bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan. Senyawa flavanoid dan turunanya memilki
dua fungsi fisiologi tertentu, yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan penyakit sebagai antibakteri dan anti virus bagi tanaman. Sehubungan dengan
mekanisme kerja dari flavonoida dalam menghambat pertumbuhan bakteri, antara lain bahwa flavonoida menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding
sel bakteri Sabir, 2008. Mirzoeva et al., 1997 berpendapat bahwa flavonoida mampu menghambat motilitas bakteri.
Mekanisme yang berbeda dikemukakan oleh Di Carlo et al., 1999 yang menyatakan bahwa gugus hidroksil yang terdapat pada struktur senyawa
flavonoida menyebabkan perubahan komponen organik dan transpor nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap bakteri. Sedangkan
senyawa terpenoida dapat menghambat pertumbuhan mikroba yakni dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran dan atau dinding sel, membran atau
dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna Ajizah, 2004. Berdasarkan Tabel 4.4.3 juga terlihat bahwa ekstrak kasar bintang laut A.
forbesii bekerja tidak stabil dalam penghambatan, ditunjukkan dengan konsentrasi yang semakin besar tidak memberikan efek penghambatan yang lebih
besar. Kemungkinan ini disebabkan karena ekstrak yang digunakan merupakan ekstrak kasar yang kelarutan senyawa antibakterinya belum maksimal, sehingga
aktivitasnya tidak maksimal pula. Selain itu, semakin pekat atau semakin tinggi konsentrasi ektrak dapat mempengaruhi kecepatan difusi ekstrak tersebut
sehingga tidak maksimal dalam menghasilkan zona hambat. Hal ini juga terjadi pada penelitian Dewi 2010 yang menyatakan bahwa diameter zona hambat tidak
selalu naik sebanding dengan naiknya konsentrasi antibakteri, kemungkinan ini terjadi karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar
serta jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda juga memberikan diameter zona hambat yang berbeda pada lama waktu tertentu. Schlegel dan
Schmidt 1994 menambahkan faktor- faktor yang mempengaruhi difusi yaitu konsentrasi mikroorganisme, komposisi media, suhu inkubasi, dan waktu inkubasi
4.5 Uji Senyawa Aktif Pada Ekstrak Metanol Bintang Laut A. forbesii
Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen
Universitas Sumatera Utara
Uji senyawa aktif ekstrak metanol bintang laut A. forbesii dilakukan
dengan menggunakan metode KLT preparatif. Pengujian ini bertujuan untuk melihat senyawa yang aktif pada ekstrak metanol bintang laut yang mampu
menghambat beberapa jenis bakteri patogen S. aureus, B. subtilis, P. auroginosa dan E. coli. Adanya senyawa aktif yang terdapat dalam ekstrak metanol tersebut
dapat mempengaruhi aktifitas dari bakteri uji sehingga dengan demikian dapat menjadi tolak ukur dalam menentukan aktifitas senyawa tersebut terhadap bakteri
uji yang ditandai dengan adanya zona bening disekitar cakram. Dari hasil pengujian KLT preparatif yang telah dilakukan terhadap ekstrak metanol bintang
laut yang diamati di bawah sinar UV pada panjang gelombang 254 dan 366 nm diperoleh 4 noda Lampiran 9f yang ditunjukkan dengan nilai Rf yakni Rf1
0,20. Rf2 0,32. Rf3 0,38 dan Rf4 0,09. Dari keempat noda tersebut dilakukan pengujian terhadap empat jenis bakteri patogen. Diameter zona hambat yang
dihasilkan dari keempat senyawa ekstrak dapat dilihat pada Gambar 4.5.2.
Gambar 4.5.2 Grafik Diameter Zona Hambat Senyawa Hasil KLT Ekstrak Metanol Bintang Laut A. forbesii Terhadap Beberapa Jenis
Bakteri Patogen. Rf1 0,20. Rf2 0,32. Rf3 0,38 dan Rf4 0,09.
Dari Gambar 4.5.2 dapat dilihat bahwa dari keempat noda yang dihasilkan hanya tiga noda yang mampu menghambat aktifitas bakteri uji. Pada gambar
tersebut juga terlihat bahwa bakteri Gram negatif lebih aktif dibandingkan dengan
Universitas Sumatera Utara
bakteri Gram positif. Dari gambar tersebut juga terlihat bahwa Rf 3 aktif terhadap bakteri Gram negatif dan tidak aktif terhadap bakteri Gram positif S. aureus. Rf 1
dan 2 aktif terhadap semua bakteri Gram negatif dan kurang aktif terhadap bakteri Gram positif. Rf 4 tidak aktif terhadap semua bakteri baik bakteri Gram negatif
maupun bakteri Gram positif. Nimah et al., 2012 menyatakan ekstrak antibakteri dari H. scabra lebih efektif menyerang bakteri Gram negatif daripada bakteri
Gram positif. Hal ini disebabkan bakteri Gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih tipis daripada bakteri Gram positif. Menurut pendapat Pelczar dan
Chan 2008, bakteri Gram negatif memiliki struktur dinding sel yang lebih tipis yang terdiri dari 10 peptidoglikan, lipopolisakarida dan kandungan lipid tinggi
11-22, sedangkan bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang lebih tebal yang terdiri dari 60-100 peptidoglikan dan lipid rendah 1-4. Hasil
pengamatan terhadap zona hambat senyawa metanol ekstrak bakteri dapat dilihat pada Gambar 4.5.3
A B
C D
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5.3 Zona Hambat Senyawa pada Ekstrak Metanol Bintang Laut A.
forbesii Terhadap Bakteri Patogen A S. aureus, B B. subtilis, C P. auroginosa, dan D E. coli
Gambar 4.5.3 menunjukkan bahwa ekstrak metanol mampu menghambat beberapa jenis bakteri patogen dengan diameter yang bebeda-beda karena
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah konsentrasi ekstrak yang digunakan, serta kemampuan dari bakteri dalam melakukan aktifitas dalam
melawan zat atau senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Menurut Khunaifi 2010, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi diameter zona hambat dan
pola resistensi oleh bakteri dengan cara menurunkan permeabilitas dinding sel bakteri sehingga antibakteri sulit masuk dalam sel, membentuk jalan pintas untuk
menghindari tahap yang dihambat oleh antibakteri, dan meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antibakteri.
4.6 Uji Fitokimia Senyawa Aktif Ekstrak Metanol Bintang Laut A. forbesii