Sistematika Penulisan Persetujuan Perjanjian

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih jelas dan terarahnya penulisan skripsi ini, maka akan di bahas dalam bentuk sistematika yaitu sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM Pada bab ini akan membahas secara umum mengenai Persetujuan Perjanjian, Perjanjian Terapeutik, Informed Consent, Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien Berkaitan Dengan Keberadaan Informed Consent, Pengaturan Hukum Terhadap Informed Consent, serta Beberapa Masalah dan Kendala Dalam Pelaksanaan Informed Consent. BAB III INFORMED CONSENT BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN No 290MENKESPERIII2008 SERTA KAITANNYA DENGAN BUKU III KUHPERDATA TENTANG PERIKATAN Pada bab ini akan membahas mengenai Informed Consent Menurut PERMENKESNo. 290MENKESPERIII2008, dan Informed Consent dalam Aspek Keperdataan Buku III KUHPerdata. BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MA No. 46 KPdt2006 Pada bab ini akan membahas mengenai Analisis Mengenai Putusan MA No. 46 KPdt2006. BAB V KESIMPULAN dan SARAN Pada akhir penulisan skripsi ini berisi kesimpulan mengenai bab-bab yang telah di bahas sebelumnya dan pemberian saran yang berkaitan dengan masalah yang di bahas. BAB II TINJAUAN UMUM

A. Persetujuan Perjanjian

1. Pengertian Persetujuan Perjanjian “Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan. Karena kedua belah pihak setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan bahwa dua perkataan perjanjian dan persetujuan itu adalah sama artinya” 13 Masalah persetujuan perjanjian ini diatur dalam KUHPerdata Pasal 1313, yang menyatakan bahwa, “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”. Dalam hubungan dokter-pasien dalam bidang pengobatan jelas adanya ikatan ini. Untuk itu kalangan dokter harus menyadari adanya landasan hukum yang mengatur ikatan ini . 14 Dijelaskan akibat persetujuan ini akan terjadi “perjanjian” karena terdapat 2 pihak yang bersetuju dan berjanji untuk melakukan sesuatu. Akibat dari perjanjian ini maka terjadi “perikatan” antara kedua belah pihak di atas dokter dan pasien. Adapun yang dimaksud dengan “perikatan” oleh Buku III KUHPerdata ialah suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih dimana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak yang lain, sedangkan pihak yang lain itu berkewajiban memenuhi tuntutan . 13 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. ke XII, PT Intermasa, Jakarta, 1987, hal. 1. 14 Amri Amir, op. cit. hal. 14. itu 15 a. Adanya perbuatan hukum yang menimbulkan hubungan hukum . Perikatan tersebut dapat lahir dikarenakan dua hal yaitu karena persetujuan perjanjian dan karena Undang-Undang seperti yang tercantum di dalam Pasal 1233 KUHPerdata. Mengenai pengertian dari persetujuan perjanjian yang terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata itu sendiri, sebenarnya menurut para sarjana belumlah lengkap atau jelas karena ada beberapa kata yang rancu, sehingga diperlukan adanya tambahan kata untuk memperjelasnya. Seperti pada kata “perbuatan”, tidak jelas di kata itu perbuatan seperti apa halnya, sehingga harus disempurnakan menjadi “perbuatan hukum”. Dan pada kata “satu orang” kata tersebut seolah-olah menjelaskan bahwa yang melakukan perjanjian itu hanya orang saja, padahal subjek hukum bukan hanya orang manusia saja tetapi juga termasuk badan hukum. Sehingga perlu diganti menjadi “pihak-pihak”. Perlu adanya tambahan kata “saling” di depan kata “mengikatkan” sehingga memiliki makna bahwa para pihak sama-sama sepakat untuk mengikatkan dirinya dalam perjanjian tersebut. Sehingga konsep mengenai pengertian dari suatu perjanjian atau persetujuan yang dianggap lebih baik pun dapat dijabarkan sebagai berikut : “suatu persetujuan adalah suatu perbuatan hukum dengan mana pihak-pihak saling mengikatkan dirinya terhadap pihak-pihak lainnya”. Adapun dari pengertian yang ada di atas dapat dikatakan bahwa suatu perjanjian mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 15 Ibid. b. Adanya para pihak c. Adanya kesepakatan untuk saling mengikatkan diri 2. Asas-asas Hukum Perjanjian Asas-asas hukum yang penting diperhatikan pada waktu membuat perjanjian maupun melaksanakannya adalah sebagai berikut: a. Asas Konsensualisme Asas bahwa perjanjian yang dibuat itu pada umumnya bukan secara formil tetapi konsensuil, artinya perjanjian itu selesai karena persetujuan kehendak atau consensus semata-mata. b. Asas Kekuatan Mengikat dari Perjanjian pacta sunt servanda Asas, bahwa pihak-pihak harus memenuhi apa yang telah dijanjikan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata, bahwa perjanjian berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak. c. Asas Kebebasan Berkontrak Orang bebas membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas menentukan isi berlakunya dan syarat-syarat perjanjian dengan kontrak tertentu atau tidak dan bebas memilih Undang-Undang mana yang akan dipakainya untuk perjanjian itu, Selama tidak bertentangan dengan Pasal 1337 KUHPerdata. 16 d. Asas iktikad baik Togoe dentrow “Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata iktikad baik ada dua yakni : Bersifat objektif, artinya mengindahkan kepatutan dan kesusilaan. Dan bersifat subjektif, artinya ditentukan sikap batin seseorang”. 17 3. Unsur-Unsur Perjanjian Menurut Asser dalam perjanjian terdiri dari bagian inti Essensialia dan bagian bukan inti Naturalia dan Accidentalia. 16 Purwahid Pairik, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 3. 17 Handri Raharjo, Hukum Perjanjian di Indonesia, Cet. 1, Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2009, hal. 45. a. Unsur Essensialia. Unsur yang mutlak harus ada. Unsur ini sangat erat berkaitan dengan syarat sahnya perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata dan untuk mengetahui adatidaknya perjanjian serta untuk mengetahui jenis perjanjiannya. Contoh: Kesepakatan. b. Unsur Naturalia Unsur yang lazimnya adasifat bawaan perjanjian, sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian. misalnya: Menjamin terhadap cacat tersembunyi. c. Unsur Accidentalia Unsur yang harus tegas diperjanjikan, misalnya: Pemilihan tempat kedudukan 18 4. Syarat Sah Perjanjian . Suatu perjanjian akan mengikat para pihak yang membuatnya apabila perjanjian tersebut dibuat secara sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk sahnya suatu persetujuan perjanjian diperlukan 4 syarat, sebagaimana tercantum pada Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu : a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu hal tertentu d. Suatu sebab yang halal Ad. a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Kesepakatan dalam perjanjian merupakan perwujudan dari kehendak para pihak dalam perjanjian mengenai apa yang mereka kehendaki untuk dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan, dan siapa yang harus melaksanakan. Kesepakatan merupakan kesesuaian, kecocokan, pertemuan kehendak dari yang mengadakan perjanjian atau pernyataan kehendak yang disetujui antara pihak-pihak. Adapun Unsur kesepakatan terdiri atas : 1 Offerte penawaran adalah pernyataan pihak yang menawarkan. 18 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPERDATA Buku III, Alumni, Bandung, 2006, hal. 108-120. 2 Acceptasi penerimaan adalah pernyataan pihak yang menerima penawaran 19 Sebelum para pihak melakukan kesepakatan, maka salah satu pihak dalam perjanjian tersebut akan menyampaikan apa yang dikendakinya, dengan segala macam persyaratan yang mungkin dan diperkenankan oleh hukum untuk disepakati para pihak. Pernyataan kehendak yang disampaikan tersebut dikenal dengan nama penawaran. Jadi penawaran itu berisikan kehendak dari salah satu pihak dalam perjanjian, yang disampaikan kepada lawan pihaknya, untuk memperoleh persetujuan dari lawan pihaknya tersebut. Pihak lawan dari pihak yang melakukan penawaran selanjutnya harus menentukan apakah ia menerima tawaran yang disampaikan. Apabila ia menerima maka tercapailah kesepakatan tersebut. Sedangkan jika ia tidak menyetujui, maka dapat saja ia mengajukan tawaran balik, yang memuat ketentuan-ketentuan yang dianggap dapat ia penuhi atau yang sesuai dengan kehendaknya yang dapat diterima atau dilaksanakan olehnya. Dalam hal terjadi demikian maka kesepakatan belum tercapai. Keadaan tawar- menawar ini akan terus berlanjut hingga pada akhirnya para pihak mencapai kesepakatan mengenai hal-hal yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh para pihak dalam perjanjian tersebut. Jadi kesepakatan itu penting diketahui karena merupakan awal terjadinya perjanjian. untuk mengetahui kapan kesepakatan itu terjadi ada beberapa macam teoriajaran yaitu: . 19 Ibid. hal. 98. 1 Teori pernyataan, mengajarkan bahwa sepakat terjadi saat kehendak pihak yang menerima tawaran menyatakan bahwa ia menerima penawaran itu, misalnya saat menjatuhkan bolpoin untuk menyatakan menerima. Kelemahannya sangat teoritis karena dianggap terjadinya kesepakatan secara otomatis. 2 Teori pengiriman, mengajarkan bahwa sepakat terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim oleh pihak yang menerima tawaran. Kelemahannya adalah bagaimana hal itu bisa diketahui? Bisa saja walaupun sudah dikirim tetapi tidak diketahui oleh pihak yang menawarkan. 3 Teori pengetahuan, mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima. walaupun penerimaan itu belum diterimanya dan tidak diketahui secara langsung. Kelemahannya, bagaimana ia bisa mengetahui isi penerimaan itu apabila ia belum menerimanya. 4 Teori penerimaan, mengajarkan kesepakatan terjadi pada saat pihak yang menawarkan menerima langsung jawaban dari pihak lawan 20 Pernyataan kehendak itu dapat dilakukan secara tegas ataupun secara diam-diam. Jika dilakukan secara tegas dapat dilakukan secara tertulis, secara lisan ataupun dengan tanda. Pernyataan kehendak secara tegas yang dilakukan secara tertulis dapat dilakukan dengan akta di bawah tangan ataupun dengan akta autentik. Permasalahan lain tentang kesepakatan. Bagaimana bila terjadi pernyataan yang keluar tidak sama dengan kemauan sebenarnya? Untuk menjawab hal tersebut ada beberapa teori yaitu : . 1 Teori kehendak, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi perjanjian atau belum adalah adanya kehendak para pihak. 2 Teori pernyataan, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi perjanjian atau belum adalah pernyataan. Jika terjadi perbedaan antara kehendak dengan pernyataan maka perjanjian tetap terjadi. 3 Teori kepercayaan, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi perjanjian atau belum adalah pernyataan seseorang yang secara objektif dapat dipercaya. Kelemahannya adalah kepercayaan itu sulit dinilai 21 20 Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Sinar Grafika, Bandung, 2003, hal. 30-31. 21 Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda dan Hukum Perikatan, Nuansa Aulia, Bandung, 2007, hal. 93-94. . Selanjutnya menurut Pasal 1321 KUHPerdata, kata sepakat harus diberikan secara bebas, dalam arti tidak ada paksaan, penipuan, dan kekhilafan. Masalah lain yang dikenal dalam KUHPerdata yakni yang disebut cacat kehendak kehendak yang timbul tidak murni dari yang bersangkutan. Tiga unsur cacat kehendak Pasal 1321 KUHPerdata 22 1 Kekhilafan kekeliruan kesesatan dwaling Pasal 1322 KUHPerdata. : Sesat dianggap ada apabila pernyataan sesuai dengan kemauan tapi kemauan itu didasarkan atas gambaran yang keliru baik mengenai orangnya disebut eror in persona atau objeknya disebut eror in subtantia. cirinya, yakni tidak ada pengaruh dari pihak lain. Contoh: a Si A membeli lukisan ”potret” yang dikira lukisan Affandi, tapi ternyata bukan lukisan affandi melainkan lukisan palsu eror in subtantia. b Si A memanggil Inul Daratista si Goyang Ngebor namun saat pentas ternyata Inul yang tampil bukan Inul Daratista melainkan Inul Dara Manja eror in persona. 2 Paksaandwang Pasal 1323-1327 KUHPerdata. Paksaan bukan karena kehendaknya sendiri,namun dipengarui orang lain. Paksaan telah terjadi bila perbuatan itu sedemikian rupa sehingga dapat menakutkan seseorang yang berpikiran sehat dan apabila perbuatan itu dapat menimbulkan ketakutan pada orang tersebut bahwa dirinya atau kekayaannya terancam dengan suatu kerugian yang terang dan nyata. Dengan demikian maka pengertian paksaan adalah kekerasan 22 Handri Raharjo, op. cit. hal. 49-51. jasmani atau ancaman akan membuka rahasia dengan sesuatu yang diperbolehkan hukum yang menimbulkan ketakutan kepada seseorang sehingga ia membuat perjanjian. Contohnya, orang menodongkan pistol guna memaksa orang yang lemah untuk membubuhkan tanda tangan di sebuah perjanjian. 3 Penipuanbedrog Pasal 1328 KUHPerdata pihak menipu dengan daya akalnya menanamkan suatu gambaran yang keliru tentang orangnya atau objeknya sehingga pihak lain bergerak untuk menyepakati. Perjanjian itu dapat dibatalkan, apabila terjadi ketiga hal yang disebut di atas. Dalam perkembangannya muncul unsur cacat kehendak yang keempat yaitu penyalahgunaan keadaanundue Influence KUHPerdata tidak mengenal. Pada hakikatnya ajaran penyalahgunaan keadaan bertumpuh pada kedua hal berikut, yaitu : a Penyalahgunaan keunggulan ekonomi b Penyalahgunaan keunggulan kejiwaan termasuk tentang psikologi, pengetahuan, dan pengalaman. Di dalam penyalahgunaan keadaan tidak terjadi ancaman fisik hanya terkadang salah satu pihak punya rasa ketergantungan, suatu hal darurat, tidak berpengalaman, atau tidak tahu. Apa yang menjadi dasar pengajuan ke pengadilan bila di KUHPerdata tidak mengaturnya? Dapat dengan dasar yurisprudensi. Konsekuensi bila ada penyalah-gunaan keadaan maka perjanjian itu dapat dibatalkan. Jika hal ini dikaitkan dengan pelayanan kesehatan dalam hal informed consent Persetujuan Tindakan Kedokteran, maka kesepakatan para pihak untuk saling mengikatkan dirinya timbul jika, pasien atau keluarga terdekat pasien setuju untuk dilakukannnya tindakan mediskedokteran, setelah sebelumnya dokter memberikan informasi atau penjelasan yang jelas mengenai apa saja yang berkaitan dengan tindakan mediskedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien sebagaimana tercantum pada Pasal 7 ayat 3 PERMENKES No 290 tahun 2008. Ad.b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Pada Pasal 1329 KUHPerdata menyebutkan bahwa setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-perikatan jika ia oleh undang-undang tidak dinyatakan tak cakap. Pada Pasal 1330 KUHPerdata lebih lanjut dinyatakan bahwa yang tidak cakap membuat perjanjian adalah : 1 Orang –orang yang belum dewasa 2 Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan 3 Orang-orang perempuan wanita bersuami 4 Orang yang dilarang undang-undang untuk membuat perjanjian tertentu. Mengenai ketentuan yang ada pada nomor urut ketiga pada Pasal 1330 KUHPerdata yang ada di atas, berkenaan dengan kedudukan orang-orang perempuan wanita bersuami yang dianggap tidak cakap untuk membuat perjanjian telah dihapus, dengan keluarnya SEMA Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 1963, yang menyatakan bahwa perempuan bersuami cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Serta keluarnya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa hak dan kedudukan suami-istri seimbang dan masing-masing pihak berhak melakukan perbuatan hukum, hal ini dapat dilihat pada Pasal 31 undang-undang tersebut. Mereka yang belum cukup umur menurut Pasal 1330 KUHPerdata adalah mereka yang belum genap 21 tahun dan belum menikah. Agar mereka yang belum dewasa dapat melakukan perbuatan hukum maka harus diwakili oleh waliperwalian Pasal 331-414 KUHPerdata. Perwalian adalah pengawasan atas orang anak-anak yang belum dewasa yang tidak ada di bawah kekuasaan orangtua sebagaimana diatur dalam undang-undang dan pengelolaan barang-barang dari anak yang belum dewasa 23 1 Keadaan dungu. . Mereka yang diletakkan di bawah pengampuan diatur dalam Pasal 433-462 KUHPerdata tentang pengampuan. Pengampuan adalah keadaan dimana seseorang disebut curandus karena sifat-sifat pribadinya dianggap tidak cakap atau tidak di dalam segala hal cakap untuk bertindak sendiri pribadi di dalam lalu lintas hukum, karena orang tersebut curandus,oleh putusan hakim dimasukkan ke dalam golongan orang yang tidak cakap bertindak dan lantas diberi seorang wakil menurut undang- undang yang disebut pengampu curatorcuratrice, sedangkan pengampuannya disebut curatele. Sifat-sifat pribadinya yang dianggap tidak cakap adalah Pasal 433 KUHPerdata : 2 Sakit ingatangilamata gelap dianggap tidak cakap melaksanakan sendiri hak dan kewajibannya. 3 Pemboros dan pemabuk ketidakcakapan bertindak terbatas pada perbuatan- perbuatan dalam bidang hukum harta kekayaan saja. 24 “Pengampuan terjadi karena putusan hakim yang didasarkan adanya permohonan. Yang dapat mengajukan permohonan diatur di dalam Pasal 434-435 KUHPerdata yaitu, keluarga, diri sendiri, dan jaksa dari kejaksaan”. 25 23 Ibid. hal. 53. 24 Ibid. hal. 53-54. 25 Juni Rahardjo, Hukum Administrasi Indonesia Pengetahuan Dasar, Atma Jaya, Yogyakarta, 1995, hal. 79. “Akibat hukum dari perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap berbuat berdasar penentuan hukum ialah dapat dimintakan pembatalan Pasal 1331 ayat 1 KUHPerdata” 26 Jika hal ini dikaitkan dengan pelayanan kesehatan dalam hal informed consent Persetujuan Tindakan Kedokteran maka kecakapan ini harus datang dari kedua belah pihak yang memberikan pelayanan maupun yang memerlukan pelayanan. Artinya dari kalangan dokter mereka harus mempunyai kecakapan yang dituntut atau diperlukan oleh pasien. Dokter umum sebagai dokter umum dan dokter spesialis menurut spesialis yang dipunyainnya. Hal tersebut harus ada buktinya seperti izajah atau sertifikat yang diakui oleh organisasi keahliannya . 27 1 Objek yang akan ada kecuali warisan, asalkan dapat ditentukan jenis dan dapat dihitung. . Dari pihak pasien tentulah dituntut orang yang cakap pula untuk membuat perikatan yaitu orang dewasa yang waras, namun bila keadaan pasien masih di bawah umur atau tidak memungkinkan untuk membuat suatu perikatan maka dapat digantikan oleh pihak keluarga terdekat dari pasien. Ad.c. Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu disini berbicara tentang objek perjanjian Pasal 1332 sd 1334 KUHPerdata. Objek perjanjian yang dapat dikategorikan dalam pasal tersebut yaitu : 26 Handri Raharjo, l oc. cit. 27 Amri Amir, op. cit. hal. 15. 2 Objek yang dapat diperdagangkan barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum tidak dapat menjadi objek perjanjian. 28 Suatu perjanjian harus mempunyai objek suatu barang yang paling sedikit ditentukan jenisnya, sedangkan mengenai jumlahnya dapat tidak ditentukan pada waktu dibuat perjanjian asalkan nanti dapat dihitung atau ditentukan jumlahnya Pasal 1333 KUHPerdata. Jika dikaitkan dengan pelayanan kesehatan dalam hal informed consent Persetujuan Tindakan Kedokteran, maka yang menjadi objek atau suatu hal tertentunya adalah tindakan mediskedokteran yang akan dilakukan dokter terhadap pasien demi kepentingan kesehatan pasien. Ad.d. Suatu sebab yang halal “Sebab yang dimaksud adalah isi perjanjian itu sendiri atau tujuan dari para pihak mengadakan perjanjian Pasal 1337 KUHPerdata. Halal adalah tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan” 29 Syarat ini merupakan mekanisme netralisasi, yaitu sarana untuk menetralisir terhadap prinsip hukum perjanjian yang lain yaitu prinsip kebebasan berkontrak. Prinsip mana dalam KUHperdata ada dalam Pasal 1338 ayat 1 yang pada intinya menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah memiliki kekuatan yang sama dengan undang-undang. Adanya suatu kekhawatiran terhadap azas kebebasan berkontrak ini bahwa akan menimbulkan perjanjian-perjanjian yang dibuat secara . 28 Mariam Darus Badrulzaman, op. cit. hal. 104-105. 29 Handri Raharjo, op. cit. hal. 57. ceroboh, karenanya diperlukan suatu mekanisme kebebasan berkontrak ini tidak disalahgunakan. Sehingga diperlukan penerapan prinsip moral dalam suatu perjanjian. sehingga timbul syarat suatu sebab yang halal sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian. Itu sebabnya suatu perjanjian dikatakan tidak memiliki suatu sebab yang halal atau suatu sebab yang terlarang jika perjanjian tersebut antara lain melanggar prinsip kesusilaan atau ketetiban umum disamping melanggar perundang- undangan hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 1337 KUHPerdata. Konsekuensi yuridis apabila syarat ini tidak terpenuhi adalah perjanjian yang dibuat tersebut tidak memiliki kekuatan hukum atau dengan kata lain batal demi hukum. Jika dikaitkan dengan dengan pelayanan kesehatan dalam hal informed consent Persetujuan Tindakan Kedokteran, maka yang perlu juga diperhatikan disini adalah mengenai “suatu sebab yang halal”. Yang dimaksud persetujuan itu dalam bidang pengobatan adalah hal-hal yang tidak melanggar hukum, seperti melakukan aborsi dan lain-lain 30 “Syarat kesepakatan dan syarat kecakapan di atas biasa disebut syarat subjektif, yakni mengenai subjeknya, bila syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian dapat dibatalkan untuk membatalkan perjanjian itu harus ada inisiatif minimal dari salah satu pihak yang merasa dirugikan untuk membatalkannya” . 31 30 Amri Amir, loc. cit. 31 R. Subekti, op. cit. hal. 20. . Batas waktu untuk membatalkannya 5 tahun Pasal 1454 KUHPerdata. Syarat suatu hal tertentu dan sebab yang halal disebut syarat objektif yaitu syarat mengenai objeknya, bila syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian sehingga tidak perlu pembatalan 32 1 Syarat sah yang umum, yaitu : . Munir Fuady berpendapat agar suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua belah pihak, maka perjanjian tersebut haruslah memenuhi syarat-syarat yang digolongkan sebagai berikut : a Syarat sah umum berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata terdiri dari : 1 Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3 Suatu hal tertentu 4 Suatu sebab yang halal b Syarat sah umum diluar Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata yang terdiri dari : 1 Syarat itikad baik 2 Syarat sesuai dengan kebiasaan 3 Syarat sesuai dengan kepatutan 4 Syarat sesuai dengan kepentingan umum 2 Syarat sah yang khusus terdiri dari : a Syarat tertulis untuk perjanjian-perjanjian tertentu b Syarat akta notaris untuk perjanjian-perjanjian tertentu c Syarat akta pejabat tertentu yang bukan notaris untuk perjanjian-perjanjian tertentu d Syarat izin dari yang berwenang 33 5. Prestasi dan Wanprestasi a. Prestasi Sesuatu yang dapat dituntut itu dinamakan “Prestasi” yang menurut Undang- Undang pada Pasal 1234 KUHPerdata dapat berupa : 1 Menyerahkan sesuatu barang 32 Ibid. 33 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 33. 2 Melakukan sesuatu perbuatan 3 Tidak melakukan sesuatu perbuatan 34 “Dalam kaitan dokter dengan pasien, prestasi yang utama disini adalah “melakukan sesuatu perbuatan” baik dalam rangka preventif, curatif, rehabilitatif, maupun promotif” 35 b. Wanprestasi . “Menurut Subekti, seorang debitur dapat dikatakan wanprestasi apabila si berutang debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya, maka dikatakan ia melakukan wanprestasi. Ia ingkar janji atau alpa atau lalai atau juga ia melanggar perjanjian. bila ia berbuat atau melakukan sesuatu yang tidak boleh melakukannya” 36 “Menurut Satrio, wanprestasi terjadi apabila apa yang dijanjikan oleh pihak lawan, debitur tidak melaksanakan kewajiban prestasinya atau tidak melaksanakan sebagaimana mestinya” . 37 1 Tidak berprestasi sama sekali atau berprestasi tapi tidak bermanfaat lagi atau tidak dapat diperbaiki. . Ada 4 macam bentuk dari wanprestasi, yaitu : 2 Terlambat memenuhi prestasi. 3 Memenuhi prestasi secara tidak baik atau tidak sebagaimana mestinya. 4 Melakukan sesuatu namun menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. 38 34 Amri Amir, loc cit. 35 Ibid. 36 R. Subekti, op. cit. hal. 45. 37 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Cipta Aditya Bhakti, Bandung, 1992, hal. 31. “Tidak dipenuhinya kewajiban dalam perjanjian karena 2 hal : 1 Kesalahan debitur karena: disengaja danatau lalai. 2 Keadaan memaksa”. 39 Akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi adalah sebagai berikut : 1 Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau biasa dinamakan ganti rugi. 2 Pembatalan perjanjian atau dinamakan pemecahan perjanjian 3 Peralihan risiko. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim 40 Pembelaan untuk debitur wanprestasi ada tiga macam yaitu : . 1 Memajukan tuntutan adanya keadaan memaksa overmacht atau force majeur; 2 Memajukan bahwa si berpiutang kreditur sendiri juga telah lalai exceptio non adimpleti contractus; 3 Memajukan bahwa kreditur telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi rechtsverwerking. 41 Jika dikaitkan dengan hubungan dokter dengan pasien dalam hal pelayanan kesehatan maka, wanprestasi dapat terjadi dalam pelayanan kesehatan jika, dokter tidak melakukan suatu tindakan mediskedokteran sebagaimana yang telah diperjanjikan, atau melakukan tindakan medis yang sebenarnya tidak adasesuai 38 Handri Raharjo, op. cit. hal. 80-81. 39 Ibid. 40 R. Subekti, loc cit. 41 Ibid. hal. 61. dengan apa yang diperjanjikan sebelumnya. Sedangkan untuk pasien sendiri dianggap melakukan wanprestasi apabila tidak membayar biaya administrasi untuk keperluan tindakan mediskedokteran tersebut atau melanggar kesepakatan yang ada dalam perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. 6. Jenis-Jenis Perjanjian Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara, yaitu : a. Perjanjian menurut sumbernya: 1 Perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga. Misalnya , perkawinan. 2 Perjanjian yang bersumber dari hukum kebendaan, adalah perjanjian yang berhubungan dengan peralihan hukum benda. 3 Perjanjian obligatoir, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban. 4 Perjanjian yang bersumber dari hukum acara. 5 Perjanjian yang bersumber dari hukum publik. 42 b. “Perjanjian menurut hak dan kewajiban para pihak, dibedakan menjadi” 43 1 “Perjanjian timbal-balik, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Perjanjian ini ada dua macam yaitu timbal balik yang sempurna dan tidak sempurna. Misalnya, perjanjian jual beli” : 44 2 “Perjanjian sepihak, adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja, sedangkan pada pihak yang lain hanya ada hak. Contoh : hibah . 42 Sudikno Mertokusumo, Rangkuman Kuliah Hukum Perdata, Fakultas Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 1992, hal. 11. 43 Salim HS, op. cit. hal. 19-20. 44 Mariam Darus Badrulzaman, op. cit. hal. 90. Pasal 1666 KUHPerdata dan perjanjian pemberian kuasa Pasal 1792 KUHPerdata” 45 c. “Perjanjian menurut keuntungan salah satu pihak dan adanya prestasi pada pihak yang lain, dibedakan menjadi” . 46 1 “Perjanjian Cuma-Cuma, adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan pada salah satu pihak. Contoh, perjanjian hibah” : 47 2 “Perjanjian atas beban adalah perjanjian dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak yang lain dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum, contoh, perjanjian jual beli, sewa-menyewa dan lain-lain” . 48 d. “Perjanjian menurut namanya, dibedakan menjadi perjanjian khusus bernama nominaat dan perjanjian umum tidak bernama innominaat perjanjian jenis baru Pasal 1319 KUHPerdata” . 49 1 “Perjanjian khususbernamanominaat adalah perjanjian yang memiliki nama dan diatur dalam KUHPerdata” . 50 45 Djaja S. Meliala, op. cit. hal. 87. 46 Salim HS, loc. cit. 47 Mariam Darus Badrulzaman, loc. cit. 48 Ibid. 49 Salim HS, op. cit. hal. 18. 50 Djaja S. Meliala, op. cit. hal. 88. . Contoh, perjanjian-perjanjian yang terdapat dalam buku III Bab V-XVIII KUHPerdata, antara lain perjanjian jual beli, perjanjian tukar-menukar, perjanjian sewa-menyewa, perjanjian penitipan barang, perjanjian hibah, perjanjian pinjam-memimjam, perjanjian pinjam pakai, perjanjian pemberian kuasa, perjanjian perdamaian dan lain-lain. 2 “Perjanjian umumtidak bernamainnominaatperjanjian jenis baru, adalah perjanjian yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat karena asas kebebasan berkontrak dan perjanjian ini belum dikenal pada saat KUHPerdata diundangkan” 51 a Perjanjian innominaat yang diatur secara khusus dan dituangkan dalam bentuk undang-undang dan atau telah diatur dalam pasal-pasal tersendiri. Misalnya, kontrak production sharing yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi. . Karena perjanjian innominaat didasarkan pada asas kebebasan berkontrak maka sistem pengaturan hukum perjanjian innominaat adalah sistem terbukaopen system. Dilihat dari aspek pengaturannya perjanjian innominaat dibedakan menjadi 3, yaitu : b Perjanjian innominaat yang diatur dalam Peraturan Pemerintah, misalnya tentang waralabafranchise yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba. c Perjanjian innominaat yang belum diatur atau belum ada undang- undangnya di Indonesia, misalnya kontrak rahim atau surrogate mother. 52 Perjanjian innominaat bersifat khusus sebagaimana tercantum dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku sedangkan perjanjian nominaat bersifat umum sehingga disini asas lex spesialis derogat legi generale berlaku meskipun ketentuan umum mengenai perjanjian sendiri tetap mengacu atau tunduk pada KUHPerdata sebagaimana tertuang dalam Pasal 1319 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “semua perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak 51 Salim HS, op. cit. hal. 4 dan 17. 52 Ibid. hal. 2. terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat didalam bab ini dan bab yang lalu”. e. “Perjanjian menurut bentuknya ada 2 macam, yaitu perjanjian lisantidak tertulis dan perjanjian tertulis. Termasuk perjanjian lisan adalah” 53 1 “Perjanjian konsensual, adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya perjanjian yang bersangkutan” : 54 2 “Perjanjian riil, adalah perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadinya penyerahan barang atau kata sepakat bersamaan dengan penyerahan barangnya. Misalnya, perjanjian penitipan barang dan perjanjian pinjam pakai” . 55 Sedangkan yang termasuk perjanjian tertulis, yaitu : . a “Perjanjian standar atau baku adalah perjanjian yang berbentuk tertulis berupa formulir yang isinya telah distandarisasi dibakukan terlebih dahulu secara sepihak oleh produsen, serta bersifat masal, tanpa mempertimbangkan perbedaan kondisi yang dimiliki konsumen” 56 53 Ibid. hal. 19. 54 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian. Buku I, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal. 48. 55 Mariam Darus Badrulzaman, op. cit. hal. 92-93. 56 Djaja S. Meliala, op. cit. hal. 90. . b “Perjanjian formal adalah perjanjian yang telah ditetapkan dengan formalitas tertentu” 57 f. Perjanjian-perjanjian yang istimewa sifatnya. Yang termasuk dalam perjanjian ini menurut Mariam Darus Badrulzaman : . Misalnya, perjanjian perdamaian yang harus secara tertulis Pasal 1851 KUHPerdata, perjanjian hibah dengan akta notaris. 1 Perjanjian liberatoir adalah perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada. Misalnya, pembebasan hutang Pasal 1438 KUHPerdata. 2 Perjanjian pembuktian, yaitu perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku diantara mereka. 3 Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi Pasal 1774 KUHPerdata. 4 Perjanjian publik, adalah perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa pemerintah, misalnya perjanjian ikatan dinas 58 g. Perjanjian campurancontractus sui generis Pasal 1601 C KUHPerdata. . “Di dalam perjanjian ini terdapat unsur-unsur dari beberapa perjanjian bernama yang terjalin menjadi satu sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan sebagai perjanjian yang berdiri sendiri-sendiri. Contoh, perjanjian antara pemilik hotel dengan tamu” 59 . 57 R. Subekti, op. cit. hal. 16. 58 Mariam Darus Badrulzaman, loc. cit. 59 Djaja S. Meliala, op. cit. hal. 89. h. Perjanjian penanggungan borgtocht. “Adalah suatu persetujuan dimana pihak ketiga demi kepentingan kreditur mengikatkan dirinya untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur tidak memenuhi perikatannya Pasal 1820 KUHPerdata” 60 i. “Perjanjian garansi Pasal 1316 KUHPerdata dan Derden Beding Pasal 1317 KUHPerdata” . 61 1 Perjanjian garansi adalah suatu perjanjian dimana seorang menjamin pihak lain lawan janjinya bahwa seorang pihak ketiga yang ada di luar perjanjian bukan pihak dalam perjanjian yang bersangkutan akan melakukan sesuatu atau tidak akan melakukan sesuatu dan kalau sampai terjadi pihak ketiga tidak memenuhi kewajibannya, maka ia akan bertanggung jawab untuk itu . 62 2 Derden Beding janji pihak ketiga berdasarkan asas pribadi suatu perjanjian berlaku bagi pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri Pasal 1315 jo Pasal 1340 KUHPerdata dan para pihak tidak dapat mengadakan perjanjian yang mengikat pihak ketiga, kecuali dalam apa yang disebut janji guna pihak ketiga Pasal 1317 KUHPerdata. . Dengan kata lain, perjanjian garansi adalah perjanjian dimana seorang A berjanji kepada pihak B bahwa orang lain C akan melaksanakanmemenuhi prestasi. 60 Ibid. hal. 90 61 Handri Raharjo, op. cit. hal. 67-68. 62 J. Satrio, op. cit. hal. 97. j. Perjanjian menurut sifatnya dibedakan menjadi : 1 Perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang utama. 2 Perjanjian accesoir adalah perjanjian tambahan yang mengikuti perjanjian utamapokok, misalnya perjanjian pembebanan hak tanggungan atau fidusia 63 Sedangkan penggolongan yang lain adalah didasarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang ditimbulkan dari adanya kewajiban tersebut: . a. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang hanya baru meletakkan hak dan kewajiban kepada masing-masing pihak dan belum memindahkan hak milik. b. Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas sesuatu kepada pihak lain, misalnya peralihan hak milik 64 7. Akibat dari suatu perjanjian . Akibat dari suatu perjanjian menurut Pasal 1338 KUHPerdata, yaitu : a. Perjanjian mengikat para pihak. yang dimaksud dengan para pihak antara lain : 1 Para pihak yang membuatnya Pasal 1340 KUHPerdata. 2 Ahli waris berdasarkan alas hak umum karena mereka itu memperoleh segala hak dari seseorang secara tidak terperinci enblock. 3 Pihak ketiga yang diuntungkan dari perjanjian yang dibuat berdasarkan alas hak khusus karena mereka itu memperoleh segala hak dari seseorang secara terperincikhusus 65 b. Perjanjian tidak dapat ditarik kembali secara sepihak karena Pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata merupakan kesepakatan diantara kedua belah pihak dan alasan- alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu. . c. Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata. Melaksanakan apa yang menjadi hak di satu pihak dan kewajiban 63 Salim HS, loc. cit. 64 Handri Raharjo, op. cit. hal. 68-69. 65 R. Subekti, op. cit. hal. 32. di pihak yang lain dari yang membuat perjanjian. Hakim berkuasa menyimpangi isi perjanjian bila bertentangan dengan rasa keadilan. Sehingga agar suatu perjanjian dapat dilaksanakan harus dilandasi dengan prinsip iktikad baik, prinsip kepatutan, kebiasaan, dan sesuai undang-undang 66 . 8. Berakhirnya Perjanjian Pada umumnya, suatu perjanjian akan berakhir bilamana tujuan perjanjian itu telah tercapai. Dimana masing-masing pihak telah saling menunaikan prestasi yang diperlukan sebagaimana yang mereka kehendaki bersama-sama dalam perjanjian tersebut. Namun demikian, Menurut R. Setiawan, suatu perjanjian dapat hapus karena: a. Para pihak menentukan berlakunya perjanjian untuk jangka waktu tertentu. b. Undang-Undang menentukan batas waktu berlakunya suatu perjanjian Pasal 1066 ayat 3 KUHPerdata. c. Salah satu pihak meninggal dunia. d. Salah satu pihak hal ini terjadi bila salah satu pihak lalai melaksanakan prestasinya maka pihak yang lain dengan sangat terpaksa memutuskan perjanjian secara sepihak atau kedua belah pihak menyatakan menghentikan perjanjian. e. Karena putusan hakim. f. Tujuan perjanjian telah dicapai dengan kata lain dilaksanakannya objek perjanjian atau prestasi. g. Dengan persetujuan para pihak 67 Menurut Handri Raharjo untuk mengetahui apakah sebuah perjanjian itu sudah berakhir atau belum harus dilihat dulu masing-masing perikatan dalam perjanjian itu sudah hapus atau belum, kalau sudah maka tinggal melihat apakah sumber dari perikatan itu perjanjian juga sudah hapus atau belum sehingga untuk hal ini perlu dilihat perjanjian itu sendiri dari berapa perikatan . 68 Cara berakhirnya perjanjian yang disampaikan R. Setiawan adalah cara lain yang dibuat para pihak sesuai perkembangan zaman. Dengan kata lain, cara . 66 Handri Raharjo, op. cit. hal. 58. 67 Ibid. hal. 64. 68 Ibid. hal. 102. hapusnyaberakhirnya perjanjian dapat berlaku atau digunakan untuk cara hapusnya perikatan begitu juga sebaliknya cara hapusnyaberakhirnya suatu perikatan sebagaimana yang tertulis didalam Pasal 1381 KUHPerdata dapat berlaku atau digunakan untuk cara hapusnyaberakhirnya suatu perjanjian 69

B. Perjanjian Terapeutik

Dokumen yang terkait

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi No.92/Puu-X/2012 Ke Dalam Undang-Undang No.17 Tahun 2014 Tentang Mpr, Dpr, Dpd Dan Dprd

0 54 88