Eksekusi Fidusia Dengan Titel Eksekutorial

Hal ini didasari benar oleh para pembentuk Undang-Undang Fidusia Nomor 42 Tahun 1999. Karena itu, salah satu terobosan yang dilakukan oleh Undang-Undang Fidusia ini adalah dengan mengambil pola eksekusi hak tanggungan yang dikembangkan oleh Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 yaitu, mengatur eksekusi fidusia secara bervariasi, sehingga para pihak dapat memilih model eksekusi mana yang mereka inginkan. Model-model eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-Undang Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 adalah: 65 - Secara sifat eksekusi dengan memakai titel eksekutorial, yakni lewat suatu penetapan pengadilan; - Secara parate eksekusi, yakni dengan menjual tanpa perlu penetapan pengadilan di depan pelelangan umum; - Dijual di bawah tangan oleh pihak kreditur sendiri. Pihak kreditur tentunya dapat menempuh prosedur eksekusi biasa lewat gugatan biasa ke pengadilan, sekalipun tidak disebutkan dalam Undang-Undang Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 adalah: 66

a. Eksekusi Fidusia Dengan Titel Eksekutorial

Ada beberapa akta yang mempunyai titel eksekutorial, yang disebut dengan istilah “grosse akta”, yaitu: 67 - Akta Hipotek berdasarkan Pasal 224 HIR; - Akta Pengakuan Utang berdasarkan Pasal 224 HIR; 65 Munir Fuady, op.cit, hal. 142. 66 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Cet. Ke-2, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 58-64. 67 Ibid, hal. 58. Universitas Sumatera Utara - Akta Hak Tanggungan berdasarkan Undang-undang Hak Tanggungan Nomor 4 tahun 1996; - Akta Fidusia berdasarkan Undang-undang Fidusia Nomor 42 Tahun 1999. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata HIR, setiap akta yang mempunyai titel eksekutorial dapat dilakukan fiat eksekusi. Pasal 224 HIR menyatakan bahwa grosse dari akta hipotek dan surat utang yang dibuat di hadapan notaris di Indonesia dan yang kepalanya berbunyi “Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” memiliki kekuatan sama dengan kekuatan putusan hakim. Jika tidak dengan jalan damai, maka surat yang demikian dieksekusi dengan perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya mencakup tempat berdiam atau tempat tinggal debitur, atau tempat kedudukan yang dipilh oleh debitur menurut cara yang dinyatakan dalam pasal- pasal sebelum pasal 224 ini, tetapi dengan pengertian bahwa paksaan badan hanya boleh dilakukan jika sudah diizinkan dengan putusan hakim. Jika putusan hakim itu harus dilaksanakan seluruhnya atau sebagian di luar daerah hukum Pengadilan Negeri yang memerintahkan pelaksanaan putusan ini, maka harus dituruti ketentuan dalam Pasal 195 ayat 2 dan seterusnya dari HIR. Pasal 14 dari Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 menyatakan bahwa sertifikat hak tanggungan memuat irah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Jadi, sertifikat hak tanggungan tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama Universitas Sumatera Utara dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse akta hipotek, sepanjang mengenai hak tanggungan atas tanah. Kemudian, Pasal 15 dari Undang-Undang Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 juga menyatakan bahwa dalam sertifikat jaminan fidusia dicantumkan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Jadi, setifikat jaminan fidusia tersebut mempunyai kekuatan ekskutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memeperoleh kekuatan hukum penuh. Dari pasal-pasal tersebut terlihat bahwa salah satu syarat agar suatu fiat eksekusi dapat dilakukan adalah dalam akta tersebut terdapat irah-irah yang berbunyi “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Irah-irah inilah yang memberikan titel eksekutorial, yakni titel yang mensejajarkan kekuatan akta tersebut dengan putusan pengadilan. Dengan demikian, akta tersebut tinggal dieksekusi tanpa perlu lagi putusan pengadilan. Karena itu, yang dimaksud dengan fiat eksekusi adalah eksekusi atas sebuah akta seperti mengeksekusi suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan pasti, dengan cara meminta “fiat” dari Ketua Pengadilan untuk melakukan eksekusi. Ketua Pengadilan tersebut akan memimpin eksekusi sebagaimana dimaksud dalam HIR.

b. Eksekusi Fidusia Secara Parate Eksekusi Lewat Pelelangan Umum