Berbeda dengan Abed jika di tanya tentang masa pubertas maka dia akan tersenyum dan tunduk lalu malu-malu untu berbicara. Sekilas Abed bercerita tentang ciri-ciri perembuan
yang disukainya. “Aku senang x kalau pulang kampung, ga kaya di sini tidak ada dingin selalu
panas keringatan kalau di kampung enak dingin dan selalu enak untuk jalan- jalan masih banyak pohon kata orang tua saya itu perbedaan kota dengan
kampung. Ketika saya bertanya tentang pubertas dengan dia maka dia pun malu untuk menjawab lalu mengatakan bahwa pubertas tersebut tidak bagus
untuk diceritakan sama orang lain. Namun saya terus bertanya dan dia menjawab pubertas itu jorok kali pertanyaan kakak ini, ga bagus untuk
diceritakan kakak, yang jorok semua itu sambil dia tersenyum-senyu. Aku ada suka sama orang tetapi tidak di sekolah ini. Nanti kalau kakak pulang ke
kampun di pajak saribudolo itu kalau jumpa bilang aku kirim salam ya. Tapi aku tidak tau nama perempuan itu yang penting dia itu gemuk. Lebih enak
sama yang gemuk, mamak-mamak pun gak apa-apa. tutur Abed anak kelas VII
Sungguh tinggi hayalan mereka untuk mencerminkan seseorang yang ada di dekat mereka. namun saat mereka sedang menghayalkan sesuatu saya masih bingung dan heran
jika mereka buta total dari kecil bagaimana mereka bisa membayakan orang jika mereka tidak pernah melihat. Berbeda dengan orang buta yang prnah melihat mereka sudah tau
mebayangkan bagaimana bentuk wajah orang dan bagaimana bentuk dari benda-benda yang di sekitarnya.
4.1.2 Kendala Anak Tunanetra Masa Puber
Pada dasarnya anak-anak yang memiliki ketergantungan pada orang yang disekitanya sering sekali orang yang di sekitar mereka merasa lemah, namun kenyataannya mereka lebih
bisa dibandingkan dengan mereka. Begitu juga dengan anak-anak tunanetra ini mereka selalu berusaha untuk dapat melakukan sesuatu hal dengan usaha mereka sendiri tanpa bantuan
orang yang di sekitar mereka. Anak tunanetra sama dengan anak normal lainnya. Perbedaan
Universitas Sumatera Utara
mereka hanya dapat dilihat bentuk fisik namun untuk cara berfikir mereka selalu sama walaupun terkadan seorang anak tunanetra terkadang dalam pemikirannya lemah, tidak hanya
anak tunanetra saja yang begitu anak normal juga ada beberapa yang lemah dalam hal berfikir. Ketika anak tunanetra beranjak dewasa maka mereka selalu mempunyai tingkah laku
yang berbeda dengan anak-anak normal. Ketika anak normal lain dapat melalui proses puber mereka dengan menahan atau tidak terlalu ditunjukkan kepada orang disekitar mereka, lain
dengan anak tunanetra ini mereka selalu mencari perhatian kepada teman-teman, orang tua atau pun kepada guru mereka. Mereka selalu mencari alasan untuk dapat dekat ataupun untuk
dapat diperhatikan. Tunanetra dengan kelebihan yang ada pada diri mereka mampu untuk menerima
pelajaran yang diberikan, tidak saja mereka dapat mendengarkan melainkan juga dapat melihat. Melihat yang ada pada anak tunanetra ini artinya anak tunanetra mampu melihat
dengan hati nurani mereka, dan dapat membedakan mana yang pantas dan mana mana yang tidak pantas untuk dilakukan. Terkadang anak yang masih di bawah umur belasan tahun akan
lebih berpatokan pada orang yang ada di dekat mereka karena mereka belum bisa merasakan sifat orang yang baru di kenal.
Berbeda dengan mereka yang sudah mengetahui jelas bagaimana orang-orang yang ada di sekitar mereka. Anak kelas lima sampai anak kelas sembilan, mereka sudah mulai bisa
membedakan orang yang ada di sekeliling mereka. kelihatan ketika saya sedang duduk-duduk dengan anak kelas tiga, lalu anak kelas lima datang setelah dia medengar suara saya maka dia
pun pergi meninggalkan saya. Awalnya memang kelihatan sombong seperti orang yang tidak mau mengenal orang lain namun, ketika dia bersama teman-temannya sedang bercanda
dan tertawa bahkan ketia naik ke atas untuk masuk ke dalam ruangan kelas mereka sering bertanya. Siapa itu? Kenapa bisa ngomong sama dia? Baik apa tidak? Banyak pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
yang diberikan kepada temannya. Karena sebenarnya mereka itu ingin juga ikut bergabung mengobrol dengan orang yang baru tersebut.
Melihat tubuh dan fisik mereka, anak-anak tunanetra memiliki tubuh dan fisik yang tidak sesuai dengan usia yang mereka miliki. Anak yang memasuki usia remaja termaksud
anak yang berada di usia 12 tahun ke atas. Melihat anak tunanetra badannya seperti anto dan ida mereka seperti ana yang umurnya tujuh sampai sembilan tahun. Tetapi walau pun begitu
adanya mereka tetap saja mengalami yang namanya pubertas. Memasuki usia 12 tahun keatas seorang anak akan lebih banyak mengagumi teman-teman mereka yang berbeda jenis
kelamin dengan mereka. seperti Rudi dan Ida mereka selalu bersama. Rudi satu-satunya laki- laki di kelas tiga, kedua teman sekelasnya adalah Tya dan Ida. Awalnya Tya dan Rudi selalu
bersama baik snack maupun belajar. Tetapi karena Tya sering duduk bersama Rudi namun dia selalu berbicara dengan teman yang di sebelahnya. Tya marah dan tak mau lagi untuk
membicarakan Rudi baik dalam kelas maupun luar kelas dan jika mereka duduk bersebelahan maka terkadang mereka berkelahi. Rudi yang lebih sering bersama dengan ini
mereka sudah kompak dan mereka juga seperti anak remaja lainnya yang sedang memasuki masa puber.
Seperti teori perkembangan oleh Van Den Daele adalah perubahan yang terjadi secara kualitatif, bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi
badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, namun merupakan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang kompleks yang di miliki oleh seorang anak.
Seperti fungsi komples adalah pemikiran dan cara mereka berkomunikasi dengan lawan jenisnya. Ini menunjukkan bahwa seorang anak tidak dilihat dari bentuk badan, tinggi dan
ciri-ciri lainnya melainkan harus di lihat juga dari beberapa struktur di luar dari ciri-ciri fisik. Di samping perkembangan pertumbuhan juga merupakan hal yang diperhatikan oleh
Universitas Sumatera Utara
pengasuh dan orang tua. Baik pertumbuhan tingkat kematangan atau tingkat masa pertumbuhan ke masa yang lebih tinggi seperti masa remaja.
Masa remaja bagi anak tunanetra dapat di lihat dari sifat mereka yang malu-malu dengan lawan jenisnya. Anak tunanetra sering menyimpan dalam pikirannya tidak mau
mengatakan terus terang kepada orang yang ada didekatnya. Ketika saya berbincang-bincang dengan salah seorang murid kelas V usianya sudah menginjak masa remaja, dia mengagumi
seorang laki-laki satu kelas dengan dia. Tetapi dengan wajah malu-malu dia pun mengangguk-angguk saja tidak mau banyak bicara. Namun kelakuan-kelakuan yang
dilakukan di asrama berbeda sekali turur salah seorang tata usaha dalam sekolah itu. Ada juga beberapa anak yang mengalami masa yang sama dengan anak kelas lima yaitu anak kelas
tujuh. Namanya Abed, usianya sudah 17 tahun. Abed tampak malu-malu jika ketemu dengan perempuan. Ketika saya berbincang-bincang dengannya yang dilakukan hanya tunduk saja
terkadang diam tidak mau menjawab pertanyaan saya. Jika jumpa di jalan dia balek kedalam kelas sambil berlari.
Kelakuan Abed seperti ini teori Petro blats dalam, Sarlito Wirawan sarwono 1997 : 24- 25 yaitu seperi remaja madya, kebanyakan anak remaja yang memasuki masa-masa senang
jika memiliki teman yang seperti dirinya juga ada kecenderungan narcistic dalam kondisini ini seorang anak kebingungan untuk memilih peka atau tidak peduli, ramai atau sendiri,
optimis atau pesimis dan sebagainya. Sama seperti anak kelas V namanya Fransiskus dia sering menyendiri dalam keramaian terkadang dia tidak peduli dengan teman-teman yang
disekitarnya. Sering Memperhatikan tingkah laku, seperti senyum-senyum sendiri terkadang berbicara dengan dia, dia tidak tau mau jawab apa. Terkadang dia malu untuk menceritakan
apa yang sedang dirasakannya saat ini.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Masa Puber Anak Tunanetra dan Kendala yang dihadapi orang tuaguru