri dari bibit, makanan ternak, biaya mengembalakan, pembelian sarana produksi, dan lain-lain.
2. Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan
Dalam usahatani keluarga ada biaya yang dibayar dengan uang tunai atau benda. Di samping itu ada biaya yang tidak dibayar yang sebenarnya juga merupakan biaya usahatani. Biaya yang dibayarkan terdiri dari pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, makanan ternak, biaya menggembalakan ternak, pajak, upah tenaga kerja, dan lain-lain. Sedangkan biaya yang tidak dibayarkan adalah biaya pemakaian tenaga kerja keluarga, bunga modal, penyusutan modal, dan lain-lain.
3. Biaya langsung dan biaya tidak langsung
Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi (actual cost) yang terdiri dari biaya pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, biaya tenaga kerja, makanan ternak, biaya pengembalaan ternak, dan lain-lain. Biaya tidak langsung (imputed cost) terdiri dari penyusutan modal, biaya makan untuk tenaga kerja keluarga, dan lain-lain.
Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja (1983) menyatakan bahwa biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang, yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk alam dalam periode produksi tertentu. Istilah lain menyatakan bahwa biaya merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi) yang disebut input. Usahatani yang dilakukan oleh petani pada akhirnya akan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Faktor-faktor yang termasuk dalam biaya adalah:
1. Sarana produksi yang habis terpakai, misalnya bibit, pupuk dan obat-obatan, bahan bakar, bunga modal dan lain-lain.
(46)
22 2. Lahan, misalnya sewa lahan baik berupa uang maupun natura, pajak,
iuran, pengairan, dan taksiran biaya penggunaan lahan jika lahan milik sendiri.
3. Biaya alat-alat produksi seperti bangunan, traktor, peralatan lain serta estimasi biaya penyusutan.
4. Tenaga kerja petani dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian lepas dan tenaga kerja musiman.
5. Biaya-biaya lain, termasuk kerja upahan insidentil, sewa alat dan hewan penarik.
3.1.1.2Analisis Pendapatan Usahatani
Tujuan dari usahatani adalah menghasilkan produk baik dari hasil tanaman, perikanan maupun peternakan. Semua produk yang dihasilkan dalam usahatani selanjutnya akan dijual dan merupakan sumber pendapatan bagi petani. Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan mengurangi nilai output total atau penerimaan dengan nilai input total atau biaya. Produk yang dihasilkan dalam usahatani berupa produk utama dan produk sampingan. Misalnya dalam usahatani padi, produk utama yang dihasilkan berupa gabah yang selanjutnya akan dijual atau digiling. Sedangkan produk sampingan berupa jerami yang dapat dijual untuk pakan ternak, kompos atau bahan industri lain (Tjakrawiralaksana dan Soeriaatmadja, 1983).
Analisis pendapatan usahatani memiliki tujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu usaha dan untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi pemilik faktor produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu (1) menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan (2) menggambarkan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Analisis usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengetahui dan mengukur apakah kegiatan usahatani yang dilakukan berhasil atau tidak.
Menurut Soekartawi et al (1986), ada beberapa istilah yang digunakan untuk melihat ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani yaitu penerimaan
(47)
23 kotor usahatani nilai produksi atau yang dibedakan menjadi pendapatan kotor tunai dan tidak tunai. Pendapatan kotor usahatani yaitu ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefenisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Dalam menfsirkan pendapatan kotor, semua komponen yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Pendapatan kotor tunai atau penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima dari usahatani yang berbentuk benda. Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan untuk bibit atau makanan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan di gudang dan menerima pembayaran dalam bentuk benda.
Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran usahatani untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diterima yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Penampilan usahatani kecil dinilai dengan mengukur penghasilan bersih usahatani yang diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan bersih dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan.
Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan didalam produksi. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang sehingga segala keluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai. Pengeluaran tidak tunai (diperhitungkan) adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit.
Bentuk-bentuk analisis pendapatan usahatani antara lain:
1. Analisis pendapatan tunai, pendapatan total dan analisis biaya per sarana produksi usahatani
(48)
24 Analisis ini adalah analisis yang digunakan untuk melihat keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan financial. Pendekatan dalam analisis usahatani dilakukan dengan dua hal yaitu perhitungan pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan). Unsur yang digunakan dalam analisis usahatani adalah produksi kotor dan biaya total. Produksi kotor merupakan produksi yang dihasilkan cabang usahatani, sedangkan biaya atau pengeluaran total adalah pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan produksi tersebut.
2. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio).
Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Rasio penerimaan dan biaya menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap produk untuk setiap rupiah yang dikeluarkan dalam usahatani. Jika nilai R/C rasio lebih dari satu maka usahatani tersebut menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai R/C rasio kurang dari satu maka usahatani tersebut tidak menguntungkan.
3.1.1.3 Analisis Penerimaan Usahatani
Analisis pendapatan usahatani ditentukan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan yaitu hasil kali antara jumlah output dalam satuan tertentu dengan harga satuan produk tersebut. Penerimaan usahatani (farm receipt) didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Penerimaan usahatani terdapat dalam tiga bentuk yaitu (1) hasil penjualan tunai misalnya tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual, (2) produk hasil usahatani yang dikonsumsi keluarga, (3) kenaikan nilai inventaris atau selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun. Sedangkan pengeluaran atau biaya adalah semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam satu periode produksi.
Sedangkan pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Bentuk pengeluaran usahatani berupa pengeluaran yang
(1)
B. Gambaran Umum Usahatani a) Pemilihan Varietas dan benih
1. Varietas yang ditanam : ...(Situbagendit /Bondoyudo/Ciherang/ )* Alasan : ... 2. Benih yang digunakan : ...(Bersertifikat/tidak bersertifikat/ )* 3. Jumlah benih : ... kg/... ha/musim tanam
4. Lama persemaian : ...hari
5. Tempat persemaian : ...nampan/kotak/pepiti/...
6. Proses persemaian :... b) Pengolahan tanah
1. Alat pembajakan yang digunakan : ... 2. Kedalaman mata bajak : ... 3. Lama pembajakan : ... 4. Sarana pengolahan tanah diperoleh dari : ... 5. Proses pengolahan tanah : ...
c) Penanaman
1. Umur bibit : ...hari
2. Jumlah bibit : ...bibit/rumpun 3. Jarak tanam : ...cm
4. Kedalaman tanam : ... cm
5. Proses penanaman : ...
d) Perawatan Tanaman
1. Penyulaman : ... 2. Pengolahan tanah ringan :... 3. Penyiangan :... 4. Alat yang digunakan :... 5. Menjelang bunting : ...hari
6. Pemasakan biji : ...hari
e) Pemupukan
1. Pupuk diperoleh dari : ... 2. Pemupukan : ...hari
3. Proses Pemupukan : ...
f) Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
1. Secara teknik budidaya : ... 2. Secara biologis (predator alami) : ... 3. Secara fisik (perangkap) : ... 4. Secara kimia (pestisida kimia) : ... 5. Bahan yang digunakan : ... 6. Proses pengendalian hama dan penyakit : ... g) Panen
1. Umur panen : ...hari
2. Alat yang digunakan : ... 3. Proses panen : ... h) Pasca panen
1. Pengeringan : ...hari
2. Penggilingan : ... 3. Pengemasan : ...
(2)
C.Penggunaan faktor-faktor produksi/input usahatani padi Bondoyudo
47
No Pengeluaran Jumlah Tenaga kerja keluarga
Tenaga kerja luar keluarga
Hari-HOK/ Jam
Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp) Biaya Tunai Biaya
Diperhitungkan
Total Biaya
I Benih II Pupuk kimia
a. Pupuk padat -Urea -TSP -KCl
-NPK (Ponska) -SP-36
b. Pupuk cair -
c. Pupuk kandang -
d. Pestisida padat - Furadan e. Pestisida cair
- Matador - Spontan - Decis - Elsan - Arivow III Tenaga kerja
a.PengolahantanahI - Membajak - Traktor - Ternak - Memopok b. Persemaian - Pembuatan Media
(3)
- Menabur
c.PengolahantanahII - Meratakan d. Penanaman - Menggarisi lahan - Menanam/tandur e. Pemupukan f. Penyulaman g. Penyiangan I Penyiangan II h. Penyemprotan i. Pengairan j. Panen
- Memanen - Mengangkut k. Pasca Panen
- Mengeringkan - Penggilingan - Pengemasan - Mengangkut Jumlah
(4)
D. Peralatan yang digunakan dalam usahatani padi No. Jenis alat Jumlah
(buah)
Harga beli (Rp)
Nilai Pembelian
(Rp)
Masa pakai (thn)
Estimasi umur ekonomis
(thn)
Biaya Penyusutan
(Rp) 1. Cangkul
2. Kored 3. Parang/Bedog 4. Handsprayer 5. Garokan 6. Capalakan 7. Terpal
7. Garukan/perata tanah
9. Ani-ani 10.
11. 12. 13. 14.
E. Pengeluaran usahatani lainnya
No. Jenis pengeluaran Jumlah (Rp)
1 Pajak
2 Sewa lahan per (musim/tahun) 3
4 5 Total
F. Penerimaan hasil produksi
No. Produksi Total produksi
(kg)
Harga (Rp/Kg) 1 Malai/Gabah kering panen
2 3
(5)
Lampiran 7. Kuesioner Tataniaga Beras Bondoyudo
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi ”Analisis Usahatani dan Tataniaga Beras Varietas Unggul Nasional (Kasus: Varietas Bondoyudo pada Gapoktan Tani Bersatu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” oleh Juniasti Zalukhu (H34067010), Mahasiswa Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KUESIONER TATANIAGA BERAS BONDOYUDO *) coret yang tidak perlu
A. Identitas dan Karakteristik Responden
1. Nama : ... 2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan*
3. Umur : ...tahun
4. Alamat : ... 5. Pendidikan terakhir : SD/SLTP/SMU/Perguruan Tinggi/lainnya* 6. Jumlah tanggungan keluarga :
7. Berdagang padi sebagai : Pedagang pengumpul/pedagang besar/pengecer/lainnya*
8. Lamanya jadi pedagang : ...bulan/tahun 9. Volume penjualan : ...(kg/kwintal/ton) B. Pembelian padi Varietas Padi Bondoyudo
No Pihak penjual/ Daerah asal
Asal penjual* Jumlah (kg)
Persentase (%)
Harga beli (Rp/kg)
DD LD
1 2 3 4 5
*) beri tanda check list(√)
Catatan : DD = dalam daerah; LD = luar daerah *) beri tanda check list(√)
C. Fungsi pemasaran padi Varietas Bondoyudo
No. Kegiatan yang dilakukan Jumlah tenaga
kerja(orang)
Upah atau biaya (Rp/……)
1 Pengolahan
2 Pengemasan
3 Pengangkutan
4
(6)
D. Tanya jawab pilihan
1. Kegiatan perdagangan yang dilakukan : a. Sepanjang tahun
b. Musiman, bulan...s/d bulan... 2. Sifat usaha yang dijalani :
a. Usaha pokok
b. Usaha sampingan, pokoknya...
3. Bagaimana responden mendapatkan padi atau beras yang dibeli : a. Datang sendiri ke petani
b. Pesan dari pedagang perantara, dari...
4. Apakah responden memperhitungkan jumlah yang dibeli untuk menyediakan stok :
a. Tidak b. Ya
5. Siapa yang menentukan harga padi atau beras yang dibeli :
a. Responden c. Tawar-menawar
b. Pemasok d. Mengikuti harga pasar
6. Harga yang menjadi pedoman penentuan harga beli padi atau beras : a. Petani lain c. Lainnya, yaitu... b. Pembeli
7. Siapa yang menentukan harga padi atau beras yang dijual:
a. Responden c. Tawar-menawar
b. Pemasok d. Mengikuti harga pasar
8. Harga yang menjadi pedoman penentuan harga jual padi atau beras : a. Pedagang lain c. Lainnya, yaitu... b. Pembeli
9. Apakah responden mengikuti perubahan harga padi /beras : a. ya, dari siapa ?
b. tidak
10. Bagaimana perubahan harga tersebut : a. Berubah dengan persentase yang sama b. Berubah dengan persentase yang lebih besar c. Berubah dengan persentase yang lebih kecil
11. Apa yang paling sering menyebabkan perubahan harga : a. Permintaan pembeli
b. Kondisi pasokan padi atau beras c. Kondisi masuknya komoditas impor
12. Apakah ada grade/tingkatan kualitas dan apakah ada perbedaan harganya? a. Ada, yaitu...