2.6.5 Fenol Hidrokarbon
Komponen fenolat merupakan struktur aromatik yang berkaitan dengan satu gugus atau lebih gugus hidroksil, beberapa mungkin digantikan oleh gugus
metal atau glikosil. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon. Kuinon terdiri atas dua gugus karbonil
yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbon-karbon. Kuinon dapat dibagi menjadi empat kelompok untuk tujuan identifikasi yaitu, benzokuinon,
naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid Harborne, 1987.
2.7 Bioassay
Bioassay merupakan salah satu uji yang menggunakan organisme hidup untuk mengetahui efektifitas suatu bahan hidup ataupun bahan organik dan bahan
anorganik terhadap suatu organisme hidup. Senyawa bioaktif hampir semua bersifat toksik pada dosis tinggi, oleh karena itu daya bunuh in vivo terhadap
organisme hewan uji dapat digunakan untuk menapis ekstrak biota yang mempunyai bioaktifitas dan juga memonitor fraksi bioaktif selama fraksinasi dan
pemurnian Munifah et al., 2008 Brine Shrimp Lethality Test BSLT merupakan salah satu metode
bioassay yang menggunakan larva udang A. salina Leach sebagai hewan uji. Metode tersebut merupakan metode yang banyak digunakan sebagai langkah awal
pencarian senyawa anti kanker baru. Hasil uji toksisitas dengan metode tersebut telah terbukti memiliki korelasi dengan daya sitoksis senyawa anti kanker.
Keuntungan dari metode tersebut diantaranya mudah dilakukan, cepat, mudah diperbanyak, dan dapat menunjukkan adanya korelasi terhadap suatu spesifik anti
kanker Nurhayati et al., 2006 Artemia salina adalah udang-udangan tingkat rendah yang hidup sebagai
zooplankton. Udang ini digunakan dalam metode BSLT. Secara taksonomi A. salina diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Anostracea
Universitas Sumatera Utara
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Species : Artemia salina
Dalam membiakkan udang A. salina ada beberapa variabel penting yang harus diperhatikan seperti pH, cahaya dan oksigen. pH optimum yang dibutuhkan
untuk pembiakan udang A. salina adalah 8-9, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh A.salina. Cahaya diperlukan dalam proses
penetasan dan sangat menguntungkan bagi pertumbuhannya hanya cahaya minimal sehingga lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup
udang A.salina Fox, 2004; Harefa, 1997. Penggunaan udang A.salina dalam uji toksisitas pada metode BSLT
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain mudah didapat, murah dan mudah disimpan beberapa tahun ditempat yang kering dan tidak memerlukan kondisi
aseptis yang khusus, serta udang ini memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap senyawa toksik bila dibandingkan dengan organisme lainnya Fox, 2004; Harefa,
1997. Pertumbuhan udang A.salina yang cepat ini dapat dikorelasikan dengan pertumbuhan sel kanker yang cepat, sehingga metode ini dapat digunakan sebagai
penapisan awal senyawa yang bersifat toksik. LC
50
adalah konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian 50 hewan percobaan, selama waktu tertentu. Pada metode BSLT, sampel uji dikatakan aktif
jika LC
50
kecil dari 1000 ppm. Sejauh ini metode penentuan LC
50
ada 3 macam, yaitu metode Kurva, metode Farmakope Indonesia dan metode Finney. Ketiga
metode ini berdasarkan pengukuran persentase individu yang responsitif pada kisaran dosis atau konsentrasi tertentu Meyer et al., 1982.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat