Hak Tanggungan Eksekusi Fidusia Menurut Undang-undang Rumah Susun Nomor 16 Tahun 1985

kebakaran, maka pembayaran asuransi tersebut menjadi hak pihak penerima fidusia Pasal 25 ayat 2 Undang-Undang Fidusia Nomor 42 Tahun 1999. Ada prosedur tertentu yang harus ditempuh manakala suatu jaminan fidusia hapus. Pertama, harus dicoret pencatatan jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia. Selanjutnya, Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan surat keterangan yang menyatakan bahwa sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam kondisi ini, jaminan fidusia tersebut dicoret dari Buku Daftar Fidusia yang ada pada Kantor Pendaftaran Fidusia.

2. Hak Tanggungan

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, yang selanjutnya disebut hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. 72 Butir 4 Penjelasan Umum Undang-Undang Hak Tanggungan, antara lain menyatakan bahwa hak tanggungan adalah hak jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Dalam arti, bahwa jika debitur cidera janji, tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan 72 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, tentang “Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah”, Pasal 1 angka 1. Universitas Sumatera Utara perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lain. Kedudukan diutamakan tersebut sudah barang tentu tidak mengurangi prefensi utang piutang negara menurut ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Berdasarkan ketentuan tersebut, disimpulkan bahwa hak tanggungan merupakan salah satu bentuk jaminan kredit yang mempunyai hak preferent bagi pemegangnyakreditur, yang mempunyai objek jaminan berupa hak atas tanah yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Hak Tanggungan. Termasuk hak tanggungan adalah benda-benda lain yang merupakan bagian dari tanah itu yang berada di atasnya, yang ditegaskan dalam akta pemberian hak tanggungan. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, Pasal 12 ayat 1 meyatakan bahwa rumah susun berikut tanah tempat bangunan itu berdiri serta benda lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hipotek, jika tanahnya tanah hak milik atau hak guna bangunan; dan dibebani fidusia jika tanahnya hak pakai atas tanah negara. Ketika Undnag-Undang Rumah Susun tersebut lahir, lembaga pengikatan yang diberikan oleh undang-undang untuk rumah susun adalah hipotek atau fidusia. Namun demikian, dengan lahirnya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, maka pengikatan sebagai jaminan kredit terhadap hak milik atas satuan rumah susun menjadi berubah. Ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Rumah Susun tersebut sepanjang mengenai objek jaminan kredit secara tidak langsung telah dicabut oleh Universitas Sumatera Utara Undang-undang Hak Tanggungan karena Undang-Undang Fidusia secara tegas menyatakan bahwa dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985, hak pakai yang dimaksudkan itu dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani fidusia. Dalam undang-undang ini, hak pakai tersebut ditunjuk sebagai objek hak tanggungan. Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-Undang Hak Tanggungan butir 5, antara lain menyatakan bahwa sehubungan dengan itu, maka untuk selanjutnya, hak tanggungan merupakan satu-satunya lembaga hak jaminan atas tanah, dan dengan demikian menjadi tuntaslah unifikasi hukumtanah nasional, yang merupakan salah satu tujuan utama undang-undang pokok agraria. Hal demikian mengandung pengertian bahwa tidak ada lagi hak atas tanah yang merupakan objek dari jaminan kredit selain hak tanggungan. Hal ini penting untuk dikemukakan karena terdapat kenyataan bahwa sekalipun keinginan pembentuk Undang-Undang Hak Tanggungan hendak mengunifikasikan dan mengkodifikasikan serta menuntaskan bahwa semua hak atas tanah hanya dapat dijadikan jaminan kredit berupa hak tanggungan, sebagaimana dikemukakan dalam penjelasan umum tersebut, tetapi kenyataan bahwa terdapat hak-hak atas tanah yang sampai saat ini belum dapat dijadikan jaminan kredit oleh karena belum terdapat ketentuan yang mengaturnya lebih lanjut. Sebagaimana telah dikemukakan dalam pembahasan objek jaminan fidusia bahwa berdasarkan asas horizontal dalam hukum pertanahan nasional, maka dapat dimungkinkan adanya bangunan-bangunan yang dimiliki oleh orangpihak yang berbeda dengan kepemilikan hak atas tanah di mana bangunan itu berdiri, misalnya terdapat bangunan yang dimiliki oleh A, sedangkan tanah di mana Universitas Sumatera Utara bangunan itu berdiri dimiliki oleh B. sudah barang tentu terdapat hubungan hukum perjanjian antara pemilik tanah dengan pemilik bangunan. Jika atas kepemilikan bangunan tersebut belum atau tidak terdaftar dan oleh karena itu, bukti kepemilikannya bukan merupakan sertifikat yang diterbitkan oleh kantor pertanahan setempat, maka bangunan tersebut merupakan objek dari jaminan fidusia. Dalam hal ini, yang utama adalah bahwa bangunan tersebut belumtidak terdaftar dalam kantor pendaftaran tanah setempat. Adapun mengenai kepemilikan tanahnya dapat berupa serifikat Hak Milik atau Hak Guna Bangunan atau lainnya dan bahwa belum bersertifikat sekalipun. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian jaminan fidusia atas bangunan tersebut adalah adanya izinpersetujuan dari pemilik tanah bahwa bangunan tersebut dapat dijadikan agunan atas suatu fasilitas kredit dan pemilik agunan juga diberikan hak atau kewenangaan bahwa tanah tersebut dapat dipindahtangankan. Namun demikian, jika bangunan tersebut telah terdaftar dan terdapat bukti kepemilikan berupa sertifikat Hak Guna Bangunan dan tanah di mana hak guna bangunan tersebut berdiri telah bersertifikat hak milik, maka berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan tanah UUHT, bangunan dan tanah tersebut masing-masing merupakan objek hak tanggungan. Bangunan- bangunan yang berdiri di atas hak pengelolaan hak pengelolaan pada dasarnya merupakan gempilan atas hak bangsa, termasuk objek jaminan fidusia. Jika bangunan tersebut telah diikat jaminan fidusiatelah diterbitkan sertifikat jaminan Universitas Sumatera Utara fidusia dan tanah tersebut telah ditetapkan menjadi salah satu hak atas tanah yang merupakan objek hak tanggungan Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai atas tanah Negara, maka demi hukum, jaminan fidusia tersebut menjadi hapus. Dalam hal hendak dilakukan pengikatan kembali, maka pengikatannya wajib menggunakan hak tanggungan. Hak Pakai dalam Undang-Undang Pokok Agraria tidak ditunjuk sebagai objek hak tanggungan karena pada waktu itu tidak termasuk hak-hak atas tanah yang wajib didaftar dan karenanya tidak dapat memenuhi syarat publisitas untuk dapat dijadikan jaminan utang. Dalam perkembangannya, Hak Pakai pun harus didaftarkan, yaitu Hak Pakai yang diberikan atas tanah negara. Sebagian dari Hak Pakai yang didaftar itu,menurut sifat dan kenyataannya dapat dipindahtangankan, yaitu yang diberikan kepada orang perseorangan dan badan-badan hukum perdata. Namun, tidak semua Hak Pakai dapat dijadikan objek hak tanggungan, seperti Hak Pakai atas tanah Hak Milik tidak dapat dibebani hak tanggungan karena tidak memenuhi syarat publisitas. Tetapi, mengingat perkembangan kebutuhan masyarakat dan pembangunan di kemudian hari, dalam undang-undang ini dibuka kemungkinannya untuk dapat juga ditunjuk sebagai objek hak tanggungan jika telah dipenuhi persyaratan sebagaimana yang disebutkan di atas tanah tersebut telah didaftar. Jika Hak Pakai yang lahir dari Hak Milik berdasarkan perjanjian tersebut telah dapat didaftarkan dan telah terbit sertifikat, maka Hak Pakai yang lahir dari Hak Milik tersebut dapat dijadikan dan merupakan objek hak tanggunngan. Universitas Sumatera Utara Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985, hak pakai yang dimaksudkan itu dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani fidusia, namun dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996, Hak Pakai tersebut ditunjuk sebagai objek hak tanggungan. Masih menyangkut mengenai tanah sebagai objek hak tanggungan, berdasarkan pasal 4 ayat 4 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 dinyatakan bahwa hak tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalam akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan. Namun, berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Fidusia, dalam Pasal 3 dan penjelasannya dikemukakan bahwa bangunan-bangunan yang berada di atas Hak Pengelolaan merupakan objek jaminan fidusia, hal ini karena dianggap bahwa sekalipun bangunan tersebut menyangkut mengenai tanah, tetapi hak atas tanah tersebut tidak ditunjuk oleh Undang-Undang Hak Tanggungan, sehingga atas bangunan tersebut merupakan objek jaminan fidusia. Di samping itu, untuk tanah-tanah adat akan tetap dapat dijadikan sebagai objek hak tanggungan jika hasil konversi hak atas tanah tersebut menjadi salah satu hak atas tanah yang ditunjuk sebagai objek hak tanggungan. Universitas Sumatera Utara Beberapa prinsip penting berkaitan dengan hak tanggungan, yaitu sebagai berikut: 73 - Hak tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, kecuali jika diperjanjikan dalam akta pemberian hak tanggungan. Apabila hak tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas tanah, dapat diperjanjikan dalam akta pemberian hak tanggungan tersebut bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara angsuran, yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah yang merupakan bagian dari objek hak tanggungan yang akan dibebaskan dari hak tanggungan tersebut, sehingga kemudian hak tanggungan itu hanya membebani sisa objek hak tanggungan untuk menjamin sisa utang yang belum dilunasi. Dalam hal ini, yaitu apa yang dikenal dengan istilah roya partial, yaitu roya terhadap sebagian dari benda yang dijadikan objek hak tanggungan. - Utang yang dijamin pelunasannya dengan hak tanggungan dapat berupa utang yang telah ada atau yang telah diperjanjikan dengan jumlah tertentu atau jumlah yang pada saat permohonan eksekusi hak tanggungan diajukan dapat ditentukan berdasarkan perjanjian utang piutang atau perjanjian lain yang menimbulkan hubungan utang piutang yang bersangkutan. 73 Try Widiyono, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, Bogor: GHALIA INDONESIA, 2009, hal. 161. Universitas Sumatera Utara - Hak tanggungan dapat diberikan untuk suatu utang yang berasal dari satu hubungan hukum atau untuk satu utang atau lebih yang berasal dari beberapa hubungan hukum. Pengetahuan mengenai objek hak tanggungan merupakan hal yang penting dalam memahami hak tanggungan. Adapun objek hak tanggungan diatur dalam Pasal 4 dan 27 Undang-Undang Tahun 1996 dan Penjelasan Pasal 8 Undang- undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pasal 4 Undang-undang Hak Tanggungan tersebut menyatakan objek hak tanggungan meliputi berikut ini: 74 a. Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah Hak Milik; Hak Guna Usaha; serta Hak Guna Bangunan. b. Selain hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga dibebani hak tanggungan. c. Pembebanan hak tanggungan pada hak pakai atas tanah hak milik akan diatur lebih lanjut dengan pearturan pemerintah. d. Hak tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalam akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan. 74 Ibid, hal. 162. Universitas Sumatera Utara e. Apabila bangunan, tanaman, dan hasil karya sebagaimana yang dimaksud pada ayat 4 tidak dimiliki oleh pemegang hak atas tanah, pembebanan hak tanggungan atas benda-benda tersebut hanya dapat dilakukan dengan penandatanganan serta pada akta pemberian hak tanggungan yang bersangkutan oleh pemiliknya atau yang diberi kuasa untuk itu olehnya dengan akta otentik. Pasal 27 Undang-undang Hak Tanggungan tersebut juga menyatakan bahwa ketentuan undang-undang ini berlaku juga terhadap pembebanan hak jaminan atas rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun. Penjelasan pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998, antara lain menyebutkan tanah dengan status girik dapat dijadikan jaminan kredit. Namun demikian, untuk penerapan ketentuan yang diatur dalam penjelasan pasal 8 dimaksud, wajib tetap mengacu kepada ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996, yakni sebelum dilakukan pendaftaran hak tanggungan atas tanah tersebut, wajib telah memenuhi syarat publisistas pendaftaran hak atas tanah tersebut yang dapat dilakukan bersamaan dengan pendaftaran hak tanggungan. Di samping itu, dalam pendaftaran hak atas tanah tersebut wajib terdapat adanya penegasan konversi, di mana dalam penegasan konversi tersebut telah dinyatakan hak atas tanah yang bersangkutan merupakan salah satu hak atas tanah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 dan hak atas tanah hasil konversi tersebut ditunjuk oleh undang-undang hak Universitas Sumatera Utara tanggungan sebagai salah satu objek hak tanggungan. Kesimpulannya, hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah: 75 - Hak Milik; - Hak Guna Usaha; - Hak Guna Bangunan; - Hak Pakai; - Hak Milik atas satuan rumah susun. Proses eksekusi hak tanggungan merupakan proses menjual benda yang merupakan objek hak tanggungan ketika utang debitur pemberi hak tanggungan sudah tidak dibayar pada waktu jatuh tempo. Beberapa eksekusi hak tanggungan adalah sebagai berikut: 76

a. Eksekusi dengan Jalan Mendaku