AKNOP Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan Produktivitas Budidaya Pertanian

lxiv Tanaman dapat tumbuh dengan mengabsorbsi air. Disamping itu, tanaman dapat tumbuh dengan subur memerlukan pupuk. Pemberian air yang cukup adalah yang paling utama pada saat pertumbuhan tanaman pada periode tertentu. Tanaman yang terpenting yang membutuhkan air irigasi di Indonesia adalah tanaman padi, sebab beras adalah makanan pokok bangsa Indonesia. Oleh sebab itu pemberian air bagi tanaman padi menjadi satu masalah yang sangat penting disamping pemberian air untuk palawija. Menurut Kepmenkimpraswil No. 529KPTSM2001 Tentang Pedoman Penyerahan Kewenangan Pengelolaan Irigasi kepada Perkumpulan Petani Pemakai Air, alokasi air irigasi adalah rincian pelayanan irigasi yang mencakup sebagai berikut : a. Dasar - dasar penyediaan, pembagian, pemberian, dan pembuangan air irigasi yang meliputi kriteria, prioritas, dan tata cara pengaturan. b. Rencana pembagian, pemberian, dan pembuangan air irigasi pada masing - masing lokasi bangunan bagipintu air, waktu pemberian, masa pemberian, debit air. c. Penentuan pihak - pihak yang akan melakukan berbagai jenis kegiatan, tempat dan waktu pelaksanaan, serta cara melaksanakan pelayanan air irigasi.

2.1.10 AKNOP Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan

AKNOP adalah angka kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan untuk pengelolaan irigasi dari hasil inventarisasi penelusuran kerusakan jaringan irigasi yang ditetapkan melalui musyawarah Kepmen Kimpraswil no. 529 KPTS M 2001. lxv Komponen yang diperlukan dalam penyusunan AKNOP saat ini berdasarkan pembiayaan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya tergantung dari jumlah bangunan dan panjang saluran irigasi yang dikelola dalam satu daerah irigasi. Sarwan 2004 menyatakan bahwa pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana jaringan irigasi yang mantap besarnya 1-2 dari nilai investasi biaya pembangunan jaringan irigasi setiap tahunnya. Perkumpulan petani pemakai air memiliki wewenang, tugas, dan tanggung jawab dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang berfungsi multiguna, Perkumpulan Petani Pemakai Air melakukan koordinasi dengan para pengguna air irigasi untuk keperluan lainnya melalui forum koordinasi daerah irigasi PP No. 20 2006 Tentang Irigasi Operasi jaringan irigasi adalah upaya pengaturan air irgasi dan pembuangannya, termsuk kegiatan membuka dan menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu dan bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi. PP No. 20 2006 Tentang Irigasi.

2.1.11 Produktivitas Budidaya Pertanian

Uphoff 2006 menyatakan bahwa terdapat penghematan biaya sarana produksi dan tenaga kerja pada budidaya SRI System of Rice Intensification sebesar Rp.297.500ha, karena adanya penghematan biaya bibit, persemaian, pencabutan bibit, pemindahan bibit dan tenaga kerja. Uji lxvi coba budidaya SRI di Desa Puyung, Kecamatan Jonggal, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada MT II seluas 10,6 Ha dengan hasil perbandingan pendapatan analisa usaha tani antara metode SRI dengan sistem konvensional sebagai berikut : Tabel 2.2 Analisa usaha tani. No Uraian Metode SRI Rp Konvensional Rp 1 Sarana produksi 620.000,00 847.500,00 2 Tenaga kerja mesin 1.398.000,00 1.468.000,00 3 Produksi 8.140,00 6.070,00 4 Harga gabah 1.100,00 1.100,00 5 Pendapatan kotor 8.954.000,00 6.677.000,00 6 Ongkos panen 895.400,00 667.700,00 7 BC Ratio 3,07 2,23 Pendapatan Bersih 6.040.600,00 3.694.300,00 Sumber : Media Informasi SDA April-Mei 2007 Perbandingan hasil produktivitas budidaya pertanian sistem konvensional dengan SRI pada 5 Provinsi di Indonesia untuk MT II pada tahun 20042005 seperti pada Tabel 2.3 di bawah ini. Tabel 2.3 Perbandingan produktivitas . No Lokasi Jumlah D.I. Luas Ha Hasil Produksi KgHa SRI Non SRI I Provinsi NTB 1 Kab. Lombok Tengah 13 315,57 8,11 5,02 2 Kab. Lombok Timur 4 10,00 8,42 5,23 3 Kab. Lombok Barat 4 8,85 8,17 4,91 4 Kab. Sumbawa 7 282,70 8,40 4,80 II Provinsi NTT 1 Kab. Manggarai 85 40,00 5,80 2,88 2 Kab. Kupang 9 5,60 7,50 4,50 3 Kab. Belu 134 46,50 7,00 3,40 4 Kab. Timor Tengah Selatan 8 3,50 6,50 4,10 5 Kab. Ende 31 9,20 7,20 4,10 6 Kab. Sumba Timur 25 15,00 6,00 3.00 III Provinsi Sulawesi Selatan 1 Kab. Wajo 2 5,00 6,29 3,61 lxvii 2 Kab. Bone 3 5,00 6,69 3,48 3 Kab. Janeponto 3 217,90 7,65 3,83 No Lokasi Jumlah D.I. Luas Ha Hasil Produksi SRI Non SRI 4 Kab. Barru 4 15,00 6,80 4,00 5 Kab. Pinrang 3 77,79 8,99 4,80 6 Kab. Pangkep 1 25,00 6,79 4,17 IV Provinsi Sulawesi Tenggara 1 DI. Wowotobi 1 64,70 5,55 3,70 2 JIAT Amonggendo 1 1,50 5,80 3,00 3 JIAT Rumbia 1 1,00 5,00 3,50 V Provinsi Sulawesi Selatan 1 Kab. Morowali 1 800,00 8,66 4,50 2 Kab. Banggai 1 20,00 8,51 4,64 3 Kab. Donggala 1 5,00 9,50 3,50 Sumber : Media Informasi SDA April-Mei 2007 Tanaman padi sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk menghasilkan produksi dalam pendapatan tinggi. Hal ini dapat dicapai jika terpenuhinya kondisi yang mendukung secara optimal untuk pertumbuhannya. Kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman padi dicapai melalui proses pengelolaan yang memadai antara unsur : tanah, tanaman, dan air serta unsur sistem lingkungan tanaman. Upaya peningkatan produksi padi senantiasa terus dilakukan melalui berbagai inovasi teknologi, namun demikian dalam kenyataannya produksi padi saat ini telah mencapai klimaksnya. Untuk memaksimalkan hasil produksi budidaya tanaman padi, maka diperlukan perbaikan kesuburan tanah melalui sistem SRI.

2.1.12 Pelatihan Dan Penyuluhan Pengelolaan Jaringan Irigasi