seorang guru harus dapat merasakan dan tanggap apa yang dirasakan oleh seorang anak. Seperti contohnya seorang anak suka mengganggu lawan jenisnya berarti seorang anak
sedang suka dengan anak yang diganggunya biasanya akan seperti itu tanda-tandanya dan juga jika seorang anak tunanetra dalam kelas mengalami kebosanan sehingga bisa
menyebabkan ngantuk. Maka hal seperti ini akan ditangani oleh guru dengan caranya sendiri agar membuat seorang anak tidak merasa bosan dan jenuh. Seperti hasil wawancara dari
seorang guru sebagai berikut : “saya juga dulu merupakan seorang murid sama seperti mereka. Saya juga
merasa sering bosan jika mata pelajaran yang tidak saya suka terkadang saya jenuh dengan pelajaran karena kejenuhan itu terkadang saya mengantuk.
Maka dari itu saya sekarang sebagai guru harus mengerti bagaimana situasi dan keadaan di dalam kelas saya. Sebelum mengajar saya menanyakan
pelajaran yang kemaren saya ajarkan dan jika itu sudah lewat maka saya akan menerangkan pelajaran selanjutnya saat mereka tidak semangat dan
mulai sudah bosan maka saya akan membuat sebuah cerita yang lucu maka dari situ saya bisa mengembalikan semangat dan konsentrasi mereka agar
tidak telalu tegang. Memang jadi guru harus sangat bisa menguasai dan memahami tidak hanya diri sendiri tapi murid-murid di dalam kelas juga
harus di kuasai pribadi-pribadi mereka” kutipan wawancara dari bapak Linus Manurung
3.2.3 interaksi Orang Tua dengan Anak Tunanetra
Anak yang tinggal dengan orang tua akan berbeda tingkah laku serta tindakan yang diberikan. Bagaimana pun perhatian orang tua berbeda dengan perhatian pengasuh yang ada
di asrama. Ketika mereka dalam lingkungan keluarga cara berkominikasi mereka akan berbeda. Saat mereka ingin mengerjakan tugas rumah akan lebih banyak kesempatan mereka
bertanya kepada orang tua, banyak wawasan yang di dapat. Seperti yang terlihat dari sikap seorang anak yang bernama Randy, ketika pulang sekolah dia merengek-rengek kepada
Universitas Sumatera Utara
ibunya untuk menanyakan kepada orang lain atau teman sekelas tentang pekerjaan rumah tersebut.
Melihat kelakuan anak, bahwa interaksi antara orang tua dan anak mendatangkan tingkah laku seorang anak menjadi manja, berbeda dengan Jason merupakan anak yang
tinggal bersama orang tua namun perhatian nenek lebih banyak di banding kedua orang tua, karena orang tua kerja dari pagi sampai sore dan kadang sampai larut malam. Tingkah laku
Jason kelihatan manja karena selalu di temani nenek dilingkungan sekolah. Makan selalu disuapin.
Berbeda dengan anak smp yang memasuki usia remaja lebih banyak diam dan bermain dengan teman sebaya mereka. teman mereka laki-laki sering usil kepada anak perempuan,
namun anak smp bernama Aisyah murid yang tidak mau bergabung dengan banyak orang. Dia bersyukur karena orang tua tidak membuat dia ke asrama, jadi bimbingan dan asuhan
orang tua masih dapat dilaksanakan walaupun sedikit menentang dari dirinya, seperti wawancara yang mendukung :
“Sewaktu saya memasuki usia remaja ibu saya lebih banyak memberikan perhatian kepada saya dan tidak tanggung-tanggung ibu saya mengajarkan
tentang apa yang akan di alami oleh seorang anak perempuan nantinya. Anak perempuan yang dikatakan sudah remaja dari mensturasi pertama. Awalnya
memang geli untuk mendengarlkan cerita ibu yang begitu, namun selalu di kasih tahu agar saya mau menggunakan pembalut jika sudah waktunya. Saya
merasakan hal yang tidak enak jika mens itu datang karena rasa risih dan lebih banyak yang tidak enak saya rasakan. Karena saya masih melihat
cahaya tapi tidak dapat melihat bagaimana mens itu hanya dapat merasakan?” tutur Aisyah
Hubungan sosialisasi anak asrama dengan orang tua mereka memiliki batasan karena ada bertemu sekali enam bulan, sekali setahun bahkan ada yang mungkin tidak akan bertemu
orang tua mereka lagi. Anak yang tinggal dengan orang tua biasanya lebih manja karena
Universitas Sumatera Utara
orang tua mereka beranggapan seorang anak yang memiliki kebutaan harus di jaga dan juga harus di bimbing dalam hal agama sehingga mereka yang di rumah lebih banyak waktu
mereka bermain dan belajar. Mereka selalu mengandalkan orang tua mereka ketika tidak bisa lagi menanyakan teman-teman mereka di dalam kelas
3.3 Peran Orang Tua Menghadapi Anak Tunanetra Masa Pubertas