Tingkat Kesehatan Bank Kegiatan Usaha

PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. 132 Untuk memastikan bahwa risiko dapat dikendalikan Perseroan secara memadai, maka beberapa langkah-langkah strategis dalam mengembangkan sistem manajemen risiko, dilakukan dengan, antara lain: 1. Membentuk komite-komite yang secara aktif melakukan pemantauan atas pengelolaan risiko Perseroan, seperti Komite Pemantau Risiko, Komite Manajemen Risiko, Komite Kredit dan Asset and Liability Committee ALCO; 2. Penyusunan kebijakan dan prosedur manajemen risiko berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum dan dengan memperhatikan rekomendasi dari Bassel Committee on Banking Supervision; 3. Penerapan parameter dan limit risiko; 4. Meningkatkan kompetensi dan keahlian manajemen risiko yang lebih memadai sesuai dengan Peraturan BI Nomor : 1119PBI2009tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank Umum serta mengikutsertakan pengurus dan pejabat bank dalam sertifikasi manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko Perseroan juga meliputi pengawasan aktif manajemen, penerapan kebijakan dan prosedur, penetapan limit risiko, proses identifikasi, pengukuran dan pemantauan risiko, penerapan sistem informasi dan pengendalian risiko. Perseroan menyadari pentingnya pengelolaan risiko sebagai pertimbangan utama untuk mencapai tujuan Perseroan. Sejalan dengan pedoman Bank Indonesia dan OJK, Perseroan mengimplementasikan pemantauan dan sistem pengawasan untuk risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko kepatuhan.

6. Tingkat Kesehatan Bank

Kondisi kesehatan perbankan selalu dimonitor oleh Otoritas Jasa Keuangan. Penilaian tingkat kesehatan bank berbasis risiko dilaksanakan sesuai Peraturan Bank Indonesia No.13IPBI2011 tanggal 5 Januari 2011 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 1324DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang telah digantikan oleh Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 4POJK.032016 tanggal 27 Januari 2016 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Risiko adalah hasil penilaian kualitatif dan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian seperti : Profil Risiko Perseroan, Good Corporate Governance GCG, Rentabilitas dan Permodalan. Sehingga akan menghasilkan tingkat kesehatan Perseroan berdasarkan risiko. Tingkat kesehatan Perseroan secara keseluruhan yang tercermin dari ke-empat faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank TKB berdasarkan risiko posisi 30 Juni 2016, seperti Peringkat Komposit PK 2 Baik, Kondisi Perseroan yang secara umum Sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain Profil Risiko, penerapan GCG, Rentabilitas, dan Permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan. Tingkat Kesehatan Perseroan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2015, 2014 dan 2013 adalah Peringkat Komposit PK 2- Baik, yang mencerminkan kondisi Perseroan yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. a. Analisis Profil Risiko Penilaian Profil Risiko untuk Triwulan II Tahun 2016 telah dilakukan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 58PBI2003 tanggal 19 Mei 2003 sebagaimana telah diubah dengan PBI No. 1125PBI2009 tanggal 1 Juli 2009 yang kemudian dikonversi melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan POJK No. 18POJK.032016 tanggal 16 Maret 2016dan Surat Edaran Bank Indonesia SEBI Nomor 521DPNP tanggal 29 September 2003 sebagaimana telah diubah dengan SEBI Nomor 1323DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum serta PBI No. 131PBI2011 dan SEBI Nomor 1324DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. 133 Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Risiko Risk Based Bank RatingPeringkat Bank Berbasis Risiko. Mekanisme penilaian Profil Risiko, penetapan tingkat Risiko dan penetapan peringkat profil Risiko mengacu dan diselaraskan dalam penilaian Tingkat Kesehatan Perseroan berdasarkan Risiko atau Risk Based Bank Rating RBBR sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Laporan ini merupakan adanya perubahan format dari kertas kerja yang kami sajikan sehingga dengan seiring perkembangan perlu adanya perbaikan dan penyempurnaan, upaya tersebut akan kami lakukan dengan selalu melakukan update dan mereview kertas kerja profil risiko Perseroan, tentunya dengan saran, kritik dan arahan dari seluruh komponen yang terkait mulai dari unit bisnis, pejabat eksekutif, Dewan Komisaris, Direksi, maupun arahan dari bimbingan Bank Indonesia selaku otoritas perbankan di Indonesia. Secara keseluruhan Peringkat Profil Risiko Perseroan dengan skala usaha yang dimiliki saat ini terdiri dari 8 delapan jenis risiko yaitu: Risiko Kredit 1; Risiko Pasar 2; Risiko Likuiditas 3; Risiko Operasional 4; Risiko Hukum 5; Risiko Stratejik 6; Risiko Kepatuhan 7; dan Risiko Reputasi 8, dalam penilaian kami selamaTriwulan II Tahun 2016 penilaian peringkat Profil Risiko adalah “Peringkat 2” dengan tingkat risiko Inheren dinilai “Low to Moderate”, dan Kualitas Penerapan Manajemen Risiko KPMR dinilai “Satisfactory”. b. Analisis mengenai Good Corporate Governance GCG Selama Semester I Tahun 2016 berdasarkan hasil self assessment terhadap pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan atau Good Corporate Governance GCG sudah dilakukan dengan predikat “baik” dan nilai “2”, sehingga hasil matrik dalam penilaian pada Tingkat Kesehatan Bank berbasis Risiko ini, masuk katagori peringkat komposit “2”, artinya mencerminkan bahwa manajemen Perseroan telah melakukan penerapan GCG secara umum baik. Hal ini tercermin dari pemenuhan atas prinsip-prinsip dasar GCG seperti tertuang dalam Kertas Kerja Self Assessment pada Lampiran GCG dan apabila terdapat adanya suatu kelemahan yang tidak signifikan dan dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen Perseroan. c. Analisis mengenai Rentabilitas Berdasarkan hasil penilaian terhadap rentabilitas di Perseroan selama Semester I Tahun 2016 sudah memadai, perolehan laba diatas dari proyeksi yang telah tetapkan dan mendukung pertumbuhan permodalan Perseroan , sehingga peringkat komposit rentabilitas nilai “2”, dengan pertimbangan karena seluruh atau sebagian besar sudah memenuhi karakteristik sebagai berikut:  Kinerja Perseroan dalam menghasilkan laba rentabilitas sudah memadai.  Sumber utama rentabilitas yang berasal dari sumber pendapatan utama dari aktivitas perkreditan core earnings dominan.  Sumber utama rentabilitas yang berasal dari core earnings cukup stabil.  Kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di masa datang cukup baik, didukung oleh kecenderungan trend laba yang terus meningkat. d. Analisis mengenai Permodalan Selama Semester I Tahun 2016 berdasarkan penilaian self assessment memperoleh peringkat komposit nilai “1”. Perseroan memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang memadai relatif terhadap profil risikonya, hal tersebut disertai dengan pengelolaan permodalan yang kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha, dan komplektisitas usaha dari Perseroan. Hal ini berdasarkan penilaian sebagai berikut :  Kecukupan permodalan: - Perseroan memiliki tingkat permodalan diatas persyaratan Minimum dan dapat mengcover terhadap seluruh risiko yang dihadapi. PT. BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL, Tbk. 134 - Kualitas komponen permodalan di Perseroan pada umumnya baik, permanen, dapat menyerap kerugian. - Perseroan sudah melakukan strestes pada tahun lalu, dan hingga saat ini hasil yang diperkirakan dapat menutup seluruh risiko yang dihadapi dengan memadai.  Pengelolaan permodalan : Perseroan telah memiliki manajemen permodalan yang baik danatau memiliki proses penilaian kecukupan modal yang baik, yang dilakukan perhitungannya setiap bulannya. - Total Modal Inti dan Modal Pelengkap adalah sebesar Rp. 4.187.663 juta. - Kecukupan modal dengan rasio KPMM sebesar 20,13 dua puluh koma tiga belas persen diatas dari batas minimum, peningkatan KPMM dikarenakan Perseroan membukukan surplus dari penilaian revaluasi aktiva tetap kedalam Cadangan Tambahan Modal disclosed reserve pada bulan Januari 2016. - Kecukupan modal untuk mengantisipasi potensi kerugian sesuai profil setelah diperhitungkan beban tambahan modal capital buffer sebesar 9,26 sembilan koma dua puluh enam persen, kelebihan modalexcess capital sebesar 10,87 sepuluh koma delapan puluh tujuh persen, dengan tingkat permodalan yang memadai dapat dan mengantisipasi hampir seluruh risiko yang dihadapi. - Rasio kewajiban penyediaan modal minimum tersebut masih jauh melebihi persyaratan minimum yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebesar 8 delapan persen. Perseroan memiliki akses sumber permodalan yang sangat baik atau terdapat dukungan dari kelompok usaha atau adanya pernyataan tertulis dari pemegang saham terbesar yang menyatakan kesediaannya untuk menambah modal apabila Perseroan mengalami kekurangan modal atau kekurangan likuiditas.

7. Persaingan Usaha