Interaksi Guru dengan Siswa

orang tua mereka lagi. Anak yang tinggal dengan orang tua biasanya lebih manja karena orang tua mereka beranggapan seorang anak yang memiliki kebutaan harus di jaga dan juga harus di bimbing dalam hal agama sehingga mereka yang di rumah lebih banyak waktu mereka bermain dan belajar. Mereka selalu mengandalkan orang tua mereka ketika tidak bisa lagi menanyakan teman-teman mereka di dalam kelas.

3.2.2 Interaksi Guru dengan Siswa

Pendidik merupakan guru yang bersama mereka selama jam pelajaran berlangsung dan selama mereka berada dalam sekolah. Guru memperhatikan, menjaga dan mendidik anak- anak tunanetra semampu dan sebisa mereka. Seorang anak tunanetra dalam sekolah harus taat dan bisa di didik dengan baik oleh guru mereka. mereka harus patuh karena guru adalah pengganti orang tua mereka di sekolah. Dalam proses belajar seorang guru harus dapat mengerti keinginan seorang muridnya, namun jika sudah ada kesalahan pada seorang murid maka anak akan mendapat sangsi atau pun si anak akan di hukum. Hukuman yang di berikan kepada si anak tidak berupa kekerasan melainkan berupa hukuman yang tidak membuat mereka merasa tersakiti. Hal ini di dukung dari hasil wawancara : “anak-anak ini merupakan anak yang suka menentang, terkadang mereka mengikuti apa yang kita katakan terkadang juga mereka tidak mendengarkan sama sekali. Hari itu di kelas V guru mereka tidak ada dikarenakan ada urusan lalu mereka disuru untuk mengumpulkan tugas yang telah di suru oleh guru mereka. Kebetulan di dalam kelas tersebut yang tidak mengerjakan tugasnya satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Maka saya memberikan hukuman kepada mereka agar mereka tidak mengulaginya lagi tidak dengan memukul atau pun mencubit mereka, karena hal itu adalah salah apa bila dilakukan seperti itu maka seorang anak akan semakin takut dengan guru mereka. Saya pun menyuru mereka menuliskan surat cinta karena pada saat itu mereka memang lagi sama-sama suka tapi saling malu” kutipan wawancara dari ibu Pristina Saragih Kebayakan guru yang berada di sekolah luar biasa adalah guru-guru yang memang betul-betul terpanggil hatinya untuk dapat membantu anak tunanetra. Di kelas terkadang Universitas Sumatera Utara seorang guru harus dapat merasakan dan tanggap apa yang dirasakan oleh seorang anak. Seperti contohnya seorang anak suka mengganggu lawan jenisnya berarti seorang anak sedang suka dengan anak yang diganggunya biasanya akan seperti itu tanda-tandanya dan juga jika seorang anak tunanetra dalam kelas mengalami kebosanan sehingga bisa menyebabkan ngantuk. Maka hal seperti ini akan ditangani oleh guru dengan caranya sendiri agar membuat seorang anak tidak merasa bosan dan jenuh. Seperti hasil wawancara dari seorang guru sebagai berikut : “saya juga dulu merupakan seorang murid sama seperti mereka. Saya juga merasa sering bosan jika mata pelajaran yang tidak saya suka terkadang saya jenuh dengan pelajaran karena kejenuhan itu terkadang saya mengantuk. Maka dari itu saya sekarang sebagai guru harus mengerti bagaimana situasi dan keadaan di dalam kelas saya. Sebelum mengajar saya menanyakan pelajaran yang kemaren saya ajarkan dan jika itu sudah lewat maka saya akan menerangkan pelajaran selanjutnya saat mereka tidak semangat dan mulai sudah bosan maka saya akan membuat sebuah cerita yang lucu maka dari situ saya bisa mengembalikan semangat dan konsentrasi mereka agar tidak telalu tegang. Memang jadi guru harus sangat bisa menguasai dan memahami tidak hanya diri sendiri tapi murid-murid di dalam kelas juga harus di kuasai pribadi-pribadi mereka” kutipan wawancara dari bapak Linus Manurung

3.2.3 interaksi Orang Tua dengan Anak Tunanetra