BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian nasional dewasa ini tidak terlepas hubungannya dengan perkembangan perekonomian regional dan internasional
dimana situasi perekonomian saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan perekonomian nasional senantiasa dipengaruhi oleh keadaan
perekonomian kawasan dan memiliki dinamika yang sangat kompleks sebagai akibat dari keadaan sosial dan politik. Oleh karena itu, diperlukan berbagai
penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi termasuk sektor Perbankan, sehingga dengan adanya regulasi yang diberlakukan oleh pemerintah terhadap
sektor perbankan diharapkan dapat menunjang pertumbuhan dan
mempertahankan stabilititas moneter nasional dalam rangka menghadapi globalisasi perekonomian dunia.
Sektor Perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi, penunjang sistem pembayaran dan merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam melakukan penyesuaian kebijakan yang dimaksud. Sehubungan dengan itu, diperlukan penyempurnaan terhadap sistem perbankan nasional yang bukan
hanya mencakup upaya penyehatan bank secara individual, melainkan juga penyehatan sistem Perbankan secara menyeluruh. Upaya penyehatan
Perbankan Nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah regulator, Bank Indonesia pengawas moneter, dan bank-bank itu sendiri
Universitas Sumatera Utara
serta masyarakat pengguna jasa perbankan. Adanya tanggung jawab dari masing-masing pihak tersebut, diharapkan akan dapat menciptakan dunia usaha
perbankan yang sehat sehingga dapat berperan secara maksimal dalam menunjang pertumbuhan perekonomian nasional.
Di dunia modern, peran usaha perbankan sangat besar dalam mendorong dan menopang pertumbuhan perekonomian suatu Negara. Hampir semua
sektor usaha, yang meliputi sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, dan perumahan sangat membutuhkan bank sebagai mitra
dalam melakukan transaksi keuangan.
1
Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Semua sektor usaha maupun individu saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan
bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan serta untuk mendukung kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu, maupun
masyarakat bisnis sangat penting bahkan bagi suatu Negara, karena bank sebagai suatu lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh dalam
perekonomian suatu negara.
2
Dengan menyalurkan dana kepada masyarakat melalui penyediaan kredit, misalnya kepada masyarakat bisnis dunia usaha, maka secara tidak langsung
1
Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 2.
2
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang “Perbankan”, Pasal 1, angka 2.
Universitas Sumatera Utara
akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat banyak, melalui sektor usaha yang dikembangkan dengan menggunakan
fasilitas kredit perbankan yang dimaksudkan. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai
strategis dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana
surplus of funds dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana lack of finds. Dengan keadaan seperti itu, maka usaha perbankan erat
kaitannya dengan penghimpunan dana masyarakat dan menyalurkan dana yang dihimpun tersebut dalam bentuk penyediaan fasilitas kredit bagi sektor usaha
yang dinilai layak untuk diberi pinjaman kredit. Pemberian pembiayaan kredit bank atau disebut sebagai penyediaan dana
oleh pihak perbankan merupakan suatu unsur terbesar dalam aktivitas dunia perbankan yang bertujuan untuk mengembangkan perekonomian, proses ini
juga dapat dijadikan sebagai asset utama untuk menentukan maju mundurnya perbankan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu menghimpun serta
menyalurkan dana masyarakat. Perlu dipahami bahwa sumber dana perbankan yang dipinjamkan kepada
masyarakat dalam bentuk kredit bukan dana milik bank itu sendiri, karena modal perbankan juga sangat terbatas, tetapi merupakan dana-dana masyarakat
yang disimpan pada bank tersebut, sehingga perbankan berusaha dan belomba- lomba menarik dan mengumpulkan dana masyarkat agar bersedia menyimpan
Universitas Sumatera Utara
dananya pada bank tersebut dengan berbagai rangsangan seperti undian hadiah dan iming-iming lainnya. Dana masyarakat yang disimpan pada bank pada
umumnya dalam bentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito dan lain- lain. Dana masyarakat yang terkumpul dalam jumlah yang sangat besar dengan
jangka waktu yang cukup lama merupakan sumber utama bagi bank dalam menyalurkan kembali kepada masyarakat yang memerlukan dalam bentuk
pinjamankredit. Inilah yang dinamakan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi.
Dalam prakteknya, kredit yang diberikan oleh pihak perbankan, sebagian besar tidak dikembalikan secara utuh oleh nasabah debiturnya, hal tersebut
dapat menimbulkan resiko bagi usaha pihak perbankan yang bersangkutan dan akhirnya akan menimbulkan kredit macet. Oleh karena itu, bank dalam
memberikan kredit harus melakukannya berdasarkan analisis pemberian kredit yang memadai, tujuannya agar kredit yang diberikan oleh bank tersebut
merupakan kredit yang tidak mudah menjadi kredit macet. Apabila kredit yang diberikan oleh suatu bank banyak mengalami kemacetan, sudah pasti akan
melumpuhkan kemampuan bank dalam melaksanakan kewajibannya kepada masyarakat penyimpan dana.
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan, menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
Universitas Sumatera Utara
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
3
Kredit adalah sebuah kepercayaan trust, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit haruslah berdasarkan suatu kepercayaan, yaitu fasilitas yang
diberikan tersebut digunakan untuk tujuan yang sesuai dengan permohonan calon debitur. Bagi bank kreditur, pemberian fasilitas kredit tersebut
diharapkan dapat kembali dengan aman dan menguntungkan. Dasar dari hubungan kepercayaan antara kreditur dan debitur adalah adanya keyakinan
dan oleh karena itu, dalam pemberian kredit haruslah didasarkan pada suatu keyakinan bahwa fasilitas kredit yang diberikan harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan diyakini dapat dibayarkan kembali sesuai rencana sebagaimana diatur dalam dokumen perkreditan.
Salah satu kredit yang dilaksanakan oleh bank yang berkaitan langsung dengan kegiatan perekonomian masyarakat yaitu pemberian kredit modal kerja
kepada nasabah debitur yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. Pemberian kredit
modal kerja oleh PT.Bank Mandiri Tbk tentunya didasari oleh suatu perjanjian kredit, dalam memberikan kredit juga harus memperhatikan jaminan kredit
berdasarkan prinsip syariah, dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan
yang diperjanjikan. Dengan adanya keyakinan tersebut, bank berharap banyak agar kredit yang diberikannya kepada nasabah debitur tidak menjadi kredit
3
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang “Perbankan”, Pasal 1 angka 11.
Universitas Sumatera Utara
yang macet bermasalah di kemudian hari. Oleh karena itu, sebelum memberikan kredit, bank harus mempunyai keyakinan berdasarkan prinsip
kehati-hatian melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang sah dan
memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap, semuanya itu bertujuan agar kredit yang
disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga.
4
Selain itu bank juga diwajibkan untuk memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu dalam pembiayaan tersebut bank syariah danatau UUS
harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada waktunya, sebelum
bank syariah danatau UUS meyalurkan dana kepada nasabah penerima fasilitas. Dalam rangka memperoleh keyakinan tersebut, bank syariah danatau
UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon nasabah penerima fasilitas.
5
PT. Bank Mandiri Tbk dalam pemberian kredit tentunya memiliki kepentingan pengamanan dana kreditnya tersebut dengan meminta suatu
jaminan khusus yang lahir dari perjanjian antara kreditur dengan debitur. Jaminan kredit haruslah secured, artinya jaminan kredit tersebut dapat
4
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung: Alfabeta, CV, 2003, hlm. 2.
5
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, tentang “Perbankan Syariah”, Pasal 23 angka 1 dan 2.
Universitas Sumatera Utara
diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Apabila di kemudian hari terjadi
wanprestasi dari nasabah debiturnya dan mengingat bahwa penguasaan alat bukti jaminan telah dikuasai oleh bank secara sempurna dan lengkap
berdasarkan yuridis formal, maka untuk menjalankan suatu tindakan hukum, bank tidak lagi mengalami permasalahan. Oleh karena itu pemberian kredit
harus dituangkan ke dalam bentuk perjanjian. Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, “suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
6
Kredit modal kerja merupakan jenis kredit yang produktif. Walaupun begitu, di dalam setiap pelaksanaan kredit modal kerja ini tetap terdapat tata
cara pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang dialami oleh para pihak yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan kredit, para pihak harus melaksanakan hak
dan kewajibannya masing-masing sesuai dengan isi yang diperjanjikan di dalam sebuah perjanjian kredit. Hal ini untuk menghindari kemungkinan
terjadinya masalah-masalah di kemudian hari, seperti cidera janji wanprestasi dari salah satu pihak.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat dan membahas
permasalahan tersebut ke dalam suatu bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Pengikatan Jaminan Kredit Modal Kerja Dan
6
R Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Pradnya Paramita, 2002, hlm. 338.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaannya Studi Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Cabang Medan”.
Untuk melengkapi bahan dari penulisan skripi ini, maka akan dilakukan riset pada Kantor Cabang Umum PT. Bank Mandiri, Tbk yang terdapat di Kota
Medan.
B. Perumusan Masalah