Gadai Eksekusi dengan Jalan Gugatan Perdata Biasa melalui Pengadilan

Pencoretan hak tanggungan yang sudah hapus ini sering disebut dengan istilah “roya”. Pencoretan hak tanggungan tersebut dilakukan setelah utangnya dibayar lunas, atau setelah pihak kreditur membuat pernyataan tertulis bahwa hak tanggungan telah hapus. Dengan pencoretan hak tanggungan tersebut maka Badan Pertanahan melakukan penarikan sertifikat hak tanggungan, dan sertifikat tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi. Di samping itu, buku tanah hak tanggungan juga dinyatakan tidak berlaku lagi. Bagaimana haknya jika pihak kreditur tidak mau membuat pernyataan hapusnya hak tanggungan untuk diroya? Dalam hal ini, undang-undang menyediakan jalan keluarnya berupa hak bagi pihak yang berkepentingan untuk mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan negeri yang berwenang agar Ketua Pengadilan Negeri tersebut mengeluarkan perintah pencoretan hak tanggungan. Selanjutnya, pihak yang berkepentingan memohon kepada Lepala Kantor Pertanahan untuk mencoret hak tanggungan tersebut, dengan melampirkan salinan penetapan atau putusan jika ada sengketa untuk pencoretan hak tanggungan dari Pengadilan Negeri. Akhirnya, kantor urusan pertanahan melakukan pencoretan hak tanggungan tersebut.

3. Gadai

Pengertian gadai diatur dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang merumuskan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur, atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditur itu Universitas Sumatera Utara untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. 78 Dari rumusan yang diberikan tersebut dapat diketahui bahwa untuk dapat disebut gadai, maka unsur-unsur berikut di bawah ini harus dipenuhi: 79 1. Gadai diberikan hanya atas benda bergerak; 2. Gadai harus dikeluarkan dari penguasaan pemberi gadai; 3. Gadai memberikan hak kepada kreditur untuk memperoleh pelunasan terlebih dahulu atas piutang kreditur droit de preference; 4. Gadai memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mengambil sendiri pelunasan secara mendahulu tersebut. Jaminan gadai dalam pelaksanannya dilakukan oleh lembaga pegadaian. Pegadaian adalah suatu lembaga keuangan bukan bank yang memberikan kredit kepada masyarakat dengan corak khusus yang telah dikenal di Indonesia sejak tahun 1901. 80 78 Kartini Muljadi, dkk, Seri Hukum Harta Kekayaan Hak Istimewa, Gadai, Dan Hipotek, Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP, 2005, hlm. 74. Mengenai gadai ini diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1161 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan secara kelembagaan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tentang Pegadaian. Lembaga pegadaian saat ini berbentuk suatu Perusahaan Umum Perum dan berada di bawah naungan Kantor Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara BUMN. 79 Ibid, hal. 74. 80 Abdul R. Saliman, dkk, op.cit, hal. 32. Universitas Sumatera Utara Jaminan gadai yang diatur dalam Buku II titel 20 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mempunyai sifa-sifat sebagai berikut: 81 1. Jaminan gadai mempunyai sifat accessoir perjanjian tambahan artinya, jaminan gadai bukan hak yang berdiri sendiri tetapi keberadaannya tergantung perjanjian pokok. Yang dimaksud perjanjian pokok adalah perjanjian kredit yang merupakan perjanjian antara kreditur dan debitur yang membuktikan kreditur telah memberikan pinjaman kepada debitur yang dijamin dengan gadai. Jaminan gadai baru lahir setelah ada perjanjian kredit terlebih dahulu. 2. Jaminan gadai memberikan hak preferen. Kreditur sebagai penerima gadai mempunyai hak yang didahulukan dalam hak preferen terhadap kreditur lainnya artinya bila debitur dinilai cidera janji atau lalai maka kreditur penerima gadai mempunyai hak untuk menjual jaminan gadai tersebut dan hasil penjualan digunakan terutama untuk melunasi utangnya. Apabila terdapat kreditur lain yang juga memiliki tagihan kepada debitur tersebut, kreditur belakangan ini tidak akan mendapat pelunasan sebelum kreditur yang pertama mendapat pelunasan. 3. Jaminan gadai mempunyai hak eksekutorial. Pemegang gadai kreditur atas kekuasaan sendiri eigen machtige verkoop mempunyai hak untuk menjual benda yang digadaikan apabila debitur cidera janji dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk melunasi utang debitur. Penjualan harus dilakukan dimuka umum dengan cara pelelangan. Bila 81 Megarita, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Saham Yang Digadaikan, Medan: USU Press, 2007, hlm. 28-29. Universitas Sumatera Utara hasil lelang mencukupi untuk membayar utang dan terdapat kelebihan maka kelebihan dikembalikan kepada debitur. 4. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi. Artinya dengan dilunasinya sebagian utang maka tidak menghapus sebagian hak gadai. Hak gadai tetap melekat untuk seluruh bendanya. 5. Benda gadai dalam kekuasaan kreditur. Benda gadai harus berada diluar atau ditarik dari kekuasaan pemberi gadai debitur. Hal ini disebut inbezzitstelling. Dengan kata lain benda yang digadaikan harus dalam kekuasaan kreditur sebagai penerima gadai. 6. Hak gadai berisi hak untuk melunasi utang dari hasil penjualan benda gadai. Sifat ini sesuai sifat jaminan pada umumnya yaitu hak yang bersifat memberikan jaminan untuk pelunasan uang apabila debitur cidera janji dengan mengambil pelunasan dari hasil penjualan benda jaminan itu, bukan hak untuk memiliki benda yang dijaminkan. Segala janji memberikan hak kepada kreditur untuk memiliki benda gadai adalah batal demi hukum. Dari perumusan Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa para pihak yang terlibat dalam perjanjian gadai ada 2 dua, yaitu pihak yang memberikan jaminan gadai, disebut pemberi gadai, sedangkan pihak lain kreditur yang menerima jaminan, disebut penerima gadai. 82 82 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, Bandung: PT CITRA ADITYA BAKTI, 2007, hlm. 90 Pemberi gadai adalah orang atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek hak gadai, atau disebut debitur. Sedangkan Universitas Sumatera Utara penerima gadai adalah orang perorangan atau badan hukum sebagai pihak yang berpiutang atau disebut kreditur. Yang dimaksud dengan objek gadai adalah benda-benda apa saja yang dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak gadai. Benda yang dapat digadaikan adalah semua benda bergerak yang berwujud maupun benda bergerak tidak berwujud. 1. Benda bergerak berwujud contohnya seperti; kendaraan bermotor seperti mobil, sepeda motor, mesin-mesin seperti mesin jahit, mesin pembajak sawah, mesin dieselpembangkit listrik, pompa air dan segal jenis mesin lainnya, lukisan yang berharga, kapal laut yang berukuran di bawah 20 m kubik, persediaan barang stock, inventaris kantorrestoran, barang bergerak lainnya yang memiliki nilai. 2. Benda bergerak tidak berwujud contohnya surat-surat berharga seperti: tabungan deposito berjangka, sertifikat deposito, wesel, promes, konosemen, obligasi, saham-saham, resipis yaitu tanda bukti penyetoran uang sebagai saham, ceel yaitu tanda penerimaan penyimpanan barang di gudang, piutang. 83 Tahap-tahap pembebanan jaminan gadai adalah rangkaian perbuatan hukum dari dibuatnya perjanjian pokok sampai pembuatan akta gadai. Tahap-tahp tersebut adalah sebagai berikut: 84 1. Pembuatan perjanjian kreditperjanjian utang. Undang-Undang tidak menentukan bentuk formal dari perjanjian kredit itu sehingga kreditur 83 Megarita, op.cit, hal. 30. 84 Ibid, hal. 31-32 Universitas Sumatera Utara dan debitur bebas membuat perjanjian kredit apakah dengan akta dibawah tangan atau akta notaris. Dalam perjanjian kredit harus dirumuskan utang yang pelunasannya dijamin dengan gadai. 2. Pembuatan akta gadai. Pembebanan benda dengan jaminan gadai yang ditandai dengan pembuatan akta gadai, ditanda tangani kreditur sebagai penerima gadai dengan debitur sebagai pemberi gadai atau pihak ketiga bukan debitur sebagai pemberi gadai. Undang-Undang tidak menentukan formalitas atau bentuk tertentu dari akta gadai sehingga akta gadai dapat dibuat dengan akta dibawah tangan atau dengan akta otentik. 3. Tahap yang paling penting dalam gadai adalah benda yang digadaikan harus ditarik dari kekuasaan pemberi gadai debitur inbezzitstelling dan kemudian benda yang digadaikan berada dalam kekuasaan kreditur sebagai pemegangpenerima gadai. Gadai tidak sah jika benda yang menjadi objek gadai tidak ditarik dari kekuasaan debitur dan tetap berada dalam kekuasaan pemberi gadaidebitur. Barang gadai yang ingin dipakai sebagai pelunasan utang haruslah dieksekusi ketika utang tidak terbayarkan. Kemudian, hasil eksekusi tersebut harus diberikan kepada kreditur untuk membayar utangnya dalam jumlah sebesar cicilan utang yang tidak terbayar, ditambah bunga danatau ganti rugi. Eksekusi terhadap barang objek gadai haruslah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku, sebagai berikut: 85 85 Munir Fuady,op.cit, hal 156-158. Universitas Sumatera Utara

a. Eksekusi Secara Menjual di Lelang Umum