Proposal Penelitian ini berjudul ”Pengaturan Perusahaan Umum BULOG sebagai Badan Usaha Milik Negara PSO Public Service Obligation”, sengaja
penulis angkat menjadi judul penelitian yang merupakan karya ilmiah yang sejauh ini belum pernah ditulis di lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
USU maupun perguruan tinggi lainnya, terutama yang berkaitan dengan bagaimana pengaturan sehingga dua fungsi yakni pelayanan publik dan bisnis murni mencari
keuntungan yang selama ini dianggap kepentingan yang kontradiktif dapat dilaksanakan menjadi dua hal yang bersinergi melalui optimalisasi asset dan
sumberdaya lainnya. Jadi penelitian ini dapat disebut asli sesuai asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari
proses menemukan kebenaran ilmiah.
Penulis menyusun penelitian ini berdasarkan referensi buku-buku, media cetak dan elektronik, pengalaman penulis sebagai karyawan Perum BULOG dan juga
melalui masukan dari berbagai pihak.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1 Kerangka Teori
Peran strategis BUMN berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkan bahwa “cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; serta bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dengan kata lain, kehadiran BUMN
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan untuk mengatur bidang yang mengusai hajat hidup orang banyak. BUMN mengemban fungsi pelayanan publik dan agent of development.
Kewajiban pelayanan umum untuk kesejahteraan pada BUMN diatur Pasal 2 1 huruf c UU BUMN bahwa salah satu maksud dan tujuan didirikannya
BUMN adalah: “menyelenggarakan ke manfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak”. Dalam Pasal 66 UU BUMN diatur tentang “fungsi kemanfaatan umum” dikaitkan dengan “penugasan khusus” pada BUMN, dikutip
sebagai berikut:
a. Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada BUMN untuk
menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN.
b. Setiap penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus terlebih
dahulu mendapatkan persetujuan RUPSMenteri. Pada dasarnya penyelenggaraan kemanfaatan umum adalah untuk perlindungan
rakyat. Penyelenggaraan kemanfaatan umum terkait erat dengan kepentingan umum, dan pemenuhan hajat hidup orang banyak.
30
Perum Perusahaan Umum dalam UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN disebutkan bahwa :
Pasal 35 Pendirian
30
Pasal 2 ayat 1 huruf c UU No. 19 tentang BUMN
Universitas Sumatera Utara
1 Pendirian Perum diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan
dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Teknis dan Menteri Keuangan.
2 Perum yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 memperoleh
status badan hukum sejak diundangkannya Peraturan Pemerintah tentang pendiriannya.
3 Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian, pembinaan, pengurusan, dan
pengawasan Perum diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 36 Maksud dan Tujuan 1
Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang
berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.
2 Untuk mendukung kegiatan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, dengan persetujuan Menteri, Perum dapat melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.
Sejalan dengan itu terkait Pelayanan Publik untuk kesejahteraan sebagai hak masyarakat berkaitan dengan teori utilitarisme Jeremy Bentham. Bentham
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa adanya negara dan hukum semata-mata hanya demi manfa’at sejati, yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat.
31
Konsep welfare state atau sosial service-state, yaitu Negara yang pemerintahannya bertanggung jawab penuh untuk memenuhi berbagai kebutuhan
dasar sosial dan ekonomi dari setiap warga negara agar mencapai suatu standar hidup yang minimal
32
, merupakan anti-tesis dari konsep “negara penjaga malam” nachtwakerstaat yang tumbuh dan berkembang di abad ke 18 hingga
pertengahan abad ke 19. Di dalam negara penjaga malam atau negara hukum dalam arti sempit rechtstaat in engere zin.
33
Pemerintah hanya pempertahankan dan melindungi ketertiban sosial serta ekonomi berlandaskan asas “laissez faire,
laissezaller”. Negara dilarang keras untuk Mencampuri perekonomian maupun bidang kehidupan sosial lainnya. Dengan perkataan lain, administrasi Negara
bertugas berfungsi untuk mempertahankan suatu staatsonthouding, yakni prinsip pemisahan negara dari
kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Dalam konsep welfare state, administrasi negara diwajibkan untuk berperan secara aktif di seluruh segi kehidupan masyarakatnya. Dengan begitu
sifat khas dari suatu pemerintahan modern Negara hukum modern adalah, terdapatnya pengakuan dan penerimaan terhadap peranan-peranan yang
31
Achmad Ali, “Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Fisiologis dan Sosiologis” Jakarta : PT. Toko Gunung Agung 2002 hal. 76
32
Miriam Budiardjo, “Masalah Kenegaraan”, Jakarta: Gramedia 1980 hlm. 74
33
E. Utrecht, “ Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia”, Jakarta : Ichtiar 1961, hlm. 21
Universitas Sumatera Utara
dilakukannya sehingga suatu kekuatan yang aktif dalam rangka membentuk kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan fungsinya. Perkembangan masa yang
berlangsung mengakibatkan perubahan secara mendasar atas peranan dan fungsi- fungsi yang diselenggarakan pemerintah. Negara selaku integritas kekuasaan
massa, sudah tentu membutuhkan suatu tingkat kestabilan khusus dalam sistem sosialnya untuk tetap dapat mempertahankan keseimbangan antara peranan atau
penyelenggaraan fungsi-fungsinya dengan tujuan-tujuan yang akan dicapai. Dalam upaya mencapai hal tetrsebut, tidak saja diperlukan keselarasan atas
tujuan-tujuan yang dikehendaki oleh berbagai kelompok sosial maupun kelompok ekonomi yang terdapat pada negara, akan tetapi juga kreativitas untuk
menciptakan secara terarah berbagai kondisi kesejahteraan sosial yang dikehendaki masyarakat.
34
Sebagai konsekuensi dari melekatnya fungsi servis publik bestuuszorg, maka administrasi negara makin dipaksa untuk menerima
tanggung jawab positif dalam hal menciptakan dan mendistribusikan tingkat pendapatan maupun kekayaan, serta menyediakan program kesejahteraan
rakyat.
35
Pada dasarnya doktrin tersebut memilili gagasan bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest happiness principle
welfare of the greatest number of their citizens. Bentham menggunakan istilah ‘utility’ kegunaan untuk menjelaskan konsep kebahagiaan atau kesejahteraan.
Berdasarkan prinsip utilitarianisme yang ia kembangkan, sesuatu yang dapat
34
E. Utrecht, Ibid, hlm. 22-23
35
Miriam Budiardjo, Masalah Kenegaraan”, Jakarta : Gramedia 1980, hlm, hal 76
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan kebahagiaan ekstra adalah sesuatu yang baik. Sebaliknya, sesuatu yang menimbulkan sakit adalah buruk. Menurutnya, aksi-aksi pemerintah harus
selalu diarahkan untuk meningkatkan kebahagian sebanyak mungkin orang. Dalam teori ini masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang mencoba
kebahagiaan dan memperkecil ketidak bahagiaan. Gagasan Bentham mengenai reformasi hukum, peranan konstitusi dan penelitian sosial bagi pengembangan
kebijakan sosial membuat ia dikenal sebagai “bapak negara kesejahteraan”.
36
Dalam Paragraf 6 General Comment 12 definisi hak atas pangan berdasarkan Pasal 11 Kovenan Ekosob menyatakan bahwa hak atas kecukupan
pangan disadari ketika setiap manusia, perempuan dan anak, secara sendiri-sendiri atau dalam sebuah komunitas, memiliki akses fisik dan ekonomi setiap saat
terhadap kecukupan pangan atau segala tindakan dan penanggulangannya. Hak atas kecukupan pangan haruslah tidak ditafsirkan dalam arti sempit atau hanya
terbatas pada paket minimum kalori, protein atau nutrien lainnya. Hak atas kecukupan pangan harus dijalankan secara progresif. Namun, negara memiliki
kewajiban utama untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi kelaparan, bahkan dalam situasi bencana.
37
Konsep Teori Negara kesejahteraan digunakan sebagai pisau analisis dalam menganalisa tugas pelayanan publik pada Perum BULOG terkait dengan
36
Ibid, hal 76-77
37
Berdasarkan Pasal 3 Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalah tersedianya pangan yanag memenuhi
persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia, terciptanya perdaganga pngan yang jujur dan bertanggungjawab dan c. terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar
dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat .
Universitas Sumatera Utara
pentingnya pegelolaan pangan kuhusnya beras untuk kesejahteraan rakyat, yang secara konseptual mencakup segenap proses dan aktivitas mensejahterakan warga
negara dan menerangkan sistem pelayanan sosial dan skema perlindungan sosial bagi kelompok yang kurang mampu. Selanjutnya mengkaji kebijakan publik yang
dilaksanakan oleh Perum BULOG sebagai perrpanjangan tangan pemerintah akan tereduksi akibat adanya beban dalam mencari profit. Fokus utama kebijakan
publik dalam negara modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang maupun jasa publik yang pada
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.
38
Konsep Negara Kesejahteraan mengacu pada peran pemerintah yang responsif dalam mengelola dan mengorganisasikan perekonomian sehingga
mampu menjalankan tanggungjawabnya untuk menjamin ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasar khususnya pangan dalam tingkat tertentu bagi warganya.
Konsep ini dipandang sebagai bentuk keterlibatan negara dalam memajukan kesejahteraan rakyat setelah mencuatnya bukti-bukti empirik mengenai kegagalan
pasar market failure pada masyarakat kapitalis dan kegagalan negara state failure pada masyarakat sosialis.
39
38
Wikipedia. 2008, Pelayanan Publik , http:id.wikipedia.orgwikiPelayanan_publik diakses 6 Oktober 2010
39
Siswono Yudo Husodo, “Membangun Negara Kesejahteraan”, makalah disampaikan pada Seminar Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State dan Terobosan melalui Desentralisasi-Otonomi di
Indonesia, Institute for Research and mpowerment IRE Yogyakarta dan Perkumpulan Prakarsa Jakarta Yogyakarta : Wisma MM Universitas adjah Mada 25 Juli 2006.
Universitas Sumatera Utara
Perum BULOG sebagai BUMN yang melaksanakan peran Negara dalam PSO khususnya bidang pangan memerlukan hukum dan aturan yang jelas dalam
pelaksanaan PSO tersebut. Dalam konteks ini teori yang digunakan adalah teori fungsi hukum sebagai “sarana pembaharuan masyarakat” law as a tool of sosial
engeneering
40
beureucratic engineering
beureucratic and sosial engineering”
sebagaimana yang dikemukakan oleh Roscoe Pound. Teori ini relatife masih sesuai dengan pembangunan hukum nasional saat ini, namun perlu
juga dilengkapi dengan pemberdayaan birokrasi ,
sehingga fungsi hukum sebagai sarana pembaharuan kearah kegiatan yang dikehendaki dapat menciptakan harmonisasi antara elemen birokrasi dan
masyarakat dalam satu wadah yang disebut “ BSE.
41
Mochtar Kusumatmadja pernah mengadopsi pemikiran Roscoe Pound, salah seorang pendukung Sociological Jurisprudence. Dalam konsep ini hukum
dijadikan sebagai sarana untuk melakukan pembaruan dalam masyarakat.
42
Pendekatan tersebut dimaksudkan untuk tujuan yang praktis, yakni dalam rangka menghadapi permasalahan pembangunan sosial dan ekonomi. Model pemikiran
Roscoe Pound ini lebih dirasakan oleh negara-negara berkembang dari pada
40
W. Friedman, “Legal Theory London : Stevenson Sons Limited, 1960. Hal 293 -296
41
Romli Atmasasmita, “Menata Kembali Masa Depan Pembangunan Hukum Nasional”, Makalah
disampaikan dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII di Denpasar, 14-18 Juli 2003, hlm. 7.
42
Berbeda dengan konsep Roscoe Pound yang menyatakan hukum adalah sebagai alat, Mochtar Kusumaatmadja tidak mengartikannya sebagai alat tetapi sebagai sarana. Menurutnya pengertian sarana
lebih luas dibandingkan dengan alat. Alasannya adalah : 1 di Indonesia peranan perundang- undangan dalam proses pembaharuan hukum lebih menonjol, misalnya dibandingkan dengan di Amerika Serikat,
yang menempatkan yruisprudensi khususnya putusan Suoreme Court pada tempat yang lebih penting. 2 konsep hukum sebagai alat akan mengakibatkan hasil yang tidak jauh berbeda dari penerapan “legalisme”
sebagaimana pernah diterapkan pada zaman Hindia Belanda, dan di Indonesia ada sikap yang menunjukan kepekaan masyarakat untuk menolak penerapan konsep seperti itu, 3 apabila hukum di sisni termasuk
juga hukum internasional, maka konsep hukum sebagai sarana pembaharuan masyarakat sudah diterapkan jauh sebelum konsep itu diterima resmi sebagai landasan kebijakan hukum nasional.
Universitas Sumatera Utara
negara maju karena mekanisme hukum di negara-negara berkembang belum semapan di negara-negara maju. Hukum harus dapat lebih berperan dalam
melakukan kontrol terhadap perubahan yang terjadi, sehingga hukum dapat mengarahkan kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik yang diinginkan.
Pokok-pokok pikiran yang melandasai konsep hukum sebagai sarana untuk pembaruan masyarakat adalah :
1 Bahwa ketertiban dan keteraturan dalam usaha pembangunan dan pembaruan
memang diinginkan, bahkan mutlak perlu, dan 2
Bahwa hukum dalam arti kaidah diharapkan dapat mengarahkan kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan oleh pembangunan
dan pembaharuan itu. Untuk itu diperlukan sarana berupa peraturan hukum yang tertulis baik perundang-undangan maupun yurisprudensi, dan hukum
yang berbentuk tertulis itu harus sesuai dengan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat.
43
Hukum dan peraturan harus bersifat antisifatif, mengatur sehingga tidak menghambat laju perkembangan efisiensi ekonomi secara nasional untuk
mewujudkan iklim usaha yang kondusif. Peranan hukum untuk mendorong bahkan memaksa pengelola perusahaan untuk mewujudkannya dalam bentuk
undang-undang, peraturan pelaksanaan, SOP, bahkan surat edaran yang bersifat lebih tekhnis operasional untuk digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan
kegiatan perusahaan. Hal tersebut mutlak dibutuhkan sebagai suatu kepastian memperhitungkan dan mengantisipasi resiko, bahkan bagi Negara tertentu
merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang daya tahan ekonomi suatu negara.
44
43
Sunarmi “Membangun Peradilan di Indonesia”, http:repository.usu.ac.id, Universitas Sumatera Utara, diakses pada tanggal 24 Mei 2010. Dikutip dalam Darji Darmodiharjo dan Shidarta, “Penjabaran
Nilai-nilai Pancasila Dalam Sistem Hukum Indonesia”, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996, hal 180-18.
44
Menurut evaluasi dari IMF mengenai Singapura disebutkan bahwa Singapura dinilai berhasil membendung guncangan monoter disebabkan karena fundamental ekonomi dan manajemen Singapura
Universitas Sumatera Utara
Regulasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengaturan. Regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan
perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur, yaitu merupakan suatu keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang, dan mengikat umum. Ruang lingkup peraturan perundang-undangan telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam Pasal 7 Ayat 1 disebutkan mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang- UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; Peraturan Pemerintah;
Peraturan Presiden; serta Peraturan Daerah.
45
Dalam Negara Hukum reschtaat aspek dan tindakan pemerintah baik dalam lapangan pengaturan maupun lapangan pelayanan harus didasarkan pada
peraturan dan perundang-undangan berbentuk keputusan tertulis. Karena merupakan keputusan tertulis, maka peraturan perundang-undangan sebagai
kaidah hukum lazim disebut hukum tertulis geschrevenrecht, written Law. Artinya pemerintah atau institusi tidak dapat melakukan tindakan tanpa dasar
legalitas. Identifikasi prinsip-prinsip umum membedakan rintangan dimana mereka dapat membuat keputusan mereka sendiri tentang apa yang mereka
kerjakan. Tanpa peraturan sesorang tidak dapat membedakan tindakan yang dilakukan benar secara hukum “Rule Of Law. Selain itu, konsep Negara hukum
kuat. Ditambah ada dua faktor lagi, yaitu: adanya transparasi dan kepastian hukum yang tinggi. Lihat Charles Himawan, Mercusuar Hukum Bagi Pelaku Ekonomi”, Kompas , 21 April 1998.
45
Maria Farida I. S, “Ilmu Perundang-undangan” Yogyakarta : Kanisius 2007 hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
juga terkait dengan istilah nomokrasi nomocratie yang berarti bahwa penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan negara adalah hukum.
46
Negara atau pemerintah diamanatkan melakukan intervensi kalau mekanisme pasar gagal. Artinya, pemerintah boleh masuk untuk
menyeimbangkan pasar, dimana bila tidak ada intervensi pemerintah akan menimbulkan distorsi.
47
Dalam hal terjadinya monopoli alamiah natural monopoly misalnya, tersedia tiga pilihan untuk menghadapinya. Pertama,
monopoli dilakukan oleh swasta. Kedua, monopoli oleh pemerintah. Ketiga, dikeluarkan regulasi oleh pemerintah. Dari ketiga hal “buruk” itu Amerika Serikat
berpendapat monopoli pemerintahlah yang lebih baik, sedangkan Jerman memilih regulasi oleh pemerintah. Untuk Indonesia, cenderung mengikuti pilihan
Jerman.
48
Konsep perundang-undangan juga dikemukakan oleh A. Hamid S. Attamimi, yang mengikuti pendapat I.C. Van der Vlies tentang wet yang formal
het formele wetsbegrib dan wet yang material het materiele wetsbegrib. Pendapat ini didasarkan pada apa tugas pokok dari pembentuk wet de wetgever.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka yang disebut dengan wet yang formal adalah wet yang dibentuk berdasarkan ketentuan atribusi dari konstitusi.
Sementara itu, wet yang materil adalah suatu peraturan yang mengandung isi atau
46
Jimly Asshiddiqie, “Konstitusi Konstitusionalisme Indonesia”, Edisi Revisi, Jakarta: Konstitusi Press, 2005, hal. 152.
47
Didik J. Rachbini, “Ekonomi Politik Paradigma dan Teori Pilihan Publik”, Jakarta: Ghalia Indonesia,
2002, hal. 106.
48
MiltonFriedmen, “Capitalism and Freedom”, Chicago: The University of Chicago Press, 2002, Fortieth Anniversary edition, hal. 27-28
Universitas Sumatera Utara
materi tertentu yang pembentukannya tunduk pada prosedur yang tertentu pula.
49
Hukum materil memuat suatu pedoman atau panduan bagi masyarakat atau institusi untuk menjadi acuan apa yang boleh dan apa yang dilarang untuk
dilakukan.
I.C. van der Vlies dalam bukunya yang berjudul “Het wetsbegrip en
beginselen van behoorlijke regelgeving”, membagi asas-asas dalam pembentukan peraturan negara yang baik beginselen van behoorlijke regelgeving ke dalam
asas-asas yang formal dan yang material. Asas-asas yang formal meliputi:
a. asas tujuan yang jelas beginsel van duidelijke doelstelling; b. asas organlembaga yang tepat beginsel van het juiste orgaan;
c. asas perlunya pengaturan het noodzakelijkheids beginsel; d. asas dapatnya dilaksanakan het beginsel van uitvoerbaarheid;
50
e. asas konsensus het beginsel van consensus.
Teori Hukum seperti yang dikemukakan Roscou Pound dan di Indonesia dikembangkan oleh Mochtar Kusumatmadja digunakan sebagai pisau analisis
untuk menganalisa bagaimana hukum dan peraturan perundang-undangan sebagai regulasi yang mengatur pelaksanaan tugas PSO dapat memberi manfaat dalam
mengarahkan kegiatan perusahaan dan birokrat ke arah yang dikehendaki oleh
49
A. Hamid S. Attamimi, “Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Suatu Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden yang
Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I – Perlita IV”, Jakarta: Disertasi Universitas Indoensia, 1990, hlm. 311.
50
I.C. van der Vlies, Het wetsbegrip en beginselen van behoorlijke regelgeving, ’s-Gravenhage: Vuga 1984 hal 186 seperti dikutip oleh A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik
Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, hal. 330, dalam Maria Farida Indrati, S., Ilmu Perundang-undangan, Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Jakarta: Kanisius 2007 hlm. 253-254.
Universitas Sumatera Utara
pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat seperti yang diamanatkan Pasal 27 UUD 1945.
2 Kerangka Konsepsi
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami istilah atau konsep yang digunakan maka dapat diberikan defenisi sebagai berikut :
a. Perusahaan Umum Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki
negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
51
b. Perum BULOG adalah Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan
wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok dan usaha- usaha lain. Sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi
kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Maksud didirikannya Perusahaan adalah untuk
menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak, dalam hal tertentu melaksanakan
tugas-tugas tertentu yang diberikan Pemerintah dalam pengamanan harga pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan Pemerintah dan distribusi
pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu, khususnya pangan pokok beras dan pangan pokok lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam
rangka ketahanan pangan. Tujuan didirikannya Perusahaan adalah turut serta
51
Pasal 36 UU BUMN No. 19 tahun 2003
Universitas Sumatera Utara
membangun ekonomi nasional khususnya dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang pangan.
52
c. Public Service Obligation PSO adalah tugas Pelayanan Publik yang
dilakukan oleh Perum BULOG untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok yang bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak.
53
UU Nomor 192003 diperjelas dengan PP Nomor 452005 pasal 65. Di situ dinyatakan bahwa fungsi kemanfaatan umum salah satu penugasan
yang diberikan pemerintah dalam rangka PSO adalah menyediakan barang dan jasa tertentu yang sangat dibutuhkan masyarakat luas. Untuk melayani
kebutuhan masyarakat, Kementerian BUMN telah menetapkan 19 BUMN sebagai badan usaha yang membawa misi PSO. Meski disubsidi untuk
menjaga kelanggengan usaha, BUMN PSO tetap wajib dikelola dengan baik berdasarkan prinsip korporasi atau bisnis yang sehat dan bertanggung jawab
GCG. Dengan demikian, penerapan profesionalisme, sistem reward and punishment seperti di perusahaan-perusahaan umumnya harus dijalankan.
d. LPND Lembaga Pemerintah Non Departemen BULOG adalah badan
hukum BULOG selama lebih dari 30 tahun dalam melaksanakan penugasan dari pemerintah untuk menangani bahan pangan pokok khususnya beras
dalam rangka memperkuat ketahanan pangan nasional. Lembaga Pemerintah Non Departemen LPND BULOG yang untuk pertama kali didirikan
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 114UKEP1967 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun
52
Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003 tentang Pendirian Perusahaan Umum BULOG.
53
Ibid Pasal 6 Ayat 2
Universitas Sumatera Utara
2002 LPND BULOG dibubarkan, dengan ketentuan segala hak dan kewajiban, kekayaan serta pegawai LPND BULOG beralih kepada
Perusahaan Umum PERUM yang bersangkutan.
54
e. Pangan adalah bahan makanan pokok 95 persen penduduk Indonesia dan
diidentikkan dengan beras merupakan komoditi yang paling dominan dan strategis pengaruhnya terhadap perekonomian nasional.
55
Ketahanan Pangan juga diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah, maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan merupakan hal
yang penting dan strategis, karena berdasarkan pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa tidak ada satu negarapun yang dapat melaksanakan
pembangunan secara mantap sebelum mampu mewujudkan ketahanan pangan terlebih dahulu. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
mengamanatkan bahwa pemerintah bersama masyarakat mewujudkan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
56
f. Hak atas pangan adalah hak untuk memperoleh pangan sebagai salah satu hak
asasi manusia, sesuai pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma World Food Security and World Food Summit 1996
57
. Hak atas pangan diatur dalam berbagai instrumen hukum internasional, seperti Deklarasi
Universal mengenai Hak Asasi Manusia DUHAM 1948. Setiap orang memiliki hak untuk standar kehidupan yang dalam kesehatan dan
54
Ibid, Bab II Pasal 2 ayat 2
55
Mohd. Hasan. “Pengantar Falsafah Sains” PPS702 Program Pasca Sarjana S3, Bogor : Makalah Institut Pertanian 2007.
56
Pasal 45 ayat 2 dan Pasal 51, UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan
57
UUD 1945
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraan diri sendiri dan keluarganya, seperti pangan, pakaian, perumahan, kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan hak untuk
keamanan dalam saat menganggur, sakit, cacat, menjanda, usia tua, kekurangan lainnya dalam kehidupan dalam kondisi di luar kendalinya.
58
g. Pelayanan Publik Public Services adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang dan
jasa, danatau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
59
h. CBP Cadangan Beras Pemerintah adalah sejumlah beras tertentu milik
Pemerintah yang sumber dananya berasal dari APBN dan dikelola oleh BULOG yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
kebutuhan beras dan dalam rangka mengantisipasi masalah kekurangan pangan, gejolak harga, keadaan darurat akibat bencana dan kerawanan pangan
serta memenuhi kesepakatan Cadangan Beras Darurat ASEAN. i.
Pengaturan adalah regulasi yang diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan perundang-undangan yang memiliki beberapa unsur, yaitu
merupakan suatu keputusan yang tertulis, dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang, dan mengikat umum dan digunakan sebagai acuan
dalam melakukan kegiatan perusahaan. Ruang lingkup peraturan perundang- undangan telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam Pasal 7 Ayat 1
58
Pasal 25 Deklarasi Universal mengenai Hak Asasi Manusia DUHAM 1948.
59
Undang-undang Republik Indonesia No. 25 tentang Pelayanan Publik.
Universitas Sumatera Utara
disebutkan mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-
UndangPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; serta Peraturan Daerah.
j. HPP Harga Pembelian gabaheras oleh Pemerintah adalah harga pembelian
gabahberas oleh Perum BULOG sesuai tingkatan kualitas di penggilingan atau di gudang BULOG tempat penyimpanan yang ditetapkan oleh
pemerintah berdasarkan Inpres. Persoalan klasik pada komoditas beras berpangkal pada dua tujuan yang harus dicapai sekaligus tetapi terkadang
cenderung bertolak belakang, yaitu mempertahankan harga yang layak di tingkat produsen namun pada saat yang sama juga tidak terlalu memberatkan
konsumen. Persoalan bertambah pelik karena komoditas ini ditanam secara serentak pada musim tertentu, sehingga berlebihnya pasokan pada saat panen
dan langkanya pasokan pada saat paceklik menjadi fenomena rutin setiap tahun. Sejak tahun 2002, setiap tahun pemerintah melakukan evaluasi dan
penyesuaian terhadap HPP, sesuai dengan dinamika ekonomi nasional.
60
k. Pengadaan Dalam Negeri ADA DN adalah pembelian gabahberas yang
dilakukan oleh Perum BULOG melalui saluran yang telah ditetapkan dengan harga sesuai ketetapan pemerintah dalam rangka penugasan kegiatan
Pelayanan Publik Public Service Obligation.
61
60
Perum BULOG, “Pedoman Umum dan Standar Operasional Prosedur Pengadaan Gabah dan Beras Dalam Negeri”. Jakarta : Divisi Pengadaan Perum BULOG 2010 hal 2.
61
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
l. Operasi Stabilisasi Harga Beras OSHB adalah kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Perum BULOG dalam rangka melaksanakan penugasan pemerintah untuk menjaga stabilisasi harga beras di tingkat konsumen.
62
m. GCG adalah suatu pola hubungan system dan proses yang digunakan oleh
organ perusahaan guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
63
G. Metode Penelitian