dilakukan oleh terdakwa, serta dapat membentuk dan menguatkan keyakinan hakim atas kesalahan terdakwa. Itulah sebabnya jaksa penuntut umum semaksimal
mungkin harus berusaha menghadapkan barang bukti selengkap-lengkapnya di sidang peradilan.
2. Alat Bukti Dalam Proses Pembuktian
Untuk menemukan kebenaran dalam perkara pidana, maka perlu alat-alat bukti yang merupakan kesatuan daripada data-data formal. Alat bukti adalah
segala apa yang menurut undang-undang dapat dipakai untuk membuktikan sesuatu.
32
a. keterangan saksi
Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa hakim di dalam menjalankan tugasnya mencari kebenaran materiil wajib mentaati ketentuan-
ketentuan tentang alat-alat bukti yang disebut dalam undang-undang. Adapun alat- alat bukti yang dimaksud sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 184 KUHAP
ialah:
b. keterangan ahli
c. surat
d. petunjuk
e. keterangan terdakwa
Dalam konteks pembuktian dikenal prinsip bahwa hakim dilarang menjatuhkan putusanvonis, apabila ia tidak memperoleh keyakinan bahwa
32
Andi Hamzah, Kamus Hukum,Jakarta, Ghalia, 1986, hlm.34.
Universitas Sumatera Utara
terdakwa benar-benar bersalah, atas dasar minimal dua alat bukti yang sah pasal 183 KUHAP. Bila mekanisme pembuktian itu diterapkan dalam ketentuan
malapraktek, rasanya tidak sulit untuk memenuhi amanat pasal 184 KUHAP. Untuk membuktikan adanya suatu tindakan malapraktek di depan pengadilan,
pasien dapat mengajukan bukti-bukti tertulis seperti rekam medis medical record, persetujuan tindakan medik informed consent dan visum et refertum.
a. Rekam Medis Medical Record
Rekam medis adalah rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan medis atau
kesehatan pada seorang pasien. Rekam medis dapat berupa identitas lengkap pasien, catatan tentang penyakit diagnosis, terapi, penamatan perjalanan
penyakit, catatan dari pihak ketiga, hasil pemeriksaan lab, foto rontgen, pemeriksaan usg dan lain-lain.
33
33
Oemar Seno Adji, Etika Profesional dan Hukum Pertanggungjawaban Pidana Dokter Profesi Dokter, Jakarta, Erlangga, 1991, hlm.130-131.
Mengenai rekam medis diatur dalam Pasal 46 dan 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Didalam Pasal 46
dikatakan bahwa setiap dokter atau dokter gigi berkewajiban untuk membuat rekam medis dalam menjalankan praktek kedokteran, dalam rekam medis
tersebut harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. Setiap rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Universitas Sumatera Utara
Pada Pasal 47 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran dikatakan bahwa dokumen rekan medis adalah merupakan milik
dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan,sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien. Rekam medis harus disimpan dan dijaga
kerahasiannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan saran pelayanan kesehatan.
Untuk mendapatkan rekam medis medical record, terkadang pasien harus ngotot untuk memintanya dari dokter atau rumah sakit sebab seringkali
dokter atau rumah sakit berdalih rekam medis medical record itu adalah milik dokter atau rumah sakitwalaupun sebagaimana kita ketahui rekam medis
medical record memang milik rumah sakit akan tetapi isi dari rekam medis medical record adalah milik pasien.
b. Persetujuan Tindakan Medis Informed Consent
Secara umum mengenai persetujuan tindakan medis informed consent telah dibahas pada bagian sebelumnya.
c. Visum et refertum
Visum et refertum adalah keterangan dokter atas hasil pemeriksaan terhadap seseorang yang luka atau terganggu kesehatannya atau yang diduga
sebagai akibat kejahatan, yang berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dokter akan membuat kesimpulan tentang perbuatan dan akibat dari perbuatan itu.
34
34
H. Sapriyanto Refa, SH. MH, Tinjauan Aspek Hukum Perdata dan Pidana Terhadap Malapraktek, Kelalaian dan Kegagalan Medis, Op.cit., hlm. 10.
Visum et refertum tidak dapat dibuat oleh setiap dokter karena visum et
Universitas Sumatera Utara
refertum merupakan surat yang dibuat atas sumpah jabatan, yaitu jabatan sebagai seorang dokter, sehingga surat tersebut mempunyai keotentikan. Oleh
karenanya apa yang dokter saksikan, dengar dan dilihat merupakan perbuatan hukum yang berkonsekuensi hukum juga. Oleh karenanya apa yang dokter sak
sikan, dengar dan dilihat, merupakan perbuatan hukum yang berkonsekuensi hukum juga.
Dalam kasus malapraktek, pembuktian tidak hanya cukup dengan bukti surat saja, tetapi harus ditunjang dengan bukti lainnya untuk membuktikan salah
atau tidak tindakan dokter dalam melakukan tindakan medis yaitu keterangan saksi. Yang dimaksud saksi adalah orang yang memberikan keterangankesaksian
di depan pengadilan mengenai apa yang mereka ketahui, lihat sendiri, dengar sendiri atau alami sendiri, yang dengan kesaksian itu akan menjadi jelas suatu
perkara.
35
Selain keterangan saksi biasa ada juga keterangan yang diberikan oleh saksi ahli. Keterangan saksi ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang
Setiap saksi diwajibkan, menurut agamanya bersumpah atau berjanji bahwa ia akan menerangkan yang sebenarnya. Karena itu menjadi saksi dalam
suatu perkara di muka hakim tidak boleh dianggap sebagai suatu hal yang enteng saja. Terhadap siapa saja yang dengan sengaja memberikan suatu keterangan
palsu diatas sumpah, diancam suatu pidana menurut pasal 242 Kitab Undang- Undang Hukum Pidana, sebagai seseorang yang melakukan tindak pidana sumpah
palsu.
35
Ibid, hlm. 11.
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara guna kepentingan pemeriksaan. Dalam hal pasien menggugat
ganti rugi akibat tindakan dokter dan atau rumah sakit, pengadilan harus membuktikan terlebih dahulu apakah perbuatan dokter dan atau rumah sakit
dalam memberikan pelayan medis terdapat kesalahankekuranghati-hatian sehingga tindakanperbuatan tersebut dikategorikan perbuatan melawan hukum.
Untuk membuktikannya, tentunya memerlukan orang yang dapat menjelaskan dan mengerti benar tentang ilmu kedokteran yaitu dokter ahli. Dalam prakteknya tidak
mudah untuk membuktikan adanya kesalahan dokterrumah sakit dalam kasus malpraktek. Seorang dokter maupun dokter ahli yang diminta pendapatnya atas
dugaan terjadinya malpraktek seringkali tidak mau memberikan keteranganpenjelasan yang sesungguhnya, baik secara tertulis maupun hadir
sebagai saksi di depan persidangan. Hal ini mungkin disebabkan adanya rasa tidak enak, sungkan atau adanya solidaritas profesi sesama dokter.
C. Kronologis Kasus Malapraktek Di Indonesia Kasus MESDIWANDA SITEPU vs BIDAN HERAWATI