karena struktur dinding sel Gram negatif terdiri dari tiga lapis dan lebih kompleks, yaitu terdiri dari lapisan luar yang berupa lipoprotein, lapisan tengah yang berupa
lipopolisakarida dan lapisan dalam berupa peptidoglikan Pelczar dan Chan, 2008.
Pada bakteri Gram negatif, struktur dinding selnya berlapis tiga dengan ketebalan yang tipis 10-15 nm. Komposisi dinding sel terdiri dari lipid dan
peptidoglikan yang berada di dalam lapisan kaku sebelah dalam dengan jumlah sekitar 10 dari berat kering. Kandungan lipid dari bakteri Gram negatif cukup
tinggi yaitu 11-22 . Bakteri Gram negatif ini umumnya rentan terhadap penisilin dan kurang rentan terhadap gangguan fisik Pelczar dan Chan, 2008.
2.3.1 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus tergolong bakteri Gram positif bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini berbentuk bulat tunggal, berpasangan atau bergerombol
dengan diameter 0,5- 1,5 μm, tidak berkapsul dan tidak berspora, dan non motil.
Bakteri ini bersifat kemoorganotropik dengan tipe metabolisme fermentatif dan respiratif. Bakteri ini dapat tumbuh pada konsentrasi NaCl 10 dan suhu
optimum antara 35-37°C dan pH 6-7, akan tetapi pada suhu 6,7-45,5 °C serta pH 4,0-9,8 bakteri ini masih dapat tumbuh dan berkembang biak. Staphylococcus
aureus umumnya sensitif terhadap antibiotik β-laktam, tetrasiklin, dan
kloramfenikol, tetapi resistan terhadap polimiksin Pelczar dan Chan, 2008. Rahayu 1999 menyatakan bahwa S. aureus merupakan mikroflora normal
pada permukaan tubuh, rambut, mulut, dan tenggorokan. Bakteri S. aureus yang mencemari makanan terjadi akibat kurangnya tingkat higienis dalam penanganan
pangan. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab infeksi membentuk nanah dan bersifat toksik bagi manusia. Hal ini menyebabkan berbagai masalah
pada kulit seperti bisul, hordeolum, bahkan masalah serius seperti pneumonia, mastitis, meningitis, dan infeksi saluran kemih. S. aureus merupakan penyebab
utama infeksi di rumah sakit nosokomial yang berasal dari infeksi luka bedah dan infeksi yang terkait dengan perangkat medis yang digunakan. S. aureus
penyebab keracunan makanan dengan melepaskan enterotoksin pada makanan dan menimbulkan efek yang disebut toxic shock syndrome Todar, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Enterotoksin yang bersifat tahan panas ini dikeluarkan pada bahan pangan yang terkontaminasi S. aureus. Makanan yang mengandung toksin apabila masuk
pencernaan manusia akan menimbulkan efek muntah-muntah, mual, dan diare setelah 1-6 jam Pertumbuhan bakteri ini dalam makanan dapat terjadi jika
makanan disimpan pada suhu ruang dalam waktu yang lama Madigan et al., 2009.
2.3.2 Bacillus subtillis
Bacillus subtilis merupakan bakteri Gram positif, uniseluler yang berbentuk batang dan hidup secara aerob. Bakteri ini membentuk tipe khusus saat
dorman yang disebut endospora. Endospora terbentuk dari sel vegetatif sebagai respon terhadap lingkungan yang ekstrim. B. subtilis tumbuh pada makanan
dengan pH lebih dari 4 dengan kondisi aerob. Hal yang sering terjadi yaitu terbentuknya lendir pada makanan Todar, 2011.
2.3.3 Pseudomonas auroginosa