55
b. Pupuk Urea X2
Nilai koefisien regresi penggunaan pupuk urea sebesar 0.225 dan mempunyai nilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sarana input pupuk urea
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan produksi padi. Nilai tersebut mengandung arti bahwa setiap penambahan satu kilogram perhektar pupuk urea
akan meningkatkan hasil produksi sebesar 0.225 kilogram perhektar dengan asumsi variabel lain tetap Cateris Paribus. Nilai elastisitas tersebut,
menunjukkan bahwa pupuk urea yang digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki nilai yang berada diantara nilai nol dan satu
0Ep1.
c. Pupuk KCl X3
Nilai koefisien pupuk KCl adalah 0.218. Nilai koefisien tersebut positif dan hal ini menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk KCL terhadap
produksi padi juga positif. Nilai koefisien pupuk KCl mengandung arti setiap penambahan pupuk KCl satu kilogram perhektar akan meningkatkan hasil
produksi padi sebesar 0.218 ton perhektar dengan asumsi variabel lain tetap Cateris Paribus. Nilai elastisitas tersebut, menunjukkan bahwa pupuk urea yang
digunakan berada pada daerah II, yaitu daerah rasional karena memiliki nilai yang berada diantara nilai nol dan satu 0Ep1. Berdasarkan kondisi dilapangan
petani responden belum banyak yang memanfaatkan jerami padi untuk digunakan sebagai pupuk. Hal ini berarti bahwa penggunaan pupuk KCl oleh petani masih
kurang, dan untuk memperkecil biaya penambahan pupuk KCl dapat didapatkan dari kompos dari jerami padi.
d. Pupuk NPK X4
Variabel pupuk NPK dalam model mempunyai nilai koefisien regresi sebesar 0.151 dan bernilai positif, yang berarti memberikan pengaruh yang positif juga
terhadap penambahan produksi padi. Setiap penambahan satu kilogram pupuk NPK akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.151 tonhektar cateris paribus.
Penggunaan pupuk NPK di lokasi penelitian masih kurang dari dosis yang dianjurkan. Anjuran penggunaan pupuk NPK 300 kgha, sedangkan dilokasi
56
penelitian rata-rata penggunaan pupuk NPK hanya 119 kilogram perhektar.
Sehingga penggunaan pupuk NPK perlu ditambahkan.
e. Tenaga Kerja X5
Koefisien regresi variabel tenaga kerja adalah 0.482 dan bernilai positif. Setiap penambahan satu HOK tenaga kerja dapat meningkatkan produksi padi
sebesar 0.482 tonhektar cateris paribus. Hasil kondisi di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja saat panen masih kurang. Pada saat panen, jika
jumlah pemanen hanya sedikit maka akan mempengaruhi kemasakan atau kematangan bulir padi, sehingga banyak padi yang rontok karena terlalu tua dan
menyebabkan berkurangnya hasil padi. Untuk itu penggunaan jumlah tenaga kerja yang cukup saat panen, sangat diperlukan agar jumlah padi yang hilang bisa
diminimalisir.
57
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG
7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang
Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil wawancara dan kondisi di lokasi penelitian dimulai
dari pengolahan lahan, persemaian, penanaman, pemupukan, pemeliharaan tanaman pengairan dan penyiangan, dan pemanenan.
7.1.1 Pengolahan lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan bajak kerbau atau traktor. Pengolahan lahan dimaksudkan untuk membuat struktur tanah menjadi
lunak, dengan cara membalikkan tanah, sehingga dapat digunakan untuk menanam padi. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak dua kali. Pemilihan cara
pengolahan lahan dengan traktor atau bajak dipengaruhi oleh besarnya biaya dan waktu. Membajak dengan menggunakan bajak lebih murah dibandingkan dengan
menggunakan traktor, tetapi membutuhkan waktu yang relatif lama. Biaya pengolahan tanah dengan menggunakan bajak kerbau sebesar Rp.1.000.000,00
perhektar dan membutuhkan waktu selama 6-8 hari. Sedangkan dengan menggunakan mesin traktor biaya yang dibutuhkan lebih mahal yaitu sebesar
Rp.1.500.000,00 per hektar dengan waktu pengerjaan pengolahan tanah selama 3- 4 hari.
7.1.2 Persemaian
Luas persemaian atau pembenihan adalah 0,04 dari luas lahan yang akan digunakan untuk penanaman padi. Jumlah benih yang digunakan perhektar rata-
rata sebanyak 26,25 kg. Jika ditinjau dari jumlah benih yang seharusnya digunakan yaitu sekitar 25 kg perhektar, penggunaan benih oleh petani dapat
dikatakan berlebih dari standar seharusnya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada keong mas, sehingga sisa benih digunakan untuk
menyulam tanaman. Benih yang digunakan oleh petani adalah benih varietas ciherang. Alasan penggunaan benih varietas ciherang karena rasa yang enak, dan
58
tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit seperti wereng coklat dan hawar daun.
7.1.3 Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menggunakan bibit muda, yang berumur kurang dari 21 Hari Setelah Tanam HST. Maksud dari penanaman bibit muda
yaitu agar tanaman menghasilkan jumlah anakan yang banyak sehingga akan menghasilkan produksi yang banyak. Jumlah bibit yang ditanam perumpun yaitu
3-4 bibit. Jumlah bibit yang digunakan juga melebihi standar yang ditetapkan oleh instansi terkait, seharusnya jumlah bibit yang digunakan 1-2 bibit perumpun.
Petani tidak menanam bibit dengan jumlah 1-2 bibit karena dianggap bibit muda rentan terhadap hama keong mas.
Penanaman dapat dilakukan dengan menggunakan sistem tegel atau sistem legowo. Sistem tegel adalah menanam padi dengan menggunakan jarak yang
sama antara jarak tanaman dalam barisan dan jarak tanam antar barisan, misalnya 25 cm x 25 cm. Sedangkan sistem tanam legowo adalah sistem tanam yang
menggunakan jarak tanam yang tidak sama antara jarak dalam barisan dan jarak antar barisan. Misalnya sistem legowo 2:1 dengan jarak 25 cm x 25 cm, ini berarti
jarak tanam dalam barisan 12,5 cm sedangkan jarak antar barisan adalah 50 cm, hal ini karena ada barisan yang ditarik kedalam barisan sebelahnya. Jumlah
populasi dengan menggunakan sistem legowo lebih banyak daripada jumlah populasi dengan menggunakan jarak tanam sistem tegel. Penanaman yang
dilakukan oleh petani dilokasi penelitian menggunakan sistem tegel, dengan jarak
tanam 22 cm x 22 cm. Dengan menggunakan jarak tanam sistem tegel ini jumlah
populasi tanaman dalam satu hektar dapat dihitung. Jumlah populasi tanaman dalam satu hektar sebanyak 206.612 tanaman. Sistem tanam legowo jarang
dilakukan oleh petani di daerah penelitian, hal ini dikarenakan penanaman dengan menggunakan sistem legowo membutuhkan ketelitian dari para penanam karena
mereka belum terbiasa, sehingga biaya tenaga kerja untuk penanaman akan meningkat. Untuk itu petani lebih suka menggunakan sistem tegel.
59
7.1.4 Pemupukan
Dari hasil penelitian, seluruh petani melakukan pemupukan padi sawah dengan menggunakan pupuk kimia dan pupuk kandang. Jumlah dosis pupuk
kimia dan pupuk kandang yang digunakan belum sesuai anjuran. Pupuk kandang yang dipakai tidak menggunakan ukuran jumlah, hal ini disesuaikan dengan
jumlah pupuk kandang yang ada. Dosis pupuk urea 250 kgha, KCl 75 kgha, dan NPK 300 kgha. Sedangkan penggunaan pupuk di lokasi penelitian rata-rata setiap
masing-masing jenis adalah : Urea 227 KgHa, KCl 69 KgHa dan NPK 119
KgHa. Rata -harga pupuk di lokasi penelitian yaitu : Urea Rp.1.800,00 dan KCl
Rp.2500,00 NPK Rp.2500,00. Anjuran pemupukan Urea N dengan menggunakan BWD Bagan warna
Daun dan pemupukan P dan K dengan penggunaan peta status hara tidak dilakukan oleh petani di daerah penelitian, hal ini dikarenakan petani tidak
memiliki alat BWD dan juga belum mampu menggunakan alat tersebut secara terampil. Sehingga pemupukan padi di lokasi penelitian dilakukan sebanyak dua
kali yaitu saat tanaman berumur kurang dari 7 Hari Setelah Tanam HST atau biasa disebut pemupukan dasar, dan pemupukan susulan dilakukan antara umur
25-35 HST. Penggunaan pupuk pada saat pemupukan dasar yaitu setengah dosis pupuk urea dan setengah dosisnya lagi digunakan saat pemupukan susulan.
Sedangkan SP36, KCl pemberian pemupukannya dilakukan sekaligus di awal penanaman atau saat pemupukan dasar.
7.1.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang meliputi pengairan, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan oleh petani di daerah penelitian
berdasarkan kondisi yang ada. Pengendalian hama dan penyakit hanya dilakukan jika dalam tanaman padi tersebut terlihat ada serangan hama atau penyakit. Jika
tidak ada tanda-tanda tanaman tersebut diserang maka pengendalian hama tidak dilakukan. Untuk penyiangan biasanya dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
pemupukan dilakukan. Penyiangan dilakukan dengan tujuan membersihkan area pertanaman dari gulma atau tanaman penggangu agar tanaman padi dapat hidup
dengan subur dan tidak bersaing dalam memperoleh hara tanaman.
60
Penyemprotan untuk tujuan pengendalain hama dan penyakit hanya dilakukan jika di area pertanaman terdapat gejala tanaman terserang, jika petani
merasa tanaman padi sudah cukup terganggu dengan adanya gejala penyakit maka mereka melakukan penyemprotan. Berdasarkan pengalaman petani dapat
membaca situasi atau kondisi bahwa akan muncul hama atau penyakit. Hal ini biasanya diketahui dari jumlah curah hujan yang turun. Jika curah hujan terlalu
tinggi dan panas disiang hari kurang maka akan menyebabkan kelembaban yang tinggi di area pertanaman yang akan menyebabkan munculnya hama wereng.
Musim tanam bulan oktober-maret MT Ok-Mar adalah musim tanam yang sering disertai dengan adanya Organisme Penggangu Tanamna OPT,
sedangkan musim tanam April-September MT A-Sep adalah musim tanam yang jarang di sertai munculnya OPT. Untuk mengatasi serangan OPT selain dengan
melakukan penyemprotan pestisida petani juga melakukan pergiliran tanaman, yaitu menanam varietas padi yang berbeda-beda setiap musim tanam. Meskipun
pengambilan data penelitian dilakukan pada waktu musim tanam Oktober-Maret tetapi pada saat itu, tidak terjadi serangan hama dan penyakit.
7.1.6 Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur antara 115-125 HST. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang padi dengan menggunakan arit
bergerigi. Di daerah penelitian pemanenan masih dilakukan dengan cara sederhana hanya dengan menggunakan batu atau papan sebagai alat untuk
merontokkan padi, belum menggunakan alat seperti pedal tresher. Dari hasil wawancara pemanenan tidak menggunakan alat karena lokasi panen yang sulit
untuk dijangkau alat tersebut tidak praktis jika membawa alat pedal tresher. Pemanenan yang hanya menggunakan alat sederhana memungkinkan kehilangan
hasil atau loses yang tinggi kurang lebih 10. Hasil output dan input dan
digunakan dalam usahatani padi varietas ciherang per periode musim tanam per rata-rata luas satu hektar dapat dilihat pada Tabel 12.
61
Tabel 12 . Hasil Output dan Input yang Digunakan dalam Usahatani Padi Varietas
Ciherang per Musim Tanam per Rata-rata Luas Satu Hektar .
No Komponen
Jumlah fisik Satuan HargaSatuan Rp
A Output
Padi yang dijual 4508
Kg 2.500
Padi Yang dikonsumsi 575
Kg 2.500
Output yang hilang 662
Kg 2.500
Total Output 5745
Kg 2.500
B Input
1 Lahan
1 Hektar
4.000.000 2
Benih 26,26
Kg 7.000
3 Pupuk Kimia
- Urea
227 Kg
1.800 -
KCl 69
Kg 2.500
- NPK
119 Kg
2.500 4
Tenaga Kerja 121
HOK 20.000
7.2 Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Padi