Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Pengalaman penelitian di Lapangan

oleh gurunya untuk mengangkat tangan setinggi mungkin bila hendak bertanya atau menjawab pertanyaan maka anak memiliki kedisplinan dalam kelas 17 . Dengan bahasa tubuh juga seorang anak dapat dilihat bahwa dia merasakan sesuatu dengan cara yang diperbuatnya. Karena pada saat anak mengalami pubertas akan banyak hal terjadi dan berubah secara fisik maupun mental. Dari bahasa tubuh tersebut mereka dapat mengerti satu dengan yang lainnya, saat mereka berteriak mencari temannya. Begitu juga dengan pubertas yang terjadi pada anak berkebutuhan khusus yang mana mereka dapat menahan atau malah lebih merasakan sakit saat mensturasi, dan kepada laki-laki yang bermimpi basah saat mereka menginjakan usia matang. Bagi anak tunanetra bahasa tubuh yang mereka gunakan dengan cara mendengar, meraba dan mencium, dengan cara mencium mereka lebih peka karena aroma tubuh lebih gampang untuk dirasakan di bandingkan meraba.

1.3 Perumusan Masalah

Penulis memfokuskan penelitian ini untuk mendeskripsikan pubertas pada anak berkebutuhan khususpada anak berkebutuhan khusus di sekolah karya murni, Medan johor. Masalah penelitian akan tertuang dalam pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana para anak tunanetra di sekolah karya murni merespon pubertas ? 2. Bagaimana peran orang tua dan pihak sekolah saat mereka memasuki masa pubertas? 3. Kendala apa yang dihadapi orang tua dan pihak sekolah dalam menangani anak tunanetra ?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui anak berkebutuhan khusus merespon pubertas, mengetahui peran orang tua dan pihak sekolah serta kendala yang dihadapi orang 17 http:Didi Tarsidi Counseling and Blindness ‐‐ 3 MEMAHAMI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN TUNANETRA MELALUI TEORI KEPRIBADIAN SOCIAL LEARNING DARI BANDURA.htm 2 april 2013, pukul12;4 Universitas Sumatera Utara tua dan pihak sekolah dalam menangani anak tunanetra di sekolah Karya murni Medan Johor secara etnografis. Manfaat penelitian secara akademis dapat berguna untuk menambah wawasan dan memperkaya literatur mengenai perkembangan pubertas anak berkebutuhan khusus. Sedangkan manfaat secara praktis yaitu berguna untuk masyarakat secara umum, terkhususnya bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus untuk dapat memahami pada saat pubertas.

1.5 Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah pendekatan kualitatif. Dengan tahap penelitian pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data, dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian 18 . Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan mengenai perkebangan anak berkebutuhan khusus dalam ligkungan sekolah. Untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, maka di perlukan beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini. Pengumpulan data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam disebut dengan data primer. Sedangkan data sekunder data yang diperoleh dari kepustakaan, seperti buku-buku, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, dokumentasi, serta bahan-bahan bacaan yang relevan dengan masalah penelitian

1.5.1 Observasi

Peneliti terlebih dahulu mengawali dengan observasi pada lokasi penelitian. Obaservasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi biasa yang awalnya hanya mengamati anak berkebutuhan khusus tanpa terlibat langsung pada subjek peneliti. peneliti Universitas Sumatera Utara akan mengamati beberapa hal antara lain : Bagaimana para anak tunanetra di sekolah karya murni merespon pubertas? Kendala apa yang dihadapi orang tua dan pihak sekolah dalam menangani anak berkebutuhan khusus? Bagaimana peran orang tua dan pihak sekolah saat mereka memasuki masa pubertas?. Kemudian peneliti akan melakukan observasi partisipasi. Observasi partisipasi di mana peneliti akan melakukan penelitian dengan tinggal bersama anak-anak tunanetra dan mengikuti kegiatan-kegiatan anak tunanetra tetapi tidak semua kegiatan yg dilakukan harus diikuti oleh peneliti.

1.5.2 Wawancara

Selain observasi, wawancara juga merupakan teknik pengumpulan data yang harus dilakukan oleh peneliti. Wawancara yang dilakukan kepada orang yang bekerja dalam lembaga sekolah karya murni dan orang tua anak dilakukan dengan teknik wawancara mendalam indepth interview

1.6 Pengalaman penelitian di Lapangan

Dengan penelitian ini peneliti akan berusaha menjalin rapport dengan informan. Pengembangan rapport yang akan dilakukan dengan cara ikut serta dalam kegiatan anak dalam lingkungan sekolah dan menjalin hubungan baik dengan orang tua dan orang yang berada di sekolah tersebut, sehingga ketika melakukan wawancara data yang di dapat sesuai dengan yang sebenarnya atau mendekati kebenaran sesungguhnya. Hasil-hasil wawancara akan dicatat dalam catatan lapangan darn untuk mempermudah pemahaman akan disertakan foto dan rekaman suara. Universitas Sumatera Utara Hari pertama saya melakukan penelitian di sekolah luar biasa Karya Murni ini, dilakukan pada tanggal 02 September 2013 saya datang ke sekolah luar biasa ini untuk melakukan penelitian terhadap anak-anak tunanetra. Sebelum saya di beri izin untuk melakukan penelitian saya sudah mengajukan surat kepada suster kepala sekolah untuk memberi izin saya. Tanggal 29 Agustus 2013 saya datang menemui suster kepala dan suster kepala berfikir lama untuk memberi izin saya melakukan penelitian, sebelumnya dia bertanya kepada saya “ini penelitian yang bagaimana?” saya menjawab penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif dengan cara pendekatan dengan anak tunanetra, wawancara pada anak tunanetra langsung dan juga melakukan wawancara pada orang-orang terdekat mereka seperti guru dan juga orang tua yang ada dalam lingkungan sekolah. Lalu suster bertanya lagi “anak yang umur berapa kamu wawancarai?” untuk anak-anak umur sebelas atau dua belas tahun keatas yang setara SMP saya menjawab lalu suster memperjelas dengan menjawab “jangan salah kalau anak-anak cacat seperti mereka kelas satu SD juga ada umur yang 11 tahun tidak tergantung umur mereka disekolahkan tapi tergantung kemampuan mereka memahami pelajaran. Kembali suster bertanya “berapa lama kamu melakukan penelitian?” saya menjawab kalau bisa dua minggu untuk melakukan penelitian, tapi suster kepala mengatakan “kalau bisa satu bulan saja genapkan dan kamu bisa meneliti mulai awal bulan September”. Setelah saya di beri izin untuk melakukan penelitian maka saya meminta beberapa data yang ada dalam sekolah namun suster tidak memberi ia mengatkan “nanti saja, waktu awal bulan aja saya kasih sama kamu”. Masuk awal bulan September, pertama kali datang ke sekolah itu untuk melakukan penelitian dan menjumpai suster kepala terlebih dahulu di kantor. Saya menanyakan beberapa pertanyaan yang menyangkut tentang sekolah dan awal berdirinya sekolah SLB-A Karya Murni dan bertanya tentang anak-anak yang sekolah di SLB-A. Ketika suster bercerita tentang anak yang sedang menghadapi masa puber suster sedikit tertawa karena ia mengingat Universitas Sumatera Utara kalau ada murid-murid kelas VI yang sedang mengalami puber bahkan mereka suka bertingkah yang lucu-lucu, mereka aktif sekali, tutur suster kepala. Hari pertama untuk berjumpa dengan anak-anak tunanetra, bell berbunyi pukul sepuluh lewat tiga puluh lima. Anak-anak sudah keluar dari ruangan kelas masing-masing, ada yang sendiri-sendiri ada yang berdua dan ada yang mereka selalu bersama-sama. Waktu snack ada yang bawa makanan ringan, seperti roti, kue bolu dan ada juga yang bawa bontot seperti nasi. Dalam sekolah tidak ada penjualan makanan seperti kantin. Ruang pkk tempat yang dipergunakan untuk makan bersama dan bagi anak tunanetra yang tinggal di asrama maka makanan akan di antar sebelum mereka snack ke ruang pkk dan suster atau pun pengasuh mereka membagikan makanan kepada mereka. Mereka berjalan sambil meraba-raba tembok ruangan demi ruangan, dan mereka saling menuntun untuk saling duduk. Tidak ada perbedaan pada anak-anak ini kelas satu dan kelas enam mereka saling bercerita walaupun satu mengarah ke utara dan satu mengarah kebarat. Seperti halnya waktu saya sedang berbincang dengan anak-anak tersebut mereka terkadang membelakangi saya jika berbicara karena mereka hanya mengandalkan telinga untuk mendengar saya berbicara. Awalnya saya mengira jika anak-anak tunanetra ini susah diajak bercerita tetapi saat berada bersama mereka, ternyata mereka lebih banyak bertanya kepada saya. Pertanyaannya sedikit membingungkan karena mereka pertanyaan mereka terkadang susah untuk dijelaskan. Tya dan Rudi orang yang pertama yang saya ajak untuk bercerita. Mereka pertama sekali yang saya jumpain karena kebetulan mereka duduk tepat di dekat saya. Ada beberapa anak-anak yang lewat dari depan saya tetapi saat saya menyapa anak itu malah menjauh dari saya, saya bingung sendiri ada juga yang cuek gak peduli bahkan mereka malu-malu kalau diajak ngomong. Disini kelihatan sekali kalau beberapa dari anak tunanetra cenderung minder Universitas Sumatera Utara kalau bertemu dengan orang yang baru pertama sekali dijumpain dan yang berbeda dengannya. Hari selanjutnya, saya kembali ke sekolah luar biasa untuk mendapatkan kembali data- data. Saya menjumpai kepala sekolah kembali untuk meminta struktur organisasi dari sekolah dan beberapa kurikulum yang dipergunakan oleh anak sekolah namun saya hanya di beri kurikulum untuk SD. Data-data guru dan murid juga setelah 3 hari kemudian baru bisa saya dapatkan, karena sekolah lagi sibuk mengurus urusan sekolah karena baru pergantian suster kepala karena itu banyak sekali aturan-aturan yang berlaku dirombak oleh suster kepala. Misalnya saja pembayaran uang sekolah yang naik seratus ribu untuk setiap anak, perombakan jadwal mata pelajaran dan lain sebagainya masih banyak lagi. Hari selanjutnya, dalam sekolah tidak melarang orang tua menunggu anaknya dilingkungan sekolah. Ada yang menunggu dari pagi sampai pulang sekolah dan ada juga yang datang menemui anaknya saat snack dan ada juga yang menjemput ketika jam mata pelajaran sudah berakhir. Anak yang tinggal di unit atau pun asrama Karya Murni lebih banyak ketimbang mereka yang tinggal dengan orang tua. Popo atau pun nenek yang selalu setia menemani cucunya dari pagi hingga pulang sekolah, cucu popo berada di kelas empat karena dia dimasukkan ke sekolah sama seperti umur anak awas lainnya sehingga umur dengan pelajaran yang dia dapatkan masih sebanding dengann umurnya. Berbeda dengan ida dan rudi yang berada di kelas tiga sekolah dasar namun umur mereka sudah memasuki masa puber tidak sebanding dengan pelajaran yang mereka dapatkan. Pelajaran mereka belum sampai pada ilmu pengetahuan alam yang membahas tentang masa-masa pertumbuhan dan perkjembanngan tubuh manusia. Ada juga seorang siswa SD umurnya sudah belasan tahun namanya Cristin, dia seorang siswa baru yang di bawa pastor dari nias, Cristin pengelihatannya masih rendah jika barang yang bersar dan benda-benda ukuran besar masih dapat di lihat. Namun jika ingin Universitas Sumatera Utara berkomunikasi dia bingung karena belum paham bahasa Indonesia, yang dimengerti hanya bahasa Nias saja. Guru-guru yang tidak tahu bahasa nias susah menerangkan pelajaran kepadanya. Untung saja di asrama dia bisa diajari untuk dapat mempergunakan bahasa Indonesia walaupun tidak terlalu lancar mengucapkannya. Bapak Linus Manurung adalah seorang guru yang sama dengan anak-anak, namun dia bisa mengajar di depan kelas. Mata pelajaran yang diberikan bapak Linus adalah bahasa inggris. Saat bapak itu pulang sekolah dia berjalan menuju gerbang sekolah saya menghampirinya dan saya katakana “permisi bapak” lalu bapak Linus bingungdan berkata “permisi?” lalu saya menyapa bapak itu dan mengatakan saya mahasiswa yang sedang melakukan penelitian di sekolah ini. Lalu saya mengatakan kepada pak Linus agar dapat mewawancarai bapak itu karna saat itu sudah jam pulang sekolah maka bapak itu mengatakan “bisa asal saya terlebih dahulu minta izin kepada suster kepala karena saya sudah mendapatkan izin dari suster kepala” saya pun menanyakan jam berapa bapak bisa di wawancarai maka ia menjawab “hari rabu jam Sembilan les saya kosong” maka saya pun hadir pada hari rabu untuk melakukan wawancara kepada bapak Linus. Saat saya melakukan wawancara dengan bapak Linus saya terkagum karena bapak Linus memiliki keluarga yang bahagia dan mereka memiliki anak yang berhasil dan paling kecil masih kuliah di Elisabet. Bapak tersebut banyak bercerita tentang masa remajanya dan saat dia mengenang masa-masa itu dia sedikit malu karena dia bisa suka sama seseorang. Dia merasa malu karena jika dekat dengan perempuan yang disukanya maka itu dapat membuatnya bahagia sekali. “saya merasa jika dekat dengan perempuan yang saya sukai saya akan merasa bahagia dan bahagia itu ya serasa saya tidak bisa mengatakan yang ada dalam diri saya, hanya bisa membayangkan perempuan itu terus bersama saya. Saat saya juga suka dengan istri saya, saya sering mengganggu saat dia sedang sibuk bekerja” tutur Bapak Linus Universitas Sumatera Utara Hari selanjutnya saya kembali lagi di sekolah ini saya selalu tiba saat mereka snack karena disinilah waktu saya untuk melakukan wawancara kepada anak-anak tunanetra dan juga bisa berbincang dengan orang tua anak. Rudi yang sudah memasuki masa pubernya dia sering sekali meraba-raba orang yang disampingnya. Sebenarnya saya sedikit risih jika berada di sampingya karena dia selalu meraba, dan selalu senyum-senyum jika dia mendengarkan suara perempuan apa lagi kalau di goda dia pun semakin menjadi bisa tertawa semakin keras karena lagi masa-masa perkembangannya dia selalu ingin saya berada disampingnya. Pernah waktu mereka pulang dan saya menunggu anak-anak keluar rudi pun menunggu jemputan karena anak-anak sudah banyak pulang maka saya juga pulang bersama mereka saat saya pamitan maka rudi berkata “kak jangan tinggalin rudi sendiri” padahal masih banyak siswa lain menunggu teman untuk pulang ke asrama dan ada juga dengan Rudi menunggu jemputan. Pernah sekali saya datang ke sekolah membawa kue, saat itu saya datang kesekolah jam dua belas sudah waktunya pulang sekolah namun beberapa anak-anak yang di asrama sudah pulang kelas satu sampai kelas enam namun kelas tujuh sampai Sembilan masih ada mata pelajaran. Saya jumpa dengan ibu Tina yaitu tata usaha mereka yang dekat juga dengan anak- anak karena ia juga tinggal di asrama dan di asrama ia sering mengawasi anak tunanetra belajar saat ibu ini cerita-cerita dia pun menceritakan kepada saya tentang tingkah laku seorang anak yang ada di asrama saat mereka sedang belajar banyak hal-hal lucu yang mereka kerjakan. Seketika kami sedang bercerita anak-anak itu lewat Ida dan Henita selalu pulang bersamaan karena Ida pernah kesasar pulang ke asrama jadinya dia menunggu Henita yang kelas lima pulang. Ketika lewat saya memanggil Ida dan dia bahagia sekali karena saya memberi dia makanan lalu Henita orangnya sedikit keras dan menolak memberi makanan dan dia berkata “ahh gak usa kak” saya langsung kasih ketangannya dia pun memengang kue tersebut. Di belakang mereka seorang laki-laki yang berjalan dengan senyum-senyum saya Universitas Sumatera Utara pun ternyata namanya Fransiskus. Saya memberi kue ketangannya dan dari jarak lima langkah ibu Tina tertawa dan berkata kepada saya kalau Fransiskus ini suka sama Henita, setekah saya kasih kue kepada kepadanya maka saya menyuru dia mengejar Henita. Saya pikir dia tidak mau mengejar karena untuk melihat juga tidak bisa, namun di luar dugaan saya Fransiskus langsung lari setelah memakan kue yang saya beri dan tidak di sangka dia mengejar Henita dan Ida yang sudah jauh di depan. Saat Fransiskus sudah mulai mendekat maka Henita langsung menarik Ida karena Ida berada tepat disampingnya dan mereka pun lari juga. Di sini saya melihat bahwa dalam masa pubernya anak-anak itu bisa melakukan apa saja yang diinginkan untuk mendekati orang yang disukainya. Bahkan Fransiskus memberikan surat kepada Henita yang berisikan kata cinta. Ketika saya menanyakan apa isi surat yang dibuatnya maka ia hanya mengatakan “Henita aku cinta sama mu, I miss you” tapi Henita di sekolah suka menghindar dari fransiskus namun jika di asrama ibu Tina mengatakan kalau mereka kompak. Orang tua anak susah-susah gampang untuk melakukan wawancara karena terkadang mereka tidak ada di sekolah hanya datang untuk menjemput anaknya saja. Namun saat saya sedang duduk-duduk bersama orang tua murid yang menunggu snack orang tua anak itu juga sering bercerita-cerita mengenai anak mereka dan tingkah laku anak mereka di rumah. Orang tua anisa yang baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah dan langsung ikut bergabung dengan dua orang tua yang duduk di depan ruangan pkk. Saya juga ikut bergabung dengan mereka dan mendengarkan cerita masing-masing orang tua. Ibu anisa yang bercerita tentang anaknya yang sudah berada di tingkat SMP dan sudah memasuki masa remaja terkadan ia juga kuatiruntuk meninggalkan anaknya di sekolah berlama-lama jika tidak sempat menjemput kesekolah. Terlihat ketika si anak sudah mulai suka berdandan itu di akui oleh si ibu karena mereka sangat memperhatikan anaknya. Universitas Sumatera Utara Tingkah laku anak tunanetra memang sedikit lucu karena mereka tidak melihat, untuk duduk mereka terkadang mau menduduki temannya yang lain karena mereka diam-diam jika berjalan mereka terkadang saling menabrak tetapi mereka sudah hapal jalan yang ada dalam lingkungan sekolah sehingga mereka tidak linglung untuk masuk ke dalam kelas. Karena kelas mereka berada di lantai dua maka mereka jalan menaiki anak tangga, bagi mereka tidak merasa terbeban dan tidak takut untuk menaiki anak tangga bahkan mereka bisa cepat-cepat naik atau pun turun tangga. Hari saptu merupakan hari yang sangat didambakan setiap murid karena cepat pulang dan sebelum pulang mereka selalu melaksanakan kebersihan. Setiap anak mengambil bagian untuk membersihkan setiap ruangan kelas dan ada juga anak SMP yang membersihkan kamar mandi, mereka sudah membagi tugas masing-masing. Anak SD yang kelas satu diajarin untuk melap pagar yang ada di depan kelas mereka dan mereka selalu di bimbing oleh guru mereka. Saat saya melihat mereka menyapu kelas, membersihakan kaca, mengangkat air, dan membuang sampah mereka sudah terlatih Nampak sekali kemandirian yang mereka miliki tanpa bantuan orang lain mereka dapat mengerjakan pekerjaan mereka dengan baik. Sewaktu saya mendatangi anak SMP untuk karena kelas mereka berbeda dengan SD maka saya melihat ada seorang anak perempuan yang sedang asik menyapu dan di samping kelasnya ada laki-laki yang sedang membereskan tasnya. Saya menghampiri anak perempuan dan menyapanya, namun sangat disayangkan dia malu dan enggan untuk berbicara seperti dia takut karena membelakangi saya. Saya menjumpain anak laki-laki yang disamping kelasnya namun dia terburu-buru pulang karena pekerjaannya telah selesai. Hari-hari di Sekolah luar biasa saya mendapat banyak pelajaran tentang mereka. Anak tunanetra sangat senang jika kita mau berinteraksi dengan mereka dan mereka memiliki sifat yang keras seperti yang dituturkan oleh orang tua dari Tya “anak-anak seperti mereka ini tidak bisa dikerasin dan tidak boleh juga di manja juga kita harus bisa bersikap tegas sama mereka, karena bila di manja Universitas Sumatera Utara mereka akan merasa tidak mampu mengerjakan apa pun. Pernah sewaktu saya memarahi anak saya di rumah, saya memukul pelan agar tidak terbiasa melakukan hal yang tidak baik, malah dia lebih keras memukul saya dan bilang kalau saya jahat dari situ saya mulai mengerti kalau mereka tidak bisa di beri kekerasan dengan cara seperti itu” Lain dengan ibu Anisa yang menuturkan “jika anaknya yang sudah memasuki umur remaja lebih suka menyendiri dan jika sudah dimarahi maka Anisa akan masuk ke kamar dan lebih banyak diamnya, susah untuk membujuk agar dia tidak lagi marah untuk berbicara saja dia tidak mau” Berbeda lagi dengan anak di asrama seperti Henita orangnya susah di tebak. Seperti yang di tuturkan oleh ibu Tina: “Henita merupakan anak asrama yang lucu. Jika dia marah atau tidak senang dengan orang lain maka dia akan marah-marah dengan bahasa karonya biar tidak ada satu orang pun yang mengerti dan kalau sudah emosinya muncul maka dia mau nyanyi-nyanyi sendiri dengan bahasa karo. Pernah sekali Henita sudah di tempat tidurnya entah kenapa dia kena marah sama kakak asuhnya, karena merasa tidak senang maka dia pun merepet juga tapi tidak tidur di atas kasur tapi dia tidur di bawah kolong tempat tidurnya sampai pagi dia berada di sana. Begitulah tingkah anak tersebut” hasil wawancara dari Ibu Tina Ketika snack saya melewati tangga dan melihat fransiskus duduk di tangga sendirian dan senyum-senyum sendiri seperti ada yang dipikirkannya, kelihatan bahagia bahkan jika dipanggil dia tidak menyahut. Setelah mereka kebersihan di akhir minggu maka mereka menuju aula untuk mengambil hasil rapor. mereka banyak yang langsung pulang dan di kelas tujuh ada seorang laki-laki dan perempuan. Ketika saya datang lalu menyapa Abed dan Grace mereka anak kelas tujuh. Ketika menanyakan pengertian pubertas mereka langsung malu- malu dan Abed langsung mengatakan “puber itu adalah hal yang tidak baik diceritakan, malu membicarakan hal tersebut karena itu pembicaraan yang kotor” berbeda dengan Grace, dia pun mengatakan “kalau puber itu masa pertumbuhan seseorang anak yang sudah memasuki usia remaja” namun Grace juga malu-malu untuk bercerita tentang hal itu, menurutnya hal itu tidak baik diceritakan kepada orang-orang. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini saya sangat susah untuk mencari keterangan bagi anak-anak tunanetra untuk medapatkan hasil yang baik karena mereka tidak mau terbuka. Sebentar di ajak bercerita lalu sebentar lagi sudah lain yang dibicarakan mereka. Mereka bercerita tidak mau tertuju satu arah dan mereka jika berbicara ingin didengarkan sehingga jika ada dua atau tiga orang di dekat kita maka mereka mau membawakan ceritanya masing-masing tanpa mau ada yang mengalah. Fransiskus yang berjalan di belakang Henita, keluar dari ruangan guru mengambil rapor saya melihat Fransiskus selalu senyum-senyum mengikuti Henita walau pun tidak bisa melihat tetapi mereka bisa merasakan dengan mencium aroma tubuh seseorang sehingga penciuman mereka tajam. Fransiskus yang ikut duduk dengan kami di depan kelas mulai bercerita tentang apa yang sedang dialami, kesukaannya dengan Henita yang selalu ingin bersama Henita di sekolah maupun di asrama. Dia bercerita tentang Henita yang selalu dibayangkannya dan sering dimimpikan, tutur murid kelas lima yang memasuki usia 21 tahun. Fransiskus mengatakan kepada saya jika dia dan Henita sering bernyanyi sama di asrama dan lagu yang sering dinyanyikan oleh mereka adalah Indah Rencana Tuhan. Fransiskus banyak menghayal tentang Henita, dan dia ingin menikah disini kelihatan sekali jika fransiskus dalam masa perkemangannya dengan menyalurkan rasa inginnya dia langsung mengatakan kepada lawan jenisnya. Anak-anak tunanetra bukan anak-anak yang memiliki kekurangan dalam diri mereka melainkan dalam kekurangan mereka banyak hal yang mungkin tidak bisa kita lakukan. Misalnya mengenali orang dengan cara meraba dan dengan mencium aroma tubuh seseorang, dengan mendengarkan suara juga mereka bisa mengenali orang yang sering di dekat mereka. Begitulah kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak tunanetra, mereka bisa melampiaskan emosi dengan diam dan bahkan bisa dengan mengomel sepanjang hari dan juga dengan Universitas Sumatera Utara bernyanyi. Begitu banyak karakter mereka saat puber ada yang malu-malu, ada yang bahagia sendiri-sendiri dan ada yang suka usil mengganggu. Banyak pengalaman yang saya dapat ketika saya berada di lingkungan Sekolah Luar Biasa ini, mereka sudah saya anggap seperti saudara dan adik-adik saya sendiri karena saya senang berada dekat mereka banyak hal yang saya tidak tahu tentang mereka jadi saya lebih memahami anak-anak Tunanetra yang dulunya saya menggap mereka anak yang tidak bisa mandiri dan selalu harus di damping oleh orang tua ternyata jauh dari yang saya bayangkan sebelumnya. Mereka adalah anak-anak yang mandiri dalam hal pekerjaan di luar dan dalam sekolah. Mereka juga memiliki talenta yang dapat di kembangkan seperti bermain musik, nyanyi, membuat kesenian dari berbagai macam benda. Universitas Sumatera Utara

BAB II ANAK TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA KARYA MURNI

2.1 Awal Berdirinya SLBA

Bab ini akan menjelaskan tentang keberadaan anak tunanetra di sekolah luar biasa Karya Murni, Medan Johor. Meliputi kehidupan sosial mereka, namun sebelumnya akan dijelasan terlebih dahulu terbentuknya sekolah luar biasa di Indonesia dan sekolah luar biasa Karya Murni secara umum. Di Indonesia perkembangan pendidikan luar biasa di Indonesia sebagian besar masih bersifat segregratif 19 dari sini maka terbentuk sekolah luar biasa. Sekolah luar biasa terdiri dari jenjang pra sekolah yaitu TKLB, pendidikan dasar seperti SDLB dan SMPLB dan pendidikan menengah seperti SMALB. Model pendidikan segregratif bertujuan agar anak- anak memperoleh pendidkan yang sesuai dengan karakteristik ketunaankecacatannya sehingga dapat mengembangkan kemampuan secara optimal 20 . Tidak hanya di pulau Jawa sekolah ini berkembanga, di pulau Sumatera juga khususnya di Medan. Ada beberapa sekolah untuk anak penyandang tunanetra salah satunya adalah sekolah luar biasa Karya Murni, Medan Johor. Awal berdirinya SLBA karya murni diinspirasikan oleh kisah kedatangan seorang gadis kecil yang tidak dapat melihat, bernama Ponikem. Gadis kecil berusia 13 tahun ini ditemukan oleh serdadu Belanda di sebuah jalan kota martapura kabupaten langkat. Oleh belas kasihan, serdadu ini membawa ponikem ke susteran Santu Yoseph Jl. Hayamwuruk 19 Segregratif adalah memisahkan anak‐anak berkebutuhan khusus dari anak‐anak normaldan menempatkan mereka di sekolah khusus. 20 Hidayat, Asep AS. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra.PT, Luxima Metro Media.Jakarta.2003 hal 24‐25 Universitas Sumatera Utara