d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
2.8.2 Latar Belakang Orang tua
Semua anak di dunia memiliki orang tua yang dapat membimbing anak-anak untuk dapat tumbuh dewasa, namun ada juga orang tua yang tidak suka kehadiran anak lahir
memiliki kebutuhan seperti menyandang tunanetra ini sendiri sehingga orang tua itu menelantarkan anaknya. Beberapa orang tua tidak bisa membimbing anak tunanetra
dikarenakan tempat tinggal mereka jauh dari sekolah si anak. Beberapa orang tua tidak menempatkan anak mereka di asrama karena mereka masih dapat mengantar ke sekolah dan
masih sempat untuk menjemput anak tuanentra dan masih mampu untuk mengurus anak mereka sendiri. Seorang ibu mengatakan lebih baik merawat anak sendiri jika masih bisa
membimbing di rumah, karena mereka membutuhkan kasih sayang orang tua. Orang tua harus dapat memberikan fikiran positif kepada anak tunanetra dengan kondisi yang di miliki
oleh anak. Semua orang tua harus menerima anak dengan kondisi buta walaupun ada beberapa anak yang ditelantarkan orang tua karena mereka tidak mensyukuri apa yang di beri
oleh Tuhan. Mereka beranggapan bahwa anak mereka tidak pantas lahir ke dunia ini. Sehingga mereka sampai hati menelantarkan anak mereka, namun sebenarnya anak itu tidak
memiliki salah hanya karena kedua orang tua tidak dapat berfikir secara positif dengan keadaan anak tunanetra.
Orang tua yang tidak ingin anak mereka ketinggalan dalam pelajaran maka seorang ibu akan berjuang mencari sekolah yang cocok untuk anak tunanetra. Seperti orang tua Abed
yang menginginkan anaknya dapat bertumbuh dan berkembang dalam pendidikan berusaha keras untuk menyekolahkan anak mereka walau jarak antara kampung mereka dengan kota
medan lumayan jauh. Mereka harus menempatkan Abed di asrama sekolah agar anak dapat di
Universitas Sumatera Utara
bimbing oleh pengasuh karena mereka tidak memiliki saudara di kota medan. Bukan karena tidak mampu orang tua untuk mengurus, melainkan orang tua tidak menginginkan anak
mereka tumbuh dengan kondisi yang tidak mengetahui apa-apa. Sehingga orang tua harus hanya dapat bertemu dengan orang tua ketika libur semster saja. Terkadang orang tua
menjemput mereka ke asrama. Ada juga orang tua yang menitipkan anak ke asrama dan mereka tidak pernah kembali tidak tau apa alasan mereka tidak kembali untuk melihat darah
daging mereka sendiri. Beberapa anak dari Nias terlihat banyak di sekolah banyak dari mereka sudah tidak tahu di mana orang tua mereka berada karena mereka ada di bawa suster
dan pastor ketika mereka masih kecil, karena keterbatasan orang tua maka anak juga memiliki keterbatasan dalam pendidikan dan bakat mereka tidak berkembang.
Masalah perekonomian keluarga tidak dapat dianggap hal enteng untuk membiayai seorang anak tunanetra. Sehingga banyak anak tidak dapat menyekolahkan anak sehingga
menelantarkan anak mereka, ada juga yang sengaja memasukkan ke dalam asrama karena situasi dan kondisi keadaan sekolah. Rata-rata orang tua anak tunanetra memiliki
perekonomian yang menengah ke bawah. Hanya dua tiga orang yang kehidupannya dapat dikatakan memadai. orang tua dari anak tunanetra ada yang bekerja di dinas pemerintahan,
ada sebagai pegawai di perusahaan swasta, ada juga sebagai supir ambulance. Tidak semua beruntung memiliki orang tua yang mau mengasuh anak tunanetra ini. Ida merupakan anak
yang sudah lama tinggal di asrama, dia seperti hidup sebatang kara saudaranya jauh di pulau samosir di sana ada opung nenek dan sepupu-sepupunya. Seperti yang dituturkan oleh Ida :
“saya anak pertama, dulu saya punya mamak, bapak dan adek. Sekarang saya sudah tinggal di asrama kalau libur semester baru di jemput
namboru
34
atau saudara yang lain. Mamak sudah gak ada lagi sama adek- adekku, kata bapak mereka sudah meninggal karena ada kecelakaan,
sekarang bapak sudah tinggal di medan sama mamak baru dan kakak baru.
34
Namboru adalah saudara perempuan dari bapak
Universitas Sumatera Utara
Dulu bapak sekali sebulan lihat aku di asrama tapi sekarang sudah jarang karena dia kerja bawa angkot aku gak pernah lagi jumpa sama bapak”.
Hal yang sama dengan grace, dia merupakan anak yang tegar dengan keadaannya, walaupun dia tidak pernah mengenal ibunya. Seperti yang di tuturkan olehnya
“saya di asrama sudah lama, sejak saya kecil sudah berada di asrama, yang sering datang melihat kami cuma bapak. Aku dan adik ku tinggal di
asrama, adik sekarang sudah kelas enam. Kami ditinggalkan bapak di asrama karena waktu adek lahir sama keadaannya dengan ku. Sebenarnya saya masih
dapat melihat tetapi tidak terlalu jelas. Jika benda yang besar masih dapat saya lihat. Bapak juga jarang menjenguk kami karna dia harus mencari uang,
bapak tinggal di riau. Kami hanya sekali-sekali di lihat tapi saya senang masih di jenguk bapak.”
Anak yang tinggal di asrama, jika orang tua anak tidak ada lagi maka akan gratis tinggal di asrama sama halnya dengan biaya di sekolah. Namun jika mereka masih di
tanggung orang tua maka mereka tidak dipatokkan untuk membayar uang asrama namun harus memberi seberapa mereka sanggup untuk memberi. Karena sekolah dan asrama Karya
murni ini tidak terlalu memperdulikan hal ini yang ada di hati para suster-suster adalah bagaimana mereka dapat memberikan yang terbaik kepada anak-anak tunanetra. Sehingga
banyak sumbangan-sumbangan yang di dapat dari masyarakat dan donatur yang memberikan sumbangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERAN ORANG TUA DAN GURU DALAM MENANGANI MASA PUBERTAS
3.1 Kehidupan Sosial Anak Tunanetra
Sekolah merupakan tempat siswa-siswi menerima ilmu pengetahuan dan pengalaman- pengalaman yang tidak di dapat dalam lingkungan masyarakat dan diorganisasikan melalui
pemikiran dan tingkah laku. Anak-anak yang sekolah di sekolah luar biasa karya murni ini tidak lepas dari hubungan timbal balik antara sesama tunanetra. Mereka harus bisa saling
berinteraksi dengan sesama mereka dan mereka harus bisa berhubungan dengan guru yang mengasuh mereka di sekolah.
Kehilangan pengelihatan bukan berarti ketinggalan pendidikan, namun proses yang dilakukan akan berbeda dengan anak lainnya. Proses belajar yang dilakukan pada anak
tunanetra harus dengan hati yang penuh kesabaran karena anak-anak tunanetra dari segi fisik tidak bisa disamakan dengan anak normal. Untuk dapat belajar seorang tunanetra harus
memiliki kemauan yang tinggi dan daya kemampuan otak yang tidak lemah. Jika seorang anak tidak mampu menerima pelajaran yang diajarkan oleh guru maka mereka akan diberikan
khursus sesuai dengan kemampuan mereka. Seperti yang di paparkan oleh guru yang mengajar di sekolah tersebut :
“banyak anak-anak yang mengalami tunanetra dalam diri mereka dan tidak semua anak mendapatkan tempat yang layak saat mereka lahir, saat mereka
sudah beranjak remaja mereka barumendapatkan pendidikan namun tidak semua dapat menerima pelajaran dengan baik, mungkin si anak hanya dapat
bersekolah sampai SD saja. Jika sudah begitu maka gurupengasuhnya akan melihat kemampuan si anak dan dia akan diberikan kursus mengenai
kemampuannya”. wawancara ibu Kenneria Lubis
Universitas Sumatera Utara