Landasan Hukum Penugasan Perum Bulog Sebagai PSO

BAB III PENGATURAN PERUM BULOG SEBAGAI BUMN PSO

PUBLIC SERVICE OBLIGATION

A. Landasan Hukum Penugasan Perum Bulog Sebagai PSO

Filosofi dibentuknya Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat 2 dan 3 yang mengandung maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat dilakukan oleh swasta. 98 Perum BULOG sebagai BUMN diatur oleh UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN. Fungsi dari PSO dan subsidi pada BUMN baru akan dapat diwujudkan apabila BUMN sebagai operator berada dalam keadaan sehat. Untuk memelihara keseimbangan kedua kepentingan ini, yaitu tercapainya sasaran PSO dan subsidi di satu pihak dan kesinambungan usaha BUMN di lain pihak, maka UU Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN telah menegaskan bahwa “Pemerintah dapat memberi penugasan khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan fungsi 98 http:mhugm.wikidot.comartikel:003, “ Peran BUMN dalam Pemulihan Ekonomi” Diakses tanggal 01 Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara kemanfaatan umum dengan tetap memperhatikan maksud dan tujuan kegiatan BUMN”. 99 BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi di Indonesia, disamping sektor swasta dan koperasi, membutuhkan legitimasi hukum dalam pelaksanaan kegiatan usahanya. Ketentuan hukum yang menjadi dasar pengelolaan BUMN di Indonesia adalah : 100 1 Undang-Undang Dasar 1945 2 UU No. 9 tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara 3 UU No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas 4 PP No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan Persero 5 PP No. 13 tahun 1998 tentang Perusahaan Umum Perum 6 PP No. 64 tahun 2001 tentang Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Persero, Perum, Perjan, kepada Menteri Negara BUMN. 7 UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN UU BUMN. Hukum merupakan “sarana pembaharuan masyarakat” didasarkan kepada anggapan bahwa adanya keteraturan atau ketertiban dalam usaha pembangunan dan pembaharuan itu merupakan suatu yang diinginkan atau dipandang mutlak perlu. Anggapan lain yang terkandung dalam konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan adalah bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat pengatur atau sarana pembangunan dalam 99 Pasal 66 ayat 1 UU No. 19 tahun 2003 tentang BUMN 100 Helza Novalita,” Tinjauan Juridis Privatisasi Badan Usaha Milik Negara”, Majalah Ilmiah Unikom, Vol. 4, hal. 136—143 Universitas Sumatera Utara arti penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan. 101 Untuk menjalankan pelayanan publik khususnya meningkatkan akses pangan dalam rangka ketahanan pangan, pemerintah memberikan penugasan Pelayanan Publik PSO kepada Perum BULOG. Sesuai Pasal 6 ayat 2.b Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 2003 tentang Pendirian Perum BULOG, yaitu maksud dan didirikannya Perum BULOG adalah “ dalam hal tertentu melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan pemerintah dalam pengamanan harga bahan pangan pokok, pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan distribusi pangan pokok kepada golongan masyarakat tertentu, khususya pangan pokok lainnya yang ditetapkan pemerintah dalam rangka ketahanan pangan. Selanjutnya dipertegas lagi dengan Inpres tentang Kebijaksanaan Perberasan yang diperbaharui setiap tahunnya. Penugasan Pelayanan Publik yang diberikan kepada Perum BULOG adalah by law and order. 102 Salah satu bentuk campur tangan pemerintah dalam sektor pertanian adalah adalah dengan penetapan harga maupun melakukan upaya stabilitasi harga produk pangan. Pengaturan harga oleh pemerintah dilakukan dengan meningkatkan maupun menurunkan harga di pasar. Penetapan harga pangan di atas harga rata-rata akan menjadi insentif dalam memproduksi beras. Penetapan harga pangan oleh pemerintah dalam bentuk harga tertinggi ceiling price untuk 101 Mochtar Kusumaatmadja, ” Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum Nasional”, Penerbit Binacipta, Bandung, 1995, hlm. 13. 102 Yusuf Faishal, “Penugasan Pelayanan Publik PSO Perum BULOG” Jakarta : Pengurus Pusat Lembaga Perekonomian NU, Plaza DM Lt9 Jl. Jend. Sudirman Hal. 11 Universitas Sumatera Utara konsumen maupun penetapan harga terendah untuk petani floor price ditujukan untuk memberikan kepastian bagi produsen dan konsumen yang mempengaruhi distribusi pendapatan antara produsen dan konsumen maupunn alokasi sumber daya ekonomi. 103 Sebagai lembaga yang ditugasi pemerintah melaksanakan kebijakan perberasan, peran BULOG sangat terkait dengan rumusan kebijakan yang ditetapkan. Secara operasional, BULOG dapat melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pembelian gabahberas atau pangan lain untuk keperluan melindungi petani atau keperluan lain, menyimpan cadangan beras atau pangan lain di gudang-gudang BULOG untuk keperluan cadangan pangan pemerintah untuk memenuhi outlet rutin kepada pemerintah atau masyarakat miskin, atau cadangan beras yang ditujukan untuk keperluan insidentil penanganan akibat bencana alam, pengungsi atau keadaan darurat lain. Jaringan yang ada juga dapat difungsikan membantu sistem logistik nasional bagi masyarakat dalam rangka distribusi atau perdagangan beras atau pangan. 104 Fleksibilitas operasi yang dimiliki BULOG tersebut dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan kebijakan perberasan yang dirancang pemerintah. Tujuan inilah yang perlu secara jelas dijabarkan sehingga secara operasional tidak muncul konflik atas dampak yang dicapai dari tujuan tersebut. Dari sisi internal, perbaikan dalam managemen BULOG juga harus terus dilakukan agar sejalan 103 Sri Mulyani Idrawati, “30 tahun Peran BULOG dalam Ketahanan Pangan “ Kumpulan Makalah. Badan Urusan Logistik, 1997. Hal 128-129. 104 Agus Syaifullah, “Peran BULOG Dalam Ketahanan Pangan” Artikel dalam WWWBULOG.co.id, Jakarta Mei 2001. Universitas Sumatera Utara dengan tuntutan perkembangan dan peningkatan mutu pelayanan yang baik bagi masyarakat. 105 Ketahanan pangan adalah sebuah bangunan sistem yang terdiri dari tiga subsistem yang saling interpenden dan tidak bisa dibahas secara parsial. Hal ini sangat penting karena memahami konsep ketahanan pangan adalah memahami sebuah proses yang saling memiliki keterkaitan dari awal sampai akhir dimulai dari produksi, distribusi sampai kepada aktivitas konsumsi. Sinergisitas dari ketiga subsistem ini akan menciptakan sebuah kondisi ketahanan pangan yang tercermin dari terjaga dan stabilnya tingkat pasokan, kemudian di kuti dengan mudahnya masyarakat dalam mengakses pangan baik dalam aspek ketersediaan maupun aspek keterjangkauan harga yang pada akhirnya akan tercapai sebuah tingkat gizi yang baik secara umum di masyarakat. 106

B. Pengadaan Gabahberas dalam Rangka Pengamanan HPP